Bola.com, Makassar - Mursyid Effendi termasuk stoper papan atas yang pernah dilahirkan oleh Persebaya Surabaya. Mursyid yang belasan tahun menjadi kapten Bajul Ijo ini membawa tim kebanggaan Bonek itu dua kali meraih trofi juara Liga Indonesia, yaitu pada 1996/1997 dan 2004. Sayang, pada pengujung karier panjangnya, ia justru pensiun bersama Persiku Kudus.
Mursyid Effendi dikenal sebagai stoper yang tampil tanpa kompromi dalam menjaga daerah pertahanannya di lapangan hijau. Sepanjang karier profesionalnya, ia tercatat mengantongi tiga kartu merah dan puluhan kartu kuning.
Baca Juga
Media Italia Sebut Agen Jay Idzes Berkomunikasi dengan Klub Serie A, Jerman, Inggris, Prancis, dan Spanyol
Bursa Top Scorer BRI Liga 1 2024 / 2025: Gustavo Almeida Terdepan, Andalan Timnas Indonesia Siap Kasih Kejutan
Keren! Gelandang Timnas Indonesia Thom Haye Masuk Team of The Week Pekan ke-17 Liga Belanda
Advertisement
"Semuanya berlangsung alami dan sesuai karakter khas Surabaya. Kartu merah yang saya dapatkan semua terjadi di kandang lawan. Jadi, bisa jadi itu karena wasit atau bagian strategi tuan rumah untuk memenangkan pertandingan," kenang Mursyid dalam channel Youtube Pinggir Lapangan.
Semangat pantang kalah yang tertanam dalam diri Mursyid di lapangan hijau membuatnya tidak memiliki momen berkesan atau buruk saat membela Persebaya. Baginya, berhasil membawa Persebaya menang menjadi kebahagiaan tersendiri, begitu pun sebaliknya.
"Saya selalu berusaha tampil total di lapangan karena ingin membuat pendukung Persebaya bahagia," ujar Mursyid Effendi.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jacksen dan Vata
Meski dikenal tangguh sebagai stoper, Mursyid Effendi juga memiliki pendapat mengenai dua sosok striker yang diakuinya sulit untuk dijaga, yaitu Jacksen Tiago dari Brasil dan Vata Matanu Garcia dari Angola. Mursyid memang pernah satu tim dengan Jacksen di Persebaya, tapi keduanya lebih banya kberhadapan sebagai lawan di lapangan hijau.
"Jacksen orangnya ngotot, ngeyel, serta tidak kenal takut. Tidak mudah mengawal striker seperti dia," ungkap Mursyid.
Sementara Vata dinilai Mursyid sebagai striker yang sulit ditebak pergerakannya dan jago dalam duel bola atas.
"Vata menunjukkan kapasitasnya sebagai striker yang bermain di Piala Dunia," terang Mursyid.
Dalam kesempatan itu, Mursyid kembali menegaskan dirinya tidak terlalu kecewa memilih hengkang dari Persebaya di pengujung karier. Meski pada saat itu, ia nyaris berstatus sebagai pemain yang hanya membela satu klub sepanjang kariernya.
Apalagi di Persiku. Mursyid hanya tampil untuk beberapa pertandingan. "Setelah dari Persiku, saya memutuskan pensiun sebagai pemain," ujarnya.
Setelah gantung sepatu, Mursyid meneruskan kariernya sebagai pelatih dengan menangani Persida Sidoarjo, Porda Surabaya, Mitra Surabaya, Persidafon Dafonsoro, dan Persebaya menjadi persinggahan Mursyid sebagai asisten pelatih.
Pada 2018, ia juga menjadi pelatih Persiga Trenggalek di Liga 3 Jatim. Evan Dimas Darmono, pemain potensial Indonesia, merupakan anak didik Mursyid di SSB Mitra Surabaya.
Advertisement