Bola.com, Jakarta - Sepatu bola adalah hal wajib dipunyai bagi pesepak bola. Namun masalahnya tidak semua orang bisa membeli sepatu bola, bahkan seorang legenda Timnas Indonesia, Ponaryo Astaman.
Ketika bermain sepak bola saat usianya masih 7-8 tahun, Ponaryo Astaman yang lahir dari keluarga sederhana, tidak punya uang untuk membeli sepatu bola. Tapi Ponaryo kecil tidak patah arang.
Baca Juga
Aneh tapi Nyata! PSM Main dengan 12 Pemain saat Menang atas Barito Putera di BRI Liga 1: Wasit Pipin Indra Pratama Jadi Bulan-bulanan
BRI Liga 1: Mazola Junior Klaim PSS Sleman Makin Kuat di Putaran Kedua, Ini Alasannya
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Advertisement
Dia sampai meminjam sepatu bola milik sang ayah. "Iya pinjam sepatu bola punya bapak. Pasti kebesaran. Saya sumpal kaos kaki di depannya," cerita Ponaryo Astaman saat diwawancara channel YouTube, SPORTSMAGZ TV.
"Memang mau bagaimana lagi (kesulitan pakai sepatu bola yang disumpal). Mau beli belum punya uang," lanjut pemain yang pernah berkarier di PSM Makassar, Arema Malang, sampai Sriwijaya FC tersebut.
Namun keinginan Popon-sapaan akrab Ponaryo Astaman untuk menjadi pesepak bola profesional sangat besar. Oleh karena itulah, ia sampai rela menyisihkan uang jajan untuk ditabung agar bisa membeli sepatu bola.
"Ada enam bulan pake sepatu itu (sepatu bola bapak yang kebesaran). Kemudian tabung uang jajan. Lumayan lama nabungnya karena uang jajan saya tidak seberapa," kata Ponaryo.
"Bukan 1-2 minggu nabung langsung beli. Tapi bisa 3-4 bulan juga (menabung)," lanjut pemain yang lama menjabat sebagai kapten Timnas Indonesia itu.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Uang Saku Rp 25 Ribu per Bulan
Perjuangan Ponaryo Astaman untuk menjadi pemain sepak bola mulai terbayar saat sang gelandang masuk STM (Sekolah Teknik Menengah).
Karena kemampuan hebatnya dalam bermain sepak bola, ia gabung tim amatir, Oceana yang bermain di kompetisi internal Persiba Balikpapan.
"Di Oceana itulah saya mulai mendapat uang saku. Saya masih ingat jumlahnya. Rp 25 ribu satu bulan. Kala itu, untuk ukuran anak STM seperti saya cukup banyak," cerita Ponaryo Astaman.
"Sejak itu juga saya sudah tidak minta uang jajan dari orang tua. Lumayan mandiri," tambahnya.
Kini setelah malang melintang di dunia sepak bola, sosok Ponaryo Astaman aktif di Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Setelah sempat jadi presiden, kini ia menjabat sebagai general manager.
Â
Sumber:Â SPORTSMAGZ TV
Advertisement