Bola.com, Kediri - Jagat sepak bola Indonesia pernah heboh dengan kehadiran Yanita Utama pada era Galatama. Apalagi tim tersebut sempat dua kali menjadi juara Galatama dengan mengandalkan Bambang Nurdiansyah dan Djoko Malis di lini serang.
Berawal dari juragan perkebunan, Pitoyo Haryanto, membeli klub Jaka Utama Lampung yang saat itu tnegah kolaps karena tengara suap dalam kompetisi, Yanita Utama lahir.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Jaka Utama pun pindah markas dari Lampung ke Stadion Padjajaran Bogor dan berganti nama menjadi Yanita Utama pada 1982. Satu yang mengejutkan, tim yang sakit ini disulap Pitoyo Haryanto menjadi sebuah klub yang tangguh.
Beberapa pemain berlabel bintang kemudian diboyong ke Bogor. Trio Ruddy William Keltjes, Yudi Suryata, dan Djoko Malis dibeli dari Niac Mitra yang merupakan juara Galatama 1982 dan 1983. Libero terbaik saat itu, Herry Kiswanto, juga diambil dari Pardedetex Medan.
Hasilnya sungguh luar biasa. Dua musim beruntun pada 1984 dan 1985, tim besutan Abdul Kadir dan Sofyan Hadi menjuarai Galatama. Kesuksesan Yanita Utama tidak lepas dari duet maut Bambang Nurdiansyah dan Djoko Malis. Apa rahasia tandem ini?
"Saya dan Djoko Malis sama-sama jebolan klub PSAD Surabaya. Jadi kami langsung nyetel ketika diduetkan di Yanita Utama. Istilahnya kami sudah punya chemistry sejak lama," ujar Bambang Nurdiansyah.
Pasangan ini pun menjadi ancaman bagi lawan. Bambang Nurdiansyah selalu menjadi top scorer dan Djoko Malis merasa puas sebagai runner-up di daftar tersebut.
"Saya mengakui Djoko Malis memiliki peran atas prestasi saya. Sebenarnya dia lebih senior dan menjadi idola saya. Saya sangat respek terhadap dia. Djoko Malis teman yang enak diajak diskusi. Padahal saat itu dia menjadi seorang striker terbaik di kompetisi, tapi tidak egois ketika bermain," ujar Bambang Nurdiansyah.
Sebaliknya, Djoko Malis menilai Bambang Nurdiansyah sosok yang punya ego tinggi. Uniknya, karakter tersebut malah disukai oleh Djoko Malis.
"Bambang tipe pemain egois, dan seorang striker memang harus seperti itu. Tapi, saya sangat senang dengan karakter yang dimiliki oleh Bambang," ucap Djoko Malis tentang Bambang Nurdiansyah.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Faktor Lain, Pemain Asal Jawa Timur
Selain ikatan batin dengan Djoko Malis, Bambang Nurdiansyah mengungkapkan keberhasilan Yanita Utama karena tim itu diperkuat beberapa pemain asal Jatim.
Selain dia dan Djoko Malis, ada Ruddy Keltjes, Yudi Suryata, Maura Helly, Ristomoyo, dan kiper Asid.
"Jadi ciri khas permainan Jawa Timuran sangat kental di Yanita Utama. Itu satu di antara beberapa faktor kesuksesan Yanita Utama saat itu," jelas Bambang Nurdiansyah.
Tapi, mantan pelatih PSIS Semarang di Liga 1 2019 ini sangat menyayangkan kiprah sahabatnya itu tak berlanjut sebagai pelatih.
"Djoko Malis pemain hebat pada eranya. Dia juga pernah sukses saat melatih Persmin Minahasa. Tapi, sayang dia pensiun sehingga namanya hilang dari sepak bola Indonesia. Ini mungkin perbedaannya dengan saya yang hingga kini masih berkarier di sepak bola," paparnya.
Advertisement