Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia pernah dikejutkan dengan penampilan menggebrak dari pemain-pemain yang tampil menggila dalam semusim. Namun, setelah itu performanya cenderung biasa-biasa saja, bahkan meredup.
Dalam dunia musik, istilah tersebut akrab disebut 'One Hit Wonder'. Istilah itu lazim diberikan untuk sebuah lagu yang melejit sesaat, meredup kemudian. Hal yang sama juga berlaku di sepak bola Indonesia.
Advertisement
Faktor tersebut tidak bisa dipisahkan dari masalah konsistensi. Pada musim yang melejit, mungkin sang pemain sedang berada dalam karier yang cemerlang.
Hal itu didorong dengan rekan setim yang bagus, kondisi fisik yang stabil, hingga keberuntungan. Akan tetapi, pada kenyataannya memasuki musim setelah itu semuanya berubah drastis.
Seakan kehilangan magisnya, performa sang pemain anjlok. Bahkan, ada yang gagal bangkit kembali sehingga memilih untuk angkat kaki dari Indonesia.
Bola.com mencatat ada beberapa pemain yang merupakan seorang penyerang pernah mengalami momen 'One Hit Wonder' di sepak bola Indonesia. Mereka yang tampil melejit dalam semusim, meredup kemudian. Siapa saja?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mario Costas
Mario Costas sempat membuat lini depan Persela Lamongan disegani lawan. Hal itu terjadi pada Liga Super Indonesia 2011-2012.
Ketika itu, Mario Costas mampu menyumbang 22 gol untuk Persela. Pemain asal Argentina itu hanya selisih tiga gol dari Beto Goncalves yang akhirnya menjadi top scorer musim 2011-2012.
Ketajaman Mario Costas berdampak baik bagi performa Persela yang mampu finis di posisi keempat dalam klasemen akhir. Penampilan apik Mario Costas sempat membuat Persija Jakarta meminangnya pada 2014.
Mario Costas kemudian langsung dipinjamkan ke PSM Makassar, namun gagal mengulangi musim terbaiknya. Performa Mario Costas pun setelah itu merosot dratis dan saat ini tidak diketahui lagi bagaimana nasibnya.
Advertisement
Lerby Eliandry
Lerby Eliandry tampil gemilang bersama Borneo FC pada Liga 1 2017. Ketika itu, Lerby Eliandry berhasil mencetak 16 gol dalam 32 pertandingan.
Pencapaian itu membuat Lerby Eliandry menjadi pemain lokal kedua setelah Samsul Arif yang tampil moncer di Liga 1. Namun, setelah itu koleksi gol Lerby Eliandry menurun yakni mencetak delapan gol pada 2018 dan 10 gol pada 2019.
Lerby Eliandry kemudian memutuskan hengkang ke Bali United pada awal 2020. Pemain berusia 29 tahun itu hanya mampu mencetak satu gol dalam dua kesempatan bermain di Shopee Liga 1 2020.
Emmanuel Kenmogne
Emmanuel Kenmogne tampil menggebrak di Liga Super Indonesia 2014. Ketika itu, pemain asal Kamerun itu berhasil mencetak 25 gol dalam 25 pertandingan bersama Persebaya ISL, klub yang menjadi cikal bakal dari Bhayangkara FC.
Pencapaian itu membuat Emmanuel Kenmogne meraih predikat top scorer. Namun, saat itu Emmanuel Kenmogne gagal membantu Persebaya ISL meraih gelar setelah timnya tersingkir di babak delapan besar.
Berkat kejatamannya, Emmanuel Kenmogne akhirnya memutuskan hijrah pada 2015 dan bergabung dengan Kelantan FA. Namun, pemain berpostur 185 cm itu gagal total di Malaysia dan memutuskan kembali ke Indonesia pada 2016.
Emmanuel Kenmogne tercatat membela Persija Jakarta pada 2016. Namun, Emmanuel Kenmogne gagal mengulangi kesuksesannya dan hanya bermain 15 pertandingan dengan sumbangan enam gol saat itu.
Advertisement
Sylvano Comvalius
Sylvano Comvalius tampil mengesankan dalam debutnya di Indonesia pada 2017. Ketika itu, Sylvano Comvalius tercatat membela Bali United.
Tidak butuh waktu lama, Sylvano Comvalius berhasil menyatu dengan Bali United yang saat itu diasuh Widodo Cahyono Putro. Pemain asal Belanda berhasil mencetak 37 gol dalam 34 pertandingan.
Pencapaian yang membuatnya mampu melewati rekor gol terbanyak dalam semusim milik Peri Sandria, yakni 34 gol pada Liga Indonesia 1994-1995. Setelah itu, Comvalius kemudian berkarier di Thailand bersama Suphanburi (2018) dan Kuala Lumpur FA (2019).
Namun, Comvalius gagal meraih kesuksesan di kedua negara tersebut. Comvalius sempat memutuskan kembali ke Indonesia pada 2019 dengan bergabung bersama Arema FC.
Akan tetapi, dalam 27 laga yang dimainkannya dirinya hanya mampu mencetak lima gol. Kemudian pada 2020, Comvalius dipinjamkan ke Persipura Jayapura dan belum mencetak gol setelah Shopee Liga 1 2020 keburu ditunda.
Kini, Comvalius mencoba peruntungan di klub Malta, Sliema Wanderers, dan sejauh ini sudah mencetak dua gol dalam sembilan pertandingan.
Aleksandar Rakic
Semusim setelah Sylvano Comvalius, Liga 1 2018 dikejutkan dengan kehadiran Aleksandar Rakic. Ketika itu, Rakic membela PS Tira dalam debutnya berkarier di Indonesia.
Rakic berhasil menyabet penghargaan top scorer Liga 1 2018 setelah mencetak 21 gol dalam 34 pertandingan yang dimainkan. Namun, ketika itu PS Tira ketika itu hanya finis di posisi ke-15 atau batas aman zona merah.
Ketajaman Rakic membuat Madura United kepincut dan memboyongnya pada 2019. Meskipun berhasil mencetak 12 gol, namun jumlah tersebut tentu saja menurun dalam pencapaian musim sebelumnya.
Pada 2020 giliran Barito Putera yang berhasil merekrutnya. Namun, dalam tiga laga yang dimainkannya, Rakic belum mampu mencetak gol untuk Barito Putera.
Advertisement