Bola.com, Jakarta - Striker Persela Lamongan, Diego Banowo, menceritakan perjalanan kariernya termasuk saat terpuruk dalam kanal YouTube Rio Arya Surendra.
Diego merupakan pemain yang dibesarkan oleh Persis Solo Junior di ajang Piala Soeratin, kemudian tim senior dan beberapa tim kasta kedua lainnya. Ia dihantam cedera ACL saat berusia 21 tahun. Cedera itu nyaris membuat kariernya di sepak bola berakhir.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Pelatih Bahrain Mulai Ketar-ketir Jelang Lawan Timnas Indonesia: Sangat Sulit, Mental Harus Disiapkan!
Advertisement
"Bisa dibilang perjalanan karier saya tidak terlalu mulus sebenarnya. Saat di fase junior lumayan berat, setelah SMA merantau ke luar Solo. Kemudian balik ke Persis saat usia 19 tahun. Di tahun 2012, karier saya sempat nyaris mati," terang Diego dalam video yang diunggah pada bulan April 2020.
Cederanya didapat dalam sebuah pertandingan, ia mengalami benturan dengan bek lawan. Setelah insiden tersebut, ia masih sempat beberapa bulan bermain, meski tidak maksimal dan cederanya sering kambuh.
Ketika menjalani MRI, ia lututnya harus dioperasi, karena otot ACL-nya putus. Seketika ia sangat terpukul, karena sepak bola yang menjadi cita-citanya sepertinya harus sirna.
"Semua orang melihat karier saya bakal selesai, karena cedera lutut, ACL saya putus. Sempat operasi, melalui pemulihan sembilan bulan, perjuangan mengembalikan mental fisik dan menghilang trauma," beber pemain berusia 28 tahun.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Merajut Mimpi
Namun ia masih tekad yang kuat untuk tetap mewujudkan mimpinya sukses di sepak bola. Ia tetap tekun berlatih dan berusaha melepas rasa trauma akibat cedera hebat yang dialaminya. Benar saya ia masih bisa bermain di sejumlah klub.
Padahal saya ingin mewujudkan mimpi di sepak bola sejak kecil, orang tua saya juga mendukung penuh. Masa pemulihan paling berat adalah melawan rasa takut trauma malas yang timbul dari diri sendiri. Harus bangun pagi, terapi, belajar berjalan, berenang, rutinitas harus saya lakukan selama sembilan bulan.
Diego bermain di PS Bengkulu, Persijap Jepara, PSS Sleman. Puncak prestasinya adalah membawa Persita lolos ke Liga 1 musim 2019. Hingga sekarang ini ia menjadi andalan lini depan Persela.
"Dukungan penuh dari keluarga dan teman-teman, bisa bangkit, kembali berkarier sampai sekarang. Mematahkan prediksi orang bahwa saya sudah habis di sepak bola," tuturnya.
"Dengan kerja keras Insyaallah mimpi bisa terwujud, walaupun harus melalui proses panjang dan tidak mudah," jelas Diego.
Advertisement