Sukses


Ilija Spasojevic dan 4 Pemain Asal Montenegro Paling Berpengaruh di Liga Indonesia

Bola.com, Jakarta - Ilija Spasojevic lahir di Bar, Montenegro, pada 11 September 1987. Bomber berusia 33 tahun itu memilih mengubah statusnya menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada 2017.

Striker yang karib disapa Spaso adalah satu dari sekian banyak pemain dari Montenegro yang disegani di Indonesia. Ayah dari dua anak, Dragan dan Irina itu telah meraup dua gelar Liga Indonesia, masing-masing bersama Bhayangkara FC pada 2017 dan Bali United pada 2019.

Selain itu, Ilija Spasojevic juga menjadi bagian dari Persib Bandung ketika bertahta di Piala Presiden 2015.

Spaso mungkin tidak pernah berpikir akan menetap di Indonesia untuk masa waktu yang lama. Setelah melanglang buana di Montenegro, Serbia, Georgia, dan Yunani, bomber bertubuh kekar itu datang ke pulau nan indah, Bali, pada 2011 untuk bergabung dengan kontestan Liga Primer Indonesia, Bali Devata.

Saat di Georgia, Spaso berhasil mencicipi nuansa Liga Champions 2008-2009 bersama Dinamo Tbilisi. Namun, dia hanya dua kali tampil di babak kualifikasi. Spaso juga pernah berseragam Timnas Montenegro U-21 di Piala Eropa U-21 2009 di Swedia.

Setelah dari Bali Devata, Spaso membela PSM Makassar pada 2012, Mitra Kukar pada 2013, Putra Samarinda pada 2014, Persib Bandung 2015, Melaka United di Malaysia pada 2016, Bhayangkara FC pada 2017, dan Bali United pada 2018 hingga saat ini.

Sejak 2012, Spaso total mengemas 81 gol di Liga Indonesia. Rinciannya, 8 gol untuk Bali Devata, 15 untuk PSM, 10 untuk Mitra Kukar, 10 untuk Putra Samarinda, 13 untuk Bhayangkara FC, dan 25 untuk bali United.

Sedari dulu, Eropa Timur memang bersaing dengan Afrika dan Amerika Selatan sebagai wilayah terbanyak pengekspor pemain asing ke Liga Indonesia. Selain Ilija Spasojevic, siapa lagi pemain asal Montenegro yang pernah meramaikan Liga Indonesia?

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Dejan Gluscevic

Bicara pemain Montenegro di Liga Indonesia, terutama sejak Perserikatan dan Galatama dileburkan menjadi Liga Indonesia pada 1993, maka yang terlintas pertama di dalam pikiran adalah Dejan Gluscevic.

Dejan Gluscevic tak sampai empat musim berkiprah di Liga Indonesia. Tapi, prestasinya terbilang lumayan. Satu di antaranya adalah membawa Mastrans Bandung Raya juara dan menjadi top scorer dengan 30 gol pada musim 1995/1996.

Dejan pertama kali datang ke Indonesia jelang musim 1994-1995 untuk memenuhi tawaran Pelita Jaya, klub yang dimodali Nirwan Bakrie, konglomerat Indonesia yang gila sepak bola.

Pada musim perdananya, striker asal Montenegro itu hanya mampu membawa klubnya menembus 8 Besar dengan perolehan 21 gol dalam satu musim. Aksinya bersama Pelita membuat manajemen Mastrans Bandung Raya yang berambisi juara tertarik meminjamnya.

Di klub yang bermarkas di Bandung ini, Dejan mendapatkan peruntungannya di Liga Indonesia 1995-1996. Duetnya bersama Peri Sandri, top scorer musim 1994-1995 ini jadi momok menakutkan lini belakang lawan.

Bersama Dejan, langkah MBR terbilang mulus. Setelah berada di peringkat pertama Divisi Barat, MBR menyapu bersih tiga kemenangan di Grup A 8 Besar.

Di semifinal, langkah MBR sempat tersendat dengan lolos ke final via adu penalti dengan Mitra Surabaya. Tapi, di partai puncak, MBR menunjukkan kelasnya sebagai kandidat juara dengan mengalahkan PSM Makassar 2-0.

Musim berikutnya, Pelita Jaya kembali menariknya ke Stadion Lebak Bulus. Bersama Pelita, langkah Dejan kembali terhenti di babak 8 Besar.

Klub yang memiliki sarana latihan terlengkap di Sawangan Depok ini memang bukan jodoh Dejan Gluscevic untuk meraih sukses. Semusim berikutnya, Pelita yang dikendalikan Nurdin Halid bangkit dan digadang-gadang jadi kandidat juara tapi akhirnya gagal meraih ambisinya.

3 dari 5 halaman

Vladimir Vujovic

Pemain asal Montenegro ketiga yang sukses di Indonesia adalah Vladimir Vujovic. Mantan bek berusia 38 tahun itu berhasil mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia untuk Persib pada 2014.

Vujovic bergabung dengan Persib pada 2014 dan tiga tahun mengabdi di sana. Dia lalu pindah ke Bhayangkara FC pada 2018 sebelum pensiun semusim berselang.

Bek kelahiran Budva itu dikenal sebagai bek tangguh di eranya. Pelatih Persib kala itu, Djadjang Nurdjaman, tidak ragu untuk melemparkan pujian kepadanya.

Vlado, karibnya disapa, dianggap sebagai bek yang tidak hanya pandai meneror penyerang lawan, namun juga lihai dalam membangun serangan dari lini belakang. Total, ia mengumpulkan 88 penampilan di Liga Indonesia.

4 dari 5 halaman

Miljan Radovic

Miljan Radovic tak punya karier panjang di Indonesia. Namun, namanya akan selalu diingat oleh suporter Persib, Bobotoh.

Radovic datang ke Indonesia pada 2011 untuk membela Persib. Dia bermain dua musim di sana. Dalam periode tersebut, mantan gelandang berusia 45 tahun itu mampu menjadi idola baru Bobotoh berkat keahliannya.

Radovic diplot sebagai jenderal lapangan tengah Persib waktu itu. Dia juga ditunjuk sebagai eksekutir tendangan bebas. Beberapa kali upayanya dari bola mati berbuah gol maupun assist.

Dua tahun di Persib, Radovic hengkang ke klub tetangga, Pelita Bandung Raya. Di sana, ia hanya mampu bertahan semusim. Radovic lalu gantung sepatu dan mulai meniti karier sebagai pelatih.

Radovic sempat diangkat sebagai pelatih Persib pada Januari 2019. Namun, kariernya hanya seumur jagung. Dia diberhentikan pada Mei 2019 menyusul kegagalan tim berjulukan Pangeran Biru itu di Piala Presiden 2019.

5 dari 5 halaman

Srdan Lopicic

Karier Srdan Lopicic di Indonesia termasuk awet. Dia sudah eksis sejak 2011.

Persisam Putra Samarinda menjadi tim Indonesia pertama Lopicic pada 2011. Dua musim di sana, ia hijrah ke Bhayangkara Solo FC, yang kala itu masih bernama Persebaya.

Pemain kelahiran Cetinje ini lalu melanjutkan kariernya di Persela Lamongan pada 2014, Borneo FC pada 2015, Arema FC pada 2016, South China di Hong Kong pada 2016, Lovcen di Montenegro pada 2017, Persiba Balikpapan pada 2017, Borneo FC pada 2018, dan Persib pada 2019.

Ada kisah menarik ketika Lopicic bergabung dengan Persib pada 2019. Kedatangannya dibanjiri kritikan dari Bobotoh. Dia dilabeli sebagai pemain bawaan dari Radovic yang kala itu baru ditunjuk sebagai pelatih. Banyak pihak menilai kualitas Lopicic biasa saja dan usianya sudah uzur, 36 tahun.

Kiprah Lopicic di Persib tidak bertahan lama. Dia dipecat oleh Pangeran Biru sebelum kompetisi 2019 dimulai.

Soccerway merangkum, Lopicic membukukan 88 pertandingan selama berkarier di Liga Indonesia sejak 2011. Saat ini, ia telah gantung sepatu dan mulai merintis sebagai pelatih.

Video Populer

Foto Populer