Bola.com, Jakarta - Siapa tak kenal sosok Ponaryo Astaman. Pemain yang berposisi sebagai gelandang ini begitu disegani ketika masih aktif bermain.
Tidak heran, ia mencicipi caps bersama Timnas Indonesia sampai 62 kali dan sebagian besarnya menjabat sebagai kapten tim. Tentu tak banyak seorang pemain bisa menyandang kapten Skuad Garuda dalam kurun waktu yang panjang.
Baca Juga
Advertisement
Dan Ponaryo Astaman, salah satunya. Namun dalam wawancara dengan channel SPORTSMAGZ TV, pemain yang menghabiskan masa kecil di Balikpapan ini ternyata sempat ingin jadi petinju.
Diketahui, ayah pemain yang lama memperkuat PSM Makassar ini adalah petinju profesional. Karena sang ayah pula, Popon-sapaan akrab Ponaryo sempat meniti karier menjadi seorang petinju.
"Bapak main sepak bola juga tapi bukan profesional. Dia justru jadi petinju profesional. Pernah dapet medali perunggu di PON tahun 1978 atau 82 gitu, sebelum saya lahir," kata Ponaryo Astaman.
"Saya dulu sempet latihan tinju. Kemungkinan (kalau tidak jadi pemain bola jadi petinju)," lanjutnya tertawa.
"Dulu sudah sempat sparring (tinju) usia delapan tahun. Naik ring, pake sarung tinju, tutup kepala. Kebetulan ayah suka ngelatih juga di sasana di Balikpapan. Banyak yang bilang bagus nih, kebetulan gaya saya kidal jadi kaki kanannya di depan. Jarang petinju kaya gitu," lanjutnya.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Apa yang Membuat Ponaryo Astaman Gagal Jadi Petinju?
Namun suratan takdir berbicara lain. Ponaryo Astaman ternyata bukan menjadi petinju profesional melainkan pesepakbola. Lantas apa yang membuat Popon gagal jadi petinju?
"Saya cuma sebentar, tinju, sekitar 2-3 bulan. Karena sama ibu engga boleh. Waktu ibu tahu, langsung engga boleh. Karena ayah pernah tanding, taulah (petinju) sobek-sobek," Ponaryo Astaman mengenang.
"Pernah tanding dapet medali emas saya ingat banget. Tapi robek pelipis kanan. Akhirnya Ibu engga bolehin saya (tinju), daripada kenapa-kenapa. Jadi terus main bola," lanjutnya.
Keputusan sang ibu kala itu terbukti benar. Karena lewat sepak bola, nama Ponaryo Astaman begitu melekat. Kariernya bisa dibilang begitu cemerlang.
Dia pernah memperkuat banyak tim papan atas. Dari PSM Makassar, Arema Malang, Persija Jakarta sampai Sriwijaya pernah ia bela.
Â
Sumber: SPORTSMAGZ TV
Advertisement