Bola.com, Jakarta - Belasan tahun yang lalu, para pelatih ini adalah bintangnya Liga Indonesia. Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat dan membawanya menggeluti profesi yang tidak jauh dari lapangan hijau, sebagai pelatih.
Aji Santoso masih eksis di Liga Indonesia era 2000-an. Aji membela Persema Malang dan Arema Malang sebelum gantung sepatu pada 2004.
Baca Juga
Advertisement
Setahun berselang, Aji memulai karier barunya sebagai pelatih. Dia menangani Timnas Indonesia U-17 selama setahun.
Aji lalu melanglang buana ke beberapa tim lokal, sebelum berlabuh ke Persik Kediri pada 2009 hingga Timnas Indonesia U-23 pada 2012. Dia bahkan sempat menjadi caretaker timnas senior pada tahun yang sama.
Aji kembali dipilih sebagai pelatih Timnas Indonesia U-23 pada 2015 sebelum hijrah ke Persela Lamongan pada 2016 lalu ke Arema FC pada 2017.
Pada 2018, Aji kembali ke Persela sebelum menerima pinangan PSIM Yogyakarta untuk putaran pertama Liga 2 2019.
Memasuki putaran kedua kompetisi, Aji memilih menerima tawaran Persebaya Surabaya. Klub kebanggaan Bonek itu masih dilatihnya hingga saat ini.
Sebagai pemain, Aji menyabet dua gelar Liga Indonesia bersama Persebaya pada 1996/1997 dan PSM Makassar pada 1999/2000. Dia juga pernah sekali merengkuh trofi Galatama dengan Arema Malang pada 1992/1993.
Setelah banting setir menjadi pelatih, pencapaian terbaik Aji yaitu mengantar Persebaya sebagai runner-up Liga 1 2019 dan mempersembahkan Arema FC gelar Piala Presiden 2017.
Aji sebenarnya pernah mengantar Persebaya 1927 hingga puncak klasemen Liga Primer Indonesia pada 2011. Namun, kompetisi breakaway league tersebut kolaps di tengah jalan.
Selain Aji, siapa lagi pesepak bola beken di Liga Indonesia era 2000-an yang telah banting setir menjadi pelatih di level tertinggi? Berikut Bola.com merangkum empat di antaranya:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Widodo C. Putro
Widodo C. Putro pensiun di Petrokimia Putra pada 2004. Pada 2011, ia mengawali profesi barunya sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia.
Widodo lalu diangkat sebagai pelatih Timnas Indonesia U-21 pada 2012 dan Gresik United pada 2013. Setahun berselang, ia kembali menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia.
Widodo kembali melatih di level klub, kali ini menangani Persepam Madura Utama pada 2015 dan Sriwijaya FC pada 2016.
Karier Widodo mulai melonjak setelah ditunjuk sebagai pelatih Bali United pada 2017. Dia mampu membawa tim berjulukan Serdadu Tridatu itu mengakhiri musim sebagai runner-up.
Akhir musim 2018, Widodo dipecat Bali United. Penurunan prestasi menjadi landasan manajemen Serdadu Tridatu memberhentikannya.
Widodo sempat turun kasta ke Liga 2 untuk menangani Persita Tangerang, sebelum membawa klub itu promosi ke Liga 1 pada 2020.
Sebagai pemain, Widodo mengoleksi dua gelar juara Liga Indonesia bersama Persija Jakarta pada 2001 dan Petrokimia Putra pada 2002. Dia juga menjadi anggota Timnas Indonesia ketika merebut medali emas SEA Games 1991.
Di level pelatih, prestasi tertinggi Widodo baru mencapai runner-up Liga 1 2017 dengan Bali United. Saat ini, ia masih menukangi Persita Tangerang.
Advertisement
Kurniawan Dwi Yulianto
Memulai kariernya sebagai pemain di klub Swiss, FC Luzern pada 1994, Kurniawan Dwi Yulianto pensiun pada 2013 di Persipon Pontianak. Pria yang karib dipanggil Si Kurus ini juga pernah memperkuat PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta hingga Sarawak FA.
Kurniawan banting setir menjadi pelatih pada 2018 ketika ditunjuk sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia. Setahun kemudian, ia menjadi tangan kanan Indra Sjafri di timnas U-22.
Klub pertama yang memberikan kesempatan bagi Kurniawan Dwi Yulianto sebagai pelatih kepala justru datang dari negeri tetangga, Malaysia. Sabah FC mengontrak Si Kurus selama semusim.
Kurniawan berhasil membawa Sabah FC, yang berstatus tim promosi, bertahan di Liga Super Malaysia 2020 dengan menduduki bibir zona degradasi. Tim berjulukan Sang Banteng itu mengakhiri musim di peringkat ke-10 dari 12 peserta.
Kurniawan sempat dilepas Sabah FC pada akhir musim lalu. Namun, pergantian manajemen membuatnya kembali berjodoh dan menangani Sang Badak untuk musim depan.
Semasa aktif bermain, Kurniawan pernah meraih Liga Indonesia 1999/2000 bersama PSM, Liga Indonesia 2004 dengan Persebaya, Divisi Utama 2008/2009 bersama Persisam Samarinda. Sebagai pelatih, ia masih belum menghasilkan gelar karena kariernya baru seumur jagung.
Budi Sudarsono
Budi Sudarsono berhenti sebagai pesepak bola pada 2015 di Persikabo Bogor setelah 16 tahun berkarier. Dia pernah bermain untuk Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, PDRM FA, Sriwija FC hingga Persib Bandung.
Pada 2017, Budi memulai kiprah barunya sebagai asisten pelatih Kalteng Putra pada 2017-2018 dan Persik Kediri pada 2018-2019.
Mulai tahun lalu, Budi diangkat sebagai pelatih kepala Persik menggantikan Joko Susilo. Arsitek berusia 41 tahun itu ditunjuk ketika kompetisi sedang vakum.
Ketika masih merumput, Budi Sudarsono membawa Persija menjuarai Liga Indonesia 2001. Dia juga mempersembahkan trofi Copa Indonesia untuk Sriwijaya FC pada 2008/2009.
Advertisement
Seto Nurdiyantoro
Akhir karier Seto Nurdiyantoro sebagai pemain terjadi pada 2013. Klub terakhir yang dibelanya adalah PSIM Yogyakarta.
Seto dikenal sebagai pemain spesialisasi klub Jawa Tengah dan Yogyakarta. Lahir di Sleman pada 14 April 1974, ia hanya membela PSIM, Persiba Bantuk, PSS Sleman, dan Pelita Solo.
Seto mencoba peruntungan sebagai pelatih pada 2016 ketika menangani PSS di Indonesia Soccer Championship (ISC B). Di tangannya, tim berjulukan Super Elja itu berhasil menjadi runner-up.
Seto terus setia melatih PSS hingga 2019 sebelum memutuskan untuk pergi pada musim itu. Dia hengkang ke klub rival Super Elja, PSIM, hingga saat ini.
Sebagai pemain, Seto akrab dengan divisi bawah Liga Indonesia. Dia pernah meraih gelar juara Divisi Satu 2000 dengan PSSM dan kampiun Divisi Utama 2010/2011 bersama Persiba Bantul.
Sebagai pelatih yang terhitung baru, prestasi Seto lumayan mentereng. Arsitek berusia 46 tahun itu merengkuh gelar juara Liga 2 2018 bersama PSS.