Bola.com, Jakarta - Sebagai pemain yang pernah malang melintang di sepak bola nasional, I Putu Gede juga mendapatkan pengalaman pahit manis dalam perjalanan kariernya.
Mulai insiden gas air mata di Stadion Gelora Bung Karno musim 1996/1997, kompetisi terhenti pada 1997-1999 dan cedera panjang. Setelah melewati masa itu, ia kemudian mendapat berbagai momen emas dalam dua fase berkostum Arema Malang.
Baca Juga
Advertisement
Dalam channel Youtube Ryan Ekky Pradipta, pria kelahiran Denpasar 1 Desember 1973 ini mengungkap dua fase berkostum klub kebanggaan Aremania itu. Fase pertama terjadi ketika ia menjalani pemulihan cedera di Malang selepas memperkuat Persija Jakarta pada 1998.
Kala itu, Putu Gede terpaksa absen selama enam bulan di lapangan hijau. "Saat pemulihan cedera itu, manajemen Arema menawarkan kontrak untuk bergabung jelang musim 1999/2000," kenang I Putu Gede.
Setelah pulih total, I Putu Gede menjelma jadi bagian penting Arema yang berhasil menembus 8 besar Liga Indonesia 1999/2000. Berkat penampilannya itu, nama Putu Gede masuk dalam daftar skuad Tim Nasional Indonesia di Piala Asia dan Piala AFF 2000.
Dua musim bersama Arema, Putu Gede hijrah ke Gelora Putera Delta yang kemudian menjadi Deltras Sidoarjo. Fase keduanya bersama Arema terjadi pada 2004-2006.
Merasa berhutang budi dengan Arema, Putu Gede rela berkompetisi di Divisi 1 (Liga 2) bersama klub Malang itu pada 2004. Hasilnya, Arema meraih trofi juara dan promosi ke Divisi Utama (Liga 1).
Bersama Arema pula, Putu meraih trofi bergengsi dengan dua kali meraih gelar juara Copa Indonesia yakni pada 2005 dan 2006. Kedekatannya dengan Benny Dolo, pelatih Arema saat itu membuat Putu Gede tak menolak ajakan sang mentor yang menerima tawaran manajemen Persita Tangerang pada musim 2007/2008.
Selepas dari Persita, Putu Gede akhirnya kembali ke Persebaya, klub pertama yang membesarkannya. Setelah itu, ia memperkuat Persekabpas Pasuruan dan Persipro Probolinggo. Di klub terakhir inilah, Putu pensiun sebagai pemain pada 2013 dan beralih profesi sebagai pelatih.
Â
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
I Putu Gede Bicara Timnas Indonesia
Sebagai pelatih, I Putu Gede lebih banyak berkutat di klub semenjana. Perseru Serui adalah klub dengan level tertinggi yang pernah ditanganinya. Terakhir, Putu Gede melatih Putra Sinar Giri Gresik di Liga 2 2020 sebelum kompetisi terhenti karena wabah pandemi COVID-19.
Kompetisi yang belum jelas kapan kembali digelar membuat Putu Gede prihatin. Di matanya, kompetisi yang tak jelas membawa dampak besar buat sepak bola Indonesia, khususnya prestasi tim nasional.
Oleh karena itulah, pada kesempatan ini, Putu Gede juga mengomentari kiprah Timnas Indonesia yang hanya bagus di level junior tapi terpuruk di senior. Menurutnya, sukses timnas junior disebabkan lawan yang dihadapi lebih memilih melakukan regenerasi.
Alhasil, timnas junior terlihat dominan karena rata-rata usia pemain tim lawan lebih muda. "Sepak bola Indonesia juga tak bisa lepas dari pengaruh politik," tegasnya.
Sebagai eks tim nasional, Putu Gede juga berharap para pemain muda lebih fokus mengembangkan kemampuannya. Peranan media sosial juga dinilainya bisa jadi penghambat.
"Saya pribadi menganggap media sosial sangat mengganggu dan membuat pemain kehilangan fokus. Jadi, sebaiknya dijauhi dulu saat masih ingin mengembangkan karier di sepak bola," tutur Putu.
Putu pun berharap pelatih yang berkualitas makin banyak terutama di daerah. "Kita harus memulai dengan menanamkan dasar sepak bola dan sikap yang benar buat pemain usia dini. Terutama soal disiplin berlatih, menjaga pola makan dan istirahat yang cukup," pungkas Putu.
Advertisement