Bola.com, Malang - PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi sepak bola profesional Indonesia baru saja menggelar pertemuan secara virtual dengan klub peserta kompetisi, baik Liga 1 maupun Liga 2. Mayoritas klub setuju kompetisi 2020 tidak berlanjut, tapi bagi Arema FC ada yang jauh lebih penting.
Arema FC sebagai kontestan Liga 1 sebenarnya berharap kompetisi 2020 tetap dituntaskan. Alasannya, ada kerjasama dengan sponsor yang harus tetap dituntaskan untuk musim kompetisi 2020. Namun, jika PSSI menyetujui keinginan mayoritas klub, Arema FC akan ikut tunduk dengan keputusan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Namun, yang terpenting, tim berjulukan Singo Edan itu berharap segera ada izin dari kepolisian. Mereka melihat bakal ada pergantian Kapolri dari Idham Aziz kepada Listyo Sigit Prabowo, di mana itu bisa menjadi momentum agar perizinan pertandingan sepak bola bakal menjadi lebih mudah.
"Kami dari Arema berusaha optimistis Liga 1 kembali digelar. Kompetisi ini bergantung kepada izin kepolisian. Ini menjadi momen fit and proper test buat pergantian pucuk pimpinan Polri," ujar Media officer Arema FC, Sudarmaji.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Apa pun Keputusan, Izin Kepolisian Jauh Lebih Penting
Arema FC seakan melihat seperti apa pun hasil pertemuan klub, semua tetap tidak bisa berjalan tanpa ada izin dari kepolisian. Seperti yang sudah sering terjadi dalam hampir satu tahun terakhir ini, mayoritas klub vakum karena tidak ada kepastian kapan kompetisi akan bergulir lagi.
"Padahal banyak pihak yang menggantungkan pemasukan dari sepak bola," tegasnya.
Roda finansial Arema FC juga berputar lagi ketika kompetisi sudah berjalan. Sponsor yang bekerjasama kembali menggelontorkan dana untuk Arema FC.
Dengan begitu, Arema FC tidak lagi 'menyusu' kepada direksi seperti saat ini. Hal itu terjadi karena Arema FC kini tidak memiliki pemasukan lain pada masa tunggu kompetisi. Padahal gaji pemain dan pelatih harus tetap dibayarkan meski sudah dipangkas hingga 75 persen, di mana artinya tetap ada dana yang dikeluarkan dan nilainya mencapai lebih dari Rp500 juta setiap bulannya.
Advertisement