Bola.com, Jakarta - Kesan angker itu sudah hilang. Terkubur bersama kenangan. Tiga belas tahun yang lalu, Stadion Lebak Bulus tak lagi bertuan. Hanya sisa-sisa memori yang masih terekam dalam ingatan.
Penulis pernah dibuat merinding dengan keangkeran Stadion Lebak Bulus dan mencoba mengingat perasaan itu lagi setelah satu dekade lebih.
Baca Juga
Pelatih Persija Sedih Timnas Indonesia Tersingkir dari Piala AFF 2024, Berharap Dony Tri dan Muhammad Ferarri Ikut Away ke Malut United
BRI Liga 1: Terkena Infeksi Makanan, Biang Kekalahan PSS Sleman di Kandang Persija Jakarta
Hasil BRI Liga 1: Sempat Tertinggal, Persija Comeback Berkat Hattrick Gustavo Almeida
Advertisement
Akhir 1990-an, Stadion Lebak Bulus punya penghuni baru. Namanya Persija Jakarta, tim yang katanya 'Kesebelasan Paling Gaya' mengutip sebuah lagu berjudul 'AEO Persija'. Ketika tim berjulukan Macan Kemayoran itu datang, Pelita Jaya terpaksa hengkang.
Pelita Jaya adalah pemukim asli Stadion Lebak Bulus. Bahkan, stadion ini pernah bernama Stadion Sanggraha Pelita Jaya Lebak Bulus. Kabarnya kala itu, Pelita Jaya membeli hak sewa atas stadion ini untuk beberapa tahun.
Pelita Jaya meninggalkan Stadion Lebak Bulus pada 2000 dan bertransformasi menjadi Pelita Solo. Jadilah Persija menjadi raja tunggal di stadion ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Teror Lebak Bulus
Akhir 2007, Persija mengikuti jejak Pelita Jaya. Macan Kemayoran dengan berat hati meninggalkan Stadion Lebak Bulus. Pilihan yang sulit, tapi perlu diambil. Animo suporter Persija, The Jakmania, tak lagi tertampung di stadion berkapasitas 12 ribu penonton itu.
Suka dan duka Persija ada di stadion ini. Macan Kemayoran pernah menorehkan tinta emas Liga Indonesia 2001 ketika berkandang di stadion ini. Kegagalan dua kali di partai final Liga Indonesia dan Copa Indonesia 2005 juga terjadi saat tim ibu kota bermarkas di stadion ini.
Teror Stadion Lebak Bulus itu nyata. Kata Ismed Sofyan, eks kapten Persija untuk waktu yang cukup lama, Macan Kemayoran jarang digoyangkan tim lawan saat bermain di stadion ini.
"Hampir semua pertandingan di Stadion Lebak Bulus kami menangkan. Ini yang membuat banyak klub lain menganggap stadion ini angker. Bahkan, anggota The Jakmania sampai banyak yang tidak ingin telat datang atau risikonya penuh," ujar Ismed Sofyan pada September 2015.
Desain Stadion Lebak Bulus memang mendukung untuk mengintimidasi tim lawan. Mulai dari teriakan, cacian hingga lemparan dapat dengan mudah menjangkau pinggir bahkan tengah lapangan.
Ketiadaan lintasan atletik membuat tribune dan lapangan sangat dekat. Saking dekatnya jarak, lemparan gulungan kertas alias roll paper dari suporter sering menutupi sebagian lapangan.
Stadion ini juga menjadi saksi dari satu di antara peristiwa besar yang pernah terjadi di sepak bola Indonesia. Persib Bandung, musuh bebuyutan Macan Kemayoran, pernah dibuat walked out (WO) di Stadion Lebak Bulus.
Singkat cerita, Persija akan menjamu Persib pada 2005. Namun, tim tamu tidak datang karena stadion overcapacity: The Jakmania sampai memenuhi tepi lapangan pertandingan.
Sepak mula yang awalnya direncanakan pada 15.30 WIB, lalu diundur menjadi 18.30 WIB untuk memberikan waktu kepada Persib. Merasa keselamatannya terancam, Cecep Supriatna dkk. tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
"Keberatan Persib tentang penonton yang meluber sampai pinggir lapangan tidak berdasar karena saat Persija bertandang ke Bandung, kondisinya sama. Tapi, kami tetap main. Kondisi itu tidak bisa dibilang kami dendam. Tapi, ini lebih merupakan luapan kegembiraan The Jakmania karena pertandingan ini akan membuka kans Persija menjuarai Wilayah Barat," kata pengurus Persija kala itu, Firman Hutajalu.
Persib pun dinyatakan kalah 0-3 dari Persija. Sempat mengajukan banding, namun berakhir sia-sia. Permintaan keberatan itu ditolak PSSI.
"Kenapa tidak ada kesempatan untuk pertandingan ulang. Kalau keputusannya seperti itu buat apa kami datang jauh-jauh ke Jakarta. Apa itu cara supaya Persija tetap menjadi tuan rumah delapan besar?" ucap pembelaan dari manajer Persib ketika itu, Chandra Solehan, masih dilansir dari Detik.
Advertisement
Mereka yang Datang dan Pergi
Ketika di stadion ini pula, sejumlah pemain Persija mengorbit menjadi bintang. Siapa mengenal Ismed Sofyan sebelum ia menyisir tepi lapangan Stadion Lebak Bulus?
Ada yang tahu Emanuel de Porras itu siapa sebelum sepakan kaki kidalnya menghujam jaring gawang stadion ini? Tidak banyak.
Rambut Aliyudin pun makin gondrong di stadion ini.
Stadion Lebak Bulus juga pernah menyisakan kekecewaan dan luka bagi beberapa superstar. Bambang Pamungkas patah kaki dan angkat kaki dari stadion ini pada 2004-2005.
Ronald Fagundez menolak bermain di stadion ini pada 2006 dan memilih beraksi di Stadion Brawijaya, Kediri, markas dari Persik Kediri.
Stadion Lebak Bulus hampir disinggahi bintang kelas dunia andai kabar Ariel Ortega merapat ke Persija pada era 2006 itu benar adanya. Sayang, rumor tersebut hanya isapan jempol belaka.
"Untuk Ariel Ortega, apabila negosiasi harganya cocok, akan kami ambil," kata Gubernur DKI sekaligus Pembina Persija waktu itu, Sutiyoso, dilansir dari Antara medio Oktober 2006.
Bim Salabim, Jadi Depo MRT
Bim salabim! Stadion Lebak Bulus kini disulap menjadi depo Mass Rapid Transit (MRT). Semua berawal dari kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada 2011 di bawah kepemimpinan Fauzi Bowo.
Demi mengurai kemacetan dan memperbaiki layanan transportasi umum, Pemprov DKI kala itu berencana untuk membangun dan memfungsikan MRT. Dan, Stadion Lebak Bulus menjadi satu di antara infrastruktur yang terpaksa dikorbankan.
"Kami sudah memberitahu Kemenpora bahwa aset Pemprov DKI, yaitu Stadion Lebak Bulus akan kami alihfungsikan. Prinsipnya DKI tidak akan menelantarkan atau mengabaikan begitu saja. Kami akan mencari lokasi penggantinya. Mudah-mudahan mereka paham," kata Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) DKI Jakarta, Ratiyono, dinukil dari Antara medio Februari 2011.
Sejak rencana itu dikemukakan, baru empat tahun kemudian benar-benar terealisasikan. Stadion Lebak Bulus hancur lebur dan Bola.com sempat mengabadikannya dalam bentuk cover story yang bertitel 'Akhir Cerita Stadion Lebak Bulus' pada 2015.
Advertisement
Partai Perpisahan
Kali terakhir Stadion Lebak Bulus menjadi homebase Persija adalah pada 2007. Partai melawan Semen Padang menjadi 'The Last Dance' Ismed Sofyan dkk. di stadion bersejarah itu pada 30 Desember 2007.
Persija berhasil memberikan kado perpisahan yang manis untuk Stadion Lebak Bulus dengan kemenangan empat gol tanpa balas atas Semen Padang. Partai itu menjadi pertandingan pamungkas Macan Kemayoran di Wilayah Barat sebelum melangkah ke babak delapan besar.
Militansi The Jakmania makin tinggi, Persija memilih memakai Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, sebagai homebase permanen menggantikan Stadion Lebak Bulus. Meski dalam perjalanannya, Macan Kemayoran sempat beberapa kali kembali ke sana jika SUGBK tidak bisa dipakai.
Sayonara Lebak Bulus
Akhir 2014, penulis mengunjungi Stadion Lebak Bulus untuk terakhir kalinya. Kondisi stadion mulai tidak terawat karena bakal dibongkar.
Coretan good bye memenuhi setiap tembok stadion sebagai sarana meluapkan pesan, kesan, hingga curhatan.
Skuad dan manajemen Persija serta The Jakmania semua tumpah ruah di Stadion Lebak Bulus. Pesta itu menjadi momen perpisahan yang sempurna dengan stadion ini.
"The Jakmania beraksi.. Walau panas terik matahari... Berjuta kali Persija beraksi bagiku itu langkah pasti. Hari-hari esok adalah milik kita.. Persija jadi juara Ligina.. Gegap gempita anak The Jakmania... Demi kejayaan tim Persija. Marilah kawan mari kita nyanyikan sebuah lagu tentang kemenangan..."
Advertisement