Bola.com, Jakarta - Penampilan Timnas Indonesia pada Piala AFF 2016 dianggap sebagai satu di antara yang membanggakan sekaligus menyahat hati. Kala itu, armada pasukan Alfred Riedl (alm) kembali menembus final, namun lagi-lagi gagal mengangkat trofi juara.
Diwarnai dengan waktu yang serbamepet karena baru saja 'bersih' dari sanksi FIFA, Timnas Indonesia yang digawangi Boaz Solossa pada awalnya diragukan bisa perform pada Piala AFF 2016. Aroma pesimisme pun menyeruak.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Apalagi, Alfred Riedl diketahui terlibat friksi dengan sejumlah klub Tanah Air karena tarik menarik terkait pemilihan pemain. Untuk diketahui, saat itu ada kompetisi Indonesia Soccer Championship sehingga beberapa klub enggan begitu saja melepas pemain pilihan.
Tak sampai di situ saja, Alfred Riedl dibuat pusing lantaran Zulham Zamrun, satu di antara pemain yang dipanggil masuk Timnas Indonesia menyusul performa menawannya di level klub, kerap emosi lantaran diledek suporter.
Di sisi lain, PSSI sebetulnya tidak memasang target muluk-muluk. Agaknya persiapan tim yang tidak ideal disikapi 'bijaksana' oleh induk organisasi sepak bola Indonesia itu. Bahasa kerennya nothing to lose.
Sejatinya, sejak awal bermain di penyisihan Grup A bersama Singapura, Thailand, dan tuan rumah Filipina, Indonesia sudah harus berjuang ekstra keras.
Tim asuhan pelatih Alfred Riedl ini dipaksa melalui pertandingan demi pertandingan dengan berpeluh. Di matchday pertama Grup A, Andik Vermansah dkk. menyerah 2-4 dari Thailand. Padahal, Timnas Indonesia sempat menyamakan skor jadi 2-2 sebelum akhirnya kalah.
Di matchday kedua melawan Filipina, Timnas Indonesia lagi-lagi harus bekerja keras. Tim Garuda, yang sudah unggul 2-1 hingga menit ke-68, terpaksa menelan pil pahit setelah Philip Younghusband mencetak gol penyama skor 2-2 pada menit ke-82.
Pertandingan ketiga di penyisihan Grup A tak kalah menegangkan. Dengan hanya mengantongi poin satu dari dua laga, Indonesia wajib memenangi pertandingan kontra Singapura jika ingin lolos ke semifinal.
Butuh kemenangan, justru the Lions mampu unggul lewat gol Khairul Amri, menit ke-27. Di saat itulah, Timnas Indonesia menunjukkan ketangguhannya pada situasi mendesak.
Timnas Indonesia bangkit dengan gol Andik Vermansah menit ke-62, dan Stefano Lilipaly memastikan kemenangan Tim Garuda dengan skor 2-1. Indonesia pun melaju ke semifinal sebagai runner-up Grup A, di bawah Thailand yang jadi juara grup, dengan poin empat.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Drama di Semifinal
Berbarengan dengan kelolosan ke semifinal Piala AFF 2016, euforia kembali menyelubungi dunia sepak bola Indonesia. Fase empat besar pun ditatap dengan optimisme tinggi serta dukungan luar biasa dari suporter.
Tiket laga semifinal jadi barang yang sulit dicari menyusul tingginya antusiasme suporter menyaksikan langsung perjuangan Timnas Indonesia di Stadion Pakansari.
Di semifinal, Timnas Indonesia berjumpa Vietnam yang merupakan juara Grup B. Vietnam melaju ke empat besar dengan poin sempurna, sembilan, hasil sapu bersih kemenangan dari tiga laga.
Namun, semangat baja plus dukungan suporter menghadirkan optimisme di kalangan pemain. Indonesia mendapat jatah menjamu lawan terlebih dulu.
Di hadapan Presiden Joko Widodo dan jajaran Menteri serta pejabat negara lain yang menyaksikan langsung di Stadion Pakansari, Tim Garuda mampu menundukkan Vietnam 2-1 pada leg pertama, 3 Desember 2016.
Perjuangan tak kenal takut kembali diperlihatkan Stefano Lilipaly cs. ketika ganti menyambangi markas lawan. Di bawah tekanan puluhan ribu pendukung the Golden Stars yang memadati Stadion My Dinh di Hanoi, 7 Desember 2016, Indonesia mampu memaksakan hasil imbang, skor 2-2.
Leg kedua semifinal Piala AFF 2016 ini diwarnai drama yang membuat jantung pencinta Tim Garuda berdegup lebih kencang. Mungkin Anda masih ingat, betapa pertandingan ini sangat menguras emosi.
Pertandingan berjalan sangat alot. Gol pertama baru tercipta pada menit ke-54. Stefano Lilipaly membuka gol untuk membuat Indonesia unggul 1-0.
Keuntungan dimiliki Indonesia lantaran sejak menit ke-76, Vietnam bermain dengan 10 pemain saja setelah kiper mereka, Tran Nguyen Manh, mendapatkan kartu merah karena menendang Bayu Pradana saat terjadi kemelut di depan kotak penalti.
Pelatih Timnas Vietnam, Nguyen Huu Thang, terpaksa menempatkan bek Que Ngoc Hai sebagai kiper karena jatah pergantian pemain sudah habis.
Namun, tim tuan rumah justru mampu comeback dan mencetak dua gol untuk berbalik unggul, pada menit ke-83 dan 90+3'. Dengan hasil sementara ini, agregat kedua tim sama kuat, 2-2.
Pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan. Manahati Lestusen akhirnya membuat fan Tim Merah-Putih di manapun berada, bersorak meluapkan sukacita. Indonesia mendapatkan penalti pada menit 90+7', setelah Que Ngoc Hai melanggar Ferdinand Sinaga di kotak terlarang.
Mahanati yang maju sebagai eksekutor, mampu mengecoh bek yang jadi kiper itu untuk menyelamatkan Timnas Indonesia dari kekalahan sekaligus membuat agregat kedua menjadi 4-3 untuk keunggulan Indonesia.
Â
Advertisement
Piala yang Urung Diangkat
Untuk kesekian kalinya, gelar juara perdana Piala AFF sudah begitu dekat, namun rupanya asa itu belum bisa terwujud. Untuk kelima kalinya, Indonesia hanya bisa jadi runner-up di turnamen sepak bola paling elite di level Asia Tenggara itu.
Di partai final, Timnas Indonesia kalah agregat gol 2-3 dari Thailand. Saat menjamu Thailand pada leg pertama final di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, 14 Desember 2016, Indonesia menang 2-1 lewat gol Rizky Pora dan Hansamu Yama. Namun, Thailand mampu mencuri gol tandang melalui Teerasil Dangda.
Pada leg kedua di Stadion Rajamangala, Bangkok, 17 Desember 2016, Timnas Indonesia takluk lewat dua gol Siroch Chattong. Timnas Indonesia pun harus puas pulang dengan status runner-up.
Â
Timnas Tetap Kompak
Rasa geregetan juga merasuki Evan Dimas, Abdulrahman, Gunawan Dwi Cahyo, Andritany Ardhiyasa, Rudolof Yanto Basna, Teja Paku Alam, dan Bayu Gatra. Khusus Evan, sang pemain sempat didapuk sebagai pemain inti di sepanjang laga uji coba jelang turnamen. Namun posisinya sebagai pemain inti di lini tengah hilang setelah Stefano Lilipaly datang.
Evan yang notabene bintang Timnas Indonesia U-19 yang sukses jadi juara di Piala AFF U-19 2013 secara pribadi pasti kecewa tidak mendapat kesempatan jadi starter di mayoritas laga Piala AFF 2016. Namun, gelandang serang Bhayangkara FC tidak meluapkan kekecewaannya dengan aksi-aksi negatif yang merusak keutuhan tim.
Ia terlihat memberi dukungan penuh kepada rekan-rekannya dari pinggir lapangan. Saat berada di Bangkok Evan dan sejumlah pemain cadangan tetap terlihat berinteraksi mesra dengan pilar-pilar inti Tim Garuda.
"Dukung kami semua ya agar bisa juara," ujar Evan pendek sembari bercengkrama dengan sesama pemain muda, Hansamu Yama.
Dedi Kusnandar menyebut kondisi internal timnas amat kompak. "Kami semua sama-sama punya hasrat kuat membawa Timnas Indonesia menjadi juara. Siapapun yang diturunkan Coach Alfred Riedl, harus didukung," ujar Dedi.
Pelatih Alfred Riedl menggarisbawahi pentingnya kesehatian dari keseluruhan pemain agar bisa melalui pertandingan leg kedua final Piala AFF 2016 di Stadion Rajamangala, Bangkok, dengan sukses. Tim Merah-Putih membuka kans jadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara setelah menang 2-1 melawan Thailand pada pertandingan final kandang di Stadion Pakansari, Bogor, Rabu (14/12/2016).
"Semua pemain harus punya hasrat yang sama. Pertandingan kedua amat penting bagi Timnas Indonesia. Kami sudah sangat dekat dengan gelar juara, pemain harus memiliki kesehatian agar tim bisa sukses," kata mentor asal Austria itu.
Â
Advertisement
Disiplin Tinggi ala Alfred Riedl
Mendiang Alfred Riedl merupakan pelatih Timnas Indonesia yang tak kalah tegas soal pencoretan pemain. Dalam penelusuran Bola.com, ada tiga pemain yang sempat dicoret oleh Riedl dari timnya karena masalah indisipliner. Titus Bonai, Vendry Mofu, dan Dominggus Fakdawer adalah tiga pemain yang harus menerima pencoretan tersebut.
Vendry Mofu adalah pemain yang pernah dicoret Alfred Riedl dalam seleksi Timnas Indonesia U-23 pada 15 Januari 2011. Riedl menegaskan pencoretan Mofu murni karena indisipliner.
Pemain yang saat itu memperkuat Semen Padang itu sudah bergabung dengan rekan-rekannya di Timnas Indonesia U-23 di Hotel Sultan Jakarta pada 14 Januari 2011. Namun, hingga latihan sore yang digelar pad 15 Januari 2011, batang hidungnya tak kunjung muncul sehingga Riedl tak membutuhkan waktu lebih lama untuk mencoretnya dari skuat.
"Satu pemain tidak muncul pada latihan pagi ini. Jadi saya coret dia karena masalah indisipliner. Dia keluar karena tidak muncul saat latihan dan sarapan pagi," ujar Riedl, 15 Januari 2011 sore.
Pemain lain yang pernah dicoret Alfred Riedl adalah Titus Bonai. Peristiwa ini terjadi hanya dua bulan setelah pelatih asal Austria itu mencoret Mofu dari tim yang sama.
Titus Bonai tidak terlihat dalam latihan pagi di kawasan Senayan. Sikap indisipliner tersebut membuat Riedl berang dan tegas menyatakan Tibo, sapaan akrab Titus Bonai, dicoret dari Timnas Indonesia U-23.
"Titus dicoret dari skuat karena tindakan indisipliner. Lihat saja dia tidak ikut latihan hari ini, jadi sudah 99 persen dicoret," tegas Riedl saat itu.
"Dua kali Titus meminum minuman keras, di Hong Kong dan Jakarta," ungkap Riedl yang mengindikasikan pencoretan didasarkan atas sikap tidak profesional yang diperlihatkan oleh Titus Bonai saat itu.
Sementara pemain ketiga adalah Dominggus Fakdawer yang dicoret dalam persiapan Timnas Indonesia ke Piala AFF 2016. Saat itu, Riedl mencoret tiga pemain, di mana Dominggus yang menjadi satu di antaranya dicoret karena masalah indisipliner.
"Setelah pulang dari Vietnam, kami melepas Septian David, Rizky Pellu yang masuk waiting list, dan Dominggus Fakdawer. Dominggus harus kami coret karena indisipliner," tegas Riedl pada 11 November 2016.
Namun, juru taktik asal Austria itu tidak memberikan detail soal tindakan indisipliner yang dilakukan Fakdawer. Bahkan pemain asal Papua itu pun belum mendapatkan satu kesempatan pun dari Riedl dalam laga uji coba yang dijalani Timnas Indonesia.
Alfred Riedl merupakan pelatih yang sukses mengantar Timnas Indonesia mencapai final Piala AFF dalam dua edisi berbeda, yaitu pada 2010 dan 2016. Ia merupakan satu di antara pelatih terbaik yang pernah menangani Tim Garuda hingga saat ini.
Â
Kenangan Abduh Lestaluhu terhadap Alfred Riedl
Abduh Lestaluhu tidak bisa begitu saja melupakan sosok mantan pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, yang wafat pada beberapa hari yang lalu. Ada satu insiden ketika menghadapi Thailand yang membuatnya teringat akan figur pelatih asal Austria tersebut.
Alfred Riedl meninggal dunia akibat penyakit yang telah lama dialaminya. Kabar tersebut menjadi duka buat sepak bola Tanah Air, karena ia merupakan satu di antara pelatih terbaik yang pernah menangani Timnas Indonesia.
Abduh Lestaluhu yang menjadi bagian Timnas Indonesia dalam beberapa kesempatan mengenang kembali sosok almarhum Alfred Riedl. Ia teringat akan satu insiden ketika menghadapi Thailand.
Untuk menyegarkan memori pembaca Bola.com, pada 2016, Abduh Lestaluhu pernah menendang bola ke arah bangku cadangan pemain Thailand. Emosinya tak mampu ditahan, dan sebagai ganjaran, ia berikan kartu merah.
Namun, Abduh Lestaluhu mengingat hal lain dari kejadian itu. Pemilik nomor punggung tiga ini mengatakan, sosok Alfred Riedl sangat memperhatikannya untuk melalui masa-masa sulit setelah kejadian itu.
"Yang saya tahu, almarhum coach Alfred Riedl mengatakan kepada masyarakat umum, bahwa saya tidak mungkin melakukan hal itu kalau tidak ada apa-apa di bench Thailand. Itu kalimat yang menurut saya, membela saya sekali," kata Abduh Lestaluhu kepada Bola.com, Jumat (11/9/2020).
"Saya beruntung sekali bisa mengenal dan pernah dilatih Alfred Riedl," katanya lagi.
Menurut Abduh Lestaluhu, Alfred Riedl adalah sosok yang sangat disiplin dan tegas. Namun, di balik itu, Riedl akan membela para pemainnya, dan tidak pernah menyalahkan pemain meski hasil akhir dari pertandingan adalah kekalahan.
Pemain kelahiran Ambon itu semakin merasa kehilangan dengan sosok Alfred Riedl mengingat dialah yang memberikan kepercayaan kepada Abduh Lestaluhu untuk melakukan debut untuk Timnas Indonesia.
"Tahun 2016 adalah debut saya bersama Timnas Indonesia dan Coach Alfred Riedl adalah pelatihnya. Jadi banyak sekali momen yang sangat saya ingat saat dilatih beliau. Beliau adalah sosok yang tegas dan disiplin, tapi tetap sayang terhadap semua pemain."
"Beliau tidak pernah menyalahkan pemain jika tim meraih hasil buruk dalam sebuah pertandingan," ujar Abduh Lestaluhu mengakhiri pembicaraan.
Advertisement