Bola.com, Jakarta - Tahun 2020 sudah masuk bulan Desember. Jika tidak ada pandemi virus corona, kini Timnas Indonesia seharusnya sedang berjuang di ajang Piala AFF, kompetisi paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara.
Piala AFF 2020 awalnya dijadwalkan 23 November sampai 31 Desember. Tapi kini sudah ditunda ke tanggal 5 Desember 2021 sampai 1 Januari 2022. Urung digelarnya Piala AFF 2020, tentu membuat publik Indonesia kecewa.
Baca Juga
Foto: Tampil Spartan, Atletico Madrid Kudeta Barcelona dari Puncak Klasemen Liga Spanyol
Stadion Nasional Dipakai Konser, Timnas Singapura Terpaksa Geser ke Jalan Besar di Semifinal Piala AFF 2024: Kapasitas Hanya 6 Ribu Penonton
Gelandang Newcastle United Bantah Punya Darah Negeri Jiran, Minta Jangan Dihubungkan Lagi dengan Timnas Malaysia
Advertisement
Harapan menghapus luka kelam pada Piala AFF 2018 harus tertunda lebih lama. Ya performa Timnas Indonesia pada ajang ini dua tahun lalu memang sangat buruk jika enggan dibilang memalukan.
Kala itu, Timnas Indonesia yang dilatih Bima Sakti tergabung di Grup B bersama Thailand, Filipina, Singapura, dan Timor Leste. Hansamu Yama Pranata dan kawan-kawan hanya menang sekali, imbang sekali, dan kalah dua kali.
Torehan hanya empat poin, membuat Timnas Indonesia hanya finis posisi empat dan gagal lolos ke semifinal. Sebuah luka mendalam mengingat Skuad Garuda biasanya bisa melaju jauh.
Pada artikel ini, Bola.com mengajak pembaca untuk mengetahui lagi, kronologi kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2008.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diawali Kepergian Luis Milla
Sebelum mentas di Piala AFF 2018, PSSI menyiapkan sejumlah agenda uji coba internasional agar Timnas Indonesia semakin kompetitif. Sejumlah tim seperti Jepang, hingga Cile disebut bakal menjadi lawan Evan Dimas dkk. pada laga persahabatan selanjutnya.
Tujuan diambilnya langkah itu tentu mengerucut kepada satu hal, yakni agar Timnas Indonesia siap bersaing di Piala AFF 2018.
Namun seiring persiapan ini, kursi pelatih Timnas Indonesia yang dipegang Luis Milla mulai goyang. Semua berawal ketika SKuad Garuda melakoni partai uji coba kontra Mauritius, pertengahan September 2018.
Kala itu, Luis Milla sudah tidak mendampingi tim. Meski tanpa Milla, Timnas Indonesia berhasil menang 1-0 atas Mauritius. Tim Garuda juga meraih hasil positif ketika menghadapi Myanmar dan Hong Kong dalam laga uji coba, kendati tanpa pelatih asal Spanyol tersebut.
Timnas Indonesia yang diarsiteki Bima Sakti meraih kemenangan 3-0 atas Myanmar dan 1-1 atas Hong Kong. Menilik hasil-hasil itu, PSSI akhirnya memutuskan tidak memperpanjang masa bakti Milla pada akhir Oktober.
Bima kemudian dipilih sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Target juara Piala AFF 2018 pun dimandatkan PSSI kepada pelatih asal Balikpapan tersebut.
Advertisement
Terpuruk di Piala AFF 2018 bersama Bima Sakti
Penunjukan Bima Sakti sebagai pelatih Timnas Indonesia menjadi bumerang. Kekalahan 0-1 dari Singapura menjadi awal keterpurukan Stefano Lilipaly dkk. di Piala AFF 2018.
Dari empat pertandingan fase Grup B, Timnas Indonesia hanya menang 3-1 atas Timor Leste. Tim Merah-Putih juga takluk 2-4 dari Thailand dan bermain 0-0 kontra Filipina.
Semua hasil tersebut memaksa Timnas Indonesia menghuni peringkat keempat di klasemen akhir Grup B, karena hanya mendulang empat poin. Mereka pun dipastikan gagal menembus semifinal.
Bima menjadi sosok yang dianggap harus mempertanggung jawabkan hasil negatif Timnas Indonesia. Pada Desember 2018, PSSI akhirnya resmi melengserkan sosok 42 tahun itu dari kursi kepelatihan timnas senior.
Sebagai gantinya, PSSI menunjuk Simon McMenemy untuk menangani Timnas Indonesia. Sang pelatih awalnya diikat kontrak berdurasi dua tahun agar mempersiapkan Garuda berjala di Piala AFF edisi 2020.
Namun lantaran hasil buruk yang didapat Timnas Indonesia pada kualifikasi Piala Dunia 2022, Simon McMenemy dipecat dan digantikan arsitek asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.
Wartawan Harus Baik
Menariknya seiring kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018, sosok Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi turut menjadi sorotan.
Adalah soal komentarnya yang menghubungkan perilaku wartawan dengan prestasi timnas, setelah tim sepakbola Indonesia gugur di Piala AFF. "Wartawannya yang harus baik, jika wartawannya baik maka timnasnya baik," katanya kepada awak media.
Pernyataan Edy Rahmayadi ini dilontarkan ketika wartawan bertanya tentang langkah PSSI ke depan, menyusul kandasnya timnas Indonesia di Piala AFF 2018 di fase grup.
Seperti diketahui, kini sosok Edy Rahmayadi sudah tidak lagi menjadi Ketum PSSI. Posisinya digantikan oleh Mochamad Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule.
Â
Advertisement