Bola.com, Jakarta - Bicara soal sepak bola Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir selalu ada pertanyaan menarik, "Mengapa pemain sepak bola Indonesia atau tim juniornya bisa berprestasi pada usia muda, tapi meredup ketika memasuki jenjang profesional?" Pertanyaan tersebut kerap terjadi ketika Timnas Indonesia senior tidak mampu berprestasi seperti Tim Garuda Muda, baik U-16 maupun U-19.
Keberhasilan Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan Timnas Indonesia U-16 yang sukses menjuarai Piala AFF U-16 2018 kerap menimbulkan pertanyaan di atas. Namun, satu hal yang pasti dalam setiap generasi selalu akan ada pemain-pemain yang terus bersinar.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Pelatih Bahrain Mulai Ketar-ketir Jelang Lawan Timnas Indonesia: Sangat Sulit, Mental Harus Disiapkan!
Advertisement
Sebagai contoh, Evan Dimas Darmono, Putu Gede Juni Antara, dan Hansamu Yama Pranata adalah pemain-pemain juara Piala AFF U-19 2013 yang hingga kini masih menjadi andalan, baik di Timnas Indonesia maupun di level klub. Namun, tidak sedikit pemain seangkatan mereka yang kemudian meredup.
Kembali lagi, itu hanya contoh. Lebih tepatnya contoh konkret karena keberhasilan mereka sebagai sebuah tim berhasil meraih trofi juara. Padahal fenomena pemain yang punya potensi besar ketika masih muda tapi meredup seiring berjalannya karier, sudah ada sejak dulu kala.
Kali ini, Bola.com mengulas lima di antara begitu banyak pemain Indonesia yang sempat digadang-gadang bakal memiliki karier yang melesat pada saat masih muda, tapi kini tampil biasa saja meski masih memperkuat klub Shopee Liga atau bahkan justru berkarier di kasta yang lebih rendah. Siapa saja mereka?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yongki Aribowo
Yongki Aribowo merupakan pemain yang pernah digadang-gadang bakal menjadi penyerang berbahaya milik Timnas Indonesia. Ia merupakan pemain muda yang diorbitkan oleh Persik Kediri dari tim juniornya pada 2009.
Penampilan yang menjanjikan bersama Persik Kediri mengantar Yongki masuk dalam skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Pada saat itu, Yongki mendapatkan kesempatan tampil dalam dua pertandingan untuk tim yang diasuh oleh Alfred Riedl itu.
Yongki tampil penuh ketika Timnas Indonesia menang 1-0 atas Filipina dalam leg kedua semifinal Piala AFF 2010 dan kemudian tampil selama 65 menit dalam laga kontra Malaysia di leg pertama final, di mana Tim Garuda kalah telak 0-3.
Setelah itu Yongki Aribowo meninggalkan Persik Kediri setelah mempersembahkan tujuh gol dalam 24 pertandingan dan bergabung bersama Arema Malang. Bersama Arema, Yongki juga tercatat mencetak tujuh gol dari 17 pertandingan.
Yongki juga merupakan bagian dari Timnas Indonesia U-23 asuhan Rahmad Darmawan di SEA Games 2011. Berstatus sebagai pemain pelapis lini depan yang diisi Titus Bonai dan Patrich Wanggai, Yongki ikut berkontribusi mempersembahkan medali perak untuk Indonesia.
Setelah itu, Yongki mencoba peruntungan bersama Persisam Putra Samarinda pada musim 2011/2012. Ia mendapatkan kesempatan bermain sebanyak 30 laga, tapi sebagai pemain depan torehan golnya tergolong minim, yaitu empat gol saja.
Yongki kemudian betah bermain di Barito Putera mulai dari 2013 hingga 2017. Namun, dalam dua musim terakhir bersama Barito Putera menit bermainnya makin tipis bersama Laskar Antasari.
Kini Yongki Aribowo tercatat sebagai pemain PSMS Medan yang tampil di Liga 2.
Advertisement
Alfin Tuasalamony
Bek asal Tulehu yang dikenal sebagai kampung sepak bola di Maluku, Alfin Tuasalamony merupakan talenta luar biasa pada usia muda. Karena kepiawaiannya, Alfin mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu sepak bola di Uruguay bersama tim SAD Indonesia.
Bahkan selepas mengikuti program bersama SAD Indonesia, Alfin Tuasalamony mendapatkan kesempatan untuk bergabung bersama tim Belgia, CS Vise. Bermain dalam 51 pertandingan pada periode 2011 hingga 2013, Alfin kemudian kembali ke Indonesia dan bergabung bersama Persebaya yang kini berganti nama menjadi Bhayangkara FC.
Alfin kemudian bergabung bersama Persija Jakarta pada 2015. Sayang saat itu kompetisi tidak bergulir dan Alfin sempat mengalami cedera patah tulang akibat kecelakaan ditabrak mobil di bilangan Pasar Minggu, Jakarta.
Alfin Tuasalamony harus berjuang keras untuk bisa pulih dari cedera. Apalagi saat itu Alfin kesulitan lantaran biaya pengobatannya tidak ditanggung oleh Persija sebagai klub yang memilikinya. Ia pun merasa kecewa terhadap Persija dan PSSI yang dianggapnya tidak ada saat dirinya membutuhkan.
Alfin pun berusaha bangkit dan kembali ke Bhayangkara FC. Ia juga sempat memperkuat Sriwijaya FC dan Arema FC, hingga akhirnya bergabung bersama Madura United.
Namun, harus diakui bahwa perjalanan hidupnya yang berat sebagai pesepak bola membuatnya yang sempat digadang-gadang bakal menjadi pemain besar tidak terwujud. Meski tetap bermain di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Alfin tak lagi membela Timnas Indonesia karena penampilannya yang biasa saja.
Ia sempat memperkuat Timnas Indonesia kala bermain menghadapi Myanmar dalam laga uji coba pada 2018. Namun, itu menjadi penampilan terakhir Alfin bersama Tim Garuda hingga saat ini.
Manahati Lestusen
Satu lagi pemain berbakat yang merasakan pengalaman menimba ilmu di Uruguay bersama SAD Indonesia. Manahati Lestusen adalah pemain yang juga sempat dipinjam oleh klub Uruguay, Penarol, ketika menjalani program tersebut dan kemudian juga merasakan pengalaman bergabung bersama klub Belgia, CS Vice.
Hanya dua kali bermain bersama Vise, Manahati pulang ke Tanah Air dan bergabung bersama Persebaya yang kemudian menjadi Bhayangkara FC. ia juga sempat bergabung bersama Barito Putera sebelum akhirnya menjadi andalan PS TNI hingga kemudian berubah nama menjadi PS Tira dan kini menjadi Tira Persikabo.
Piala AFF 2016 merupakan momen emas bagi Manahati Lestusen. Pemain yang saat itu masih berusia 23 tahun itu mendapatkan kepercayaan dari Alfred Riedl untuk membela Timnas Indonesia. Selain tampil dalam lima pertandingan, Manahati menjadi penyelamat Tim Garuda untuk lolos ke final Piala AFF 2016 lewat gol penaltinya ke gawang Vietnam pada leg kedua semifinal.
Bersama PS Tira pada Liga 1 2018, Manahati mendapatkan musim terbaik. Ia mendapatkan kesempatan bermain dalam 30 pertandingan dan mencetak dua gol. Sebagai gelandang bertahan, Manahati dikenal sebagai pekerja keras, tapi juga kerap emosional.
Namun, setelah aksinya di Piala AFF 2016, sinar kecemerlangan Manahati terasa meredup. Ia tak lagi masuk ke skuat Timnas Indonesia hingga akhirnya Simon McMenemy memanggilnya lagi untuk kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Manahati tampil dalam tiga pertandingan yang semua tentu berakhir dengan kekalahan.
Advertisement
Muchlis Hadi Ning Syaifulloh
Muchlis Hadi merupakan pemain alumni Timnas Indonesia U-19. Bersama Evan Dimas, Muchlis Hadi juga berjasa mengantarkan Timnas Indonesia U-19 menjadi juara di Piala AFF U-19 2013.
Muchlis merupakan andalan Indra Sjafri di posisi ujung tombak dan seperti halnya Evan Dimas dan pemain lain di Timnas Indonesia U-19 saat itu, ia digadang-gadang bakal menjadi calon striker masa depan Tim Garuda.
Penampilan apiknya di Timnas Indonesia U-19 membuat Muchlis Hadi direkrut PSM Makassar. Selama enam tahun bermain untuk Juku Eja, Muchlis Hadi berhasil tampil sebanyak 21 kali dan mencetak 2 gol.
Pada 2017, Muchlis Hadi bergabung dengan Bhayangkara FC. Pemain asal Mojokerto itu juga diangkat menjadi anggota Polri. Namun, kebersamaan di Bhayangkara FC hanya bertahan sebentar karena Muchlis Hadi gagal bersaing.
Pada 2018, Muchlis Hadi sempat bergabung dengan Persib Bandung. Akan tetapi, Muchlis Hadi hanya mampu bermain sebanyak enam kali dan mencetak 1 gol. Pada awal 2020, Muchlis Hadi dilepas Persib Bandung dan hingga kini tanpa klub.
Maldini Pali
Satu nama lagi yang juga sangat terkenal saat Timnas Indonesia U-19 beraksi di Piala AFF U-19 2013. Bermain di sisi sayap kanan lini serang Tim Garuda Nusantara, Maldini Pali begitu diidolakan oleh pecinta sepak bola Indonesia.
Kemampuannya saat itu memang luar biasa. Maldini Pali kerap memperlihatkan dribel dan gocekan yang mampu menaklukkan pemain bertahan lawan. Sempat mengasah diri di Leicester City dan SAD Indonesia, Maldini Pali memang digadang-gadang bakal menjadi bintang masa depan.
Namun, nyatanya nama Maldini Pali cepat menghilang. Maldini Pali sempat bergabung dengan PSM Makassar, Sriwijaya FC, hingga Bhayangkara FC. Bahkan, pada 2017 Maldini Pali diangkat menjadi Anggota Polri.
Akan tetapi, Maldini Pali gagal menembus skuat utama Bhayangkara FC hingga akhirnya dipinjamkan ke Persiba Balikpapan. Pada 2018, Maldini Pali sempat dipanggil pulang ke Bhayangkara FC.
Namun, Maldini Pali hanya mendapatkan kesempatan bermain sebanyak enam kali. Maldini Pali akhirnya dilepas ke Kalteng Putra pada 2019 dan sampai saat ini menjadi pemain klub Liga 2 2020 tersebut.
Advertisement