Bola.com, Makassar - Aksi Mursyid Effendi sebagai stoper tanpa kompromi pernah mewarnai perjalanan sepak bola Indonesia pada era 1990 hingga pertengahan 2000-an. Bersama Persebaya Surabaya, pesepak bola kelahiran 23 April 1972 ini dua kali meraih trofi juara Liga Indonesia, yakni pada musim 1996/1997 dan 2004. Mursyid juga sempat memperkuat Timnas Indonesia dalam Piala Tiger 1998.
Sayang, dalam event pertamanya bersama skuat Garuda, karier Mursyid Effendi justru ternoda dengan insiden gol bunuh diri yang dilakukannya saat Indonesia takluk 2-3 pada penyisihan grup. Gol bunuh diri itu dinilai sengaja dilakukan Mursyid agar Indonesia kalah dan terhindar dari pertemuan dengan tuan rumah Vietnam di semifinal.
Baca Juga
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Advertisement
FIFA pun menjatuhkan hukuman larangan bermain seumur hidup di level internasional. Alhasil, Mursyid yang saat itu baru berusia 26 tahun kehilangan kesempatna untuk memperkuat Timnas Indonesia selamanya. Beruntung larangan itu tidak berlaku di level nasional, sehingga Mursyid tetap bisa bermain sampai pensiun pada 2008.
Sejatinya, Mursyid nyaris masuk dalam daftar pemain yang hanya membela satu klub sepanjang kariernya. Sayang, setelah 15 tahun berkostum Persebaya Surabaya, ia hengkang ke Persiku Kudus pada musim 2008. Ia pun hanya bermain dalam beberapa pertandingan.
"Saya dimintai tolong oleh Mas Subangkit (pelatih Persiku). Saya pun mengiyakan. Apalagi saya juga mulai jarang dimainkan di Persebaya, tapi saya tidak kecewa. Bagi saya, itu bagian dari perjalanan karier di dunia sepak bola," kenang Mursyid yang tercatat 298 kali tampil bersama Persebaya di laga resmi dengan koleksi 38 gol.
Perjalanan karier Mursyid terbilang berwarna. Sebelum mentas bersama Persebaya, ia lebih banyak menghabiskan masa remaja dengan menjadi pembalap liar di jalan raya. Setelah orang tuanya mengetahui aktivitasnya itu, Mursyid pun kena damprat.
"Ketika itu saya masih duduk di bangku kelas dua SMA. Orang tua melarang saya balapan, tapi boleh bermain sepak bola. Padahal saya awalnya tidak menyukai sepak bola," ungkap Mursyid Effendi dalam channel Youtube Pinggir Lapangan.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Menjadi Kapten Persebaya pada Usia Muda
Mursyid Effendi pun akhirnya bergabung bersama Putera Gelora, klub internal Persebaya, dengan posisi awal sebagai penyerang sayap kanan. Ia memiliki talenta dan semangat pantang menyerah di lapangan yang akhirnay mengantarnya menjadi bagian dari Persebaya U-21 pada 1992. Ia pun tidak lagi bermain sebagai winger. "Saya pun diplot sebagai stoper oleh Mas Sinyo Hartono," ujar Mursyid.
Bersama Persebaya U-21, Mursyid langsung meraih trofi juara Piala Menpora yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.
Selepas dari ajang itu, Mursyid masuk dalam daftar pemain seleksi Persebaya senior jelang kompetisi Perserikatan 1993/19994. Menariknya, saat Liga Indonesia edisi perdana pada 1994/1995, Mursyid langsung diplot sebagai kapten tim bergantian dengan Ibnu Grahan. Padahal usianya baru 22 tahun. "Saya juga kaget dipilih jadi kapten," ujar Mursyid.
Mursyid pun secara reguler menjadi kapten Persebaya dengan pencapaian dua trofi juara Liga Indonesia. Tidak hanya suka, Mursyid pun pernah merasakan duka bersama Persebaya saat mengalami degradasi pada 2002 dan 2005.
Advertisement