Bola.com, Jakarta - Meraih medali emas cabang sepak bola bersama Timnas Indonesia di SEA Games 1991 merupakan pencapaian tertinggi legenda Persebaya, Yusuf Ekodono, dalam perjalanan kariernya sebagai pemain.
Menjadi pilar skuad Garuda di Manila tentu tak didapatkan Yusuf dengan mudah. Apalagi, ia harus bersaing dengan pemain papan atas Indonesia .
Baca Juga
Kabar Terkini Mengenai Wasit yang Akan Memimpin Laga Timnas Indonesia Melawan Jepang dan Arab Saudi
Persib Disindir Bobotoh dengan Sebutan Badut Asia, Bojan Hodak: Kami Memang Tak Cukup Kuat di Liga Champions
Kedubes RI di Denmark Jalin Koordinasi untuk Jalani Sumpah WNI Kevin Diks: Tunggu Kabar PSSI
Advertisement
Saat itu, skuat Timnas Indonesia didominasi oleh pemain Galatama yang disebut-sebut sebagai universitasnya kompetisi tanah air. Dari tim Perserikatan hanya dua pemain yang terpilih. Selain Yusuf yang cemerlang bersama Persebaya Surabaya di Piala Utama 1990, ada Robby Darwis, bek senior Persib Bandung.
"Saya juga baru bergabung setelah timnas melakukan TC di Australia," kenang Yusuf di channel Youtube Omah Balbalan.
Menurut Yusuf, pencapaiannya bersama Timnas Indonesia di SEA Games 1991 adalah buah kesabaran, kerja keras dan tekad kuat plus dukungan penuh dari kedua orangtuanya, Masimin dan Kasinem.
"Ayah dan ibu memberi contoh yang baik buat saya sejak kecil. Bahwa sukses bisa dicapai lewat proses yang harus dijalani dengan sepenuh hati dan fokus pada impian," kata Yusuf.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Didikan Keras Turunkan pada Anak
Didikan dan gemblengan dari kedua orangtuanya itu juga diterapkan Yusuf kepada tiga anak lelakinya, Fandi Eko Utomo, Wahyu Subo Seto, dan Novaldo Troy Putra yang mengikuti jejaknya sebagai pesepak bola profesional.
"Sejak kecil, mereka, khususnya Fandi dan Wahyu sudah saya ajak menemani saya latihan dan bertanding. Bahkan saat Persebaya bermain di Kalimantan. Tujuannya agar mereka bisa menjiwai sepak bola dan menjadikan bagian dari kehidupannya," terang Yusuf.
Dan ketika para anaknya lulus dari bangku sekolah menengah pertama, Yusuf memberikan plihannya kepada mereka, serius mau jadi pemain atau berkarier di bidang lain.
"Alhamdulillah, semua anak saya memilih sepak bola. Saya pun mengarahkan mereka baik di dalam mau pun di luar lapangan."
Yusuf merujuk satu langkahnya dengan tidak membelikan anaknya telepon genggam yang dinilainya bisa membuat mereka kehilangan fokus.
"Tapi, saya bilang ke mereka, bapak bisa membelikan sepatu bola yang harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal dari harga sebuah handphone. Untung mereka mau menerima," tutur Yusuf.
Fandi dan Wahyu sudah bermain di kompetisi kasta tertinggi. Fandi saat ini tercatat sebagai pemain PSIS Semarang. Sedang Wahyu tergabung di Bhayangkara FC. Sementara Novaldo berkostum PS Hizbul Wathan di Liga 2.
Advertisement
Saran untuk Pemain Muda
Sejalan dengan perkembangan zaman, Yusuf mengaku sejatinya dirinya tak begitu alergi dengan penggunaan smartphone oleh pemain muda. Menurut Yusuf, sepanjang digunakan untuk hal yang positif tak masalah.
"Poinnya adalah pemain muda jangan kehilangan fokus untuk mewujudkan impinnya sebagai pemain profesional," terang Yusuf.
Yusuf menyarankan agar pemain muda memanfaatkan smartphone yang dimilikinya untuk hal-hal yang positif, di antaranya menyaksikan rekaman pertandingan atau metode latihan. Itu pun durasinya harus dibatasi.
"Paling lama satu atau dua jam per hari. Karena untuk menjadi pemain yang bagus harus disiplin menjaga istirahat dan pola makan juga mental. Karena hal itu yang dibutuhkan untuk tetap fit dan konsisten di latihan maupun pertandingan," papar Yusuf.