Bola.com, Malang - Arema FC punya pengalaman menarik ketika jadi wakil Indonesia di kompetisi Asia, AFC Cup tahun 2014. Pada fase penyisihan, laga tandang ke Maladewa jadi satu di antara agendanya.
Tim berjulukan Singo Edan ini menantang tuan rumah, Maziya Sport and Recreation pada 19 Maret 2014.
Baca Juga
Advertisement
Ini merupakan away pertama Arema ke Maladewa. Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Arema 3-1. Di luar pertandingan, ada beberapa cerita yang baru dialami penggawa Singo Edan.
Sebelum berangkat, manajemen ancang-ancang menyiapkan dana sekitar Rp700 juta hanya untuk akomodasi tim karena negara yang berdekatan dengan India dan Sri lanka itu terkenal serba mahal.
Maladewa dikenal sebagai jujukan wisatawan dunia dengan keindahan pantai dan resortnya.
Penulis saat itu sangat beruntung bisa ikut dengan rombongan Arema FC. Kami berangkat H-3 pertandingan dengan membawa 20 pemain. Rombongan baru tiba di Male, ibu kota Maladewa hampir tengah malam.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Lanskap Istimewa
Rasa lelah seakan kalah dengan penasaran seperti apa keindahan negara itu. Tapi, saat mendarat di Bandara Internasional Ibrahim Nasir, Maladewa, pemain Arema FC dibuat bingung.
Mereka langsung diarahkan menuju speed boat untuk menuju hotel. Ternyata di Maladewa, bandara internasional ditempatkan di satu pulau khusus, Hulhule. Untuk menuju pusat Kota Male yang berada di pulau seberang, harus menggunakan speed boat.
Arema tidak menyadarinya kerena tiba malam hari. Sehingga tidak terlihat dari atas seperti apa kondisi Maladewa waktu itu. Baru pagi harinya mereka tahu. Ketika skuat Arema jalan kaki ke pantai bernama Artificial Beach untuk refreshing sekaligus latihan ringan.
Dari pantai itu terlihat bentuk bandara yang unik. Landasan pacunya menjulur ke pantai. Dari kejauhan seolah pesawat mendarat di lautan.
“Kamu bisa lihat foto dari pantai ini dengan background pesawat di bandara udara dipulau seberang. Bagus sekali,” celetuk striker Arema waktu itu, Cristian Gonzales dengan nada takjub.
Advertisement
Gagal Piknik, Saking Mahalnya
Maladewa dikenal dengan resortnya yang mewah. Namun, selama tiga hari di sana, pemain Arema FC tak sempat berkunjung ke resort.
Hendro Siswanto dkk. hanya beraktivitas di Male yang merupakan pusat perekonomian atau administrati negara itu. Dalam benak pemain, sebenarnya mereka berharap manajemen punya agenda berkunjung ke resort untuk refreshing di waktu luang sebelum atau setelah pertandingan.
Tapi hal itu tak terwujud. Justru presiden kehormatan Arema, Rendra Kresna yang waktu itu ikut rombongan sempat singgah di sebuah Resort Bandos yang berada tidak jauh dari Pulau Male.
Hanya untuk masuk resort saja, per orang harus membayar 100 dolar AS. Itu belum termasuk biaya menginap dan menyewa kapan cepatnya.
Bisa dibayangkan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan Arema jika mengajak 20 pemain plus pelatih dan official tim menuju resort itu. Faktor yang mahal membuat manajemen Arema mengarahkan fokus pemain ke pertandingan, bukan untuk rekreasi.
Basah Kuyup karena Tak Dijemput
Saat fokus bersiap menjalani pertandingan, Arema FC dapat pengalaman yang tak bakal dilupakan pemain. Tepatnya saat menjalani sesi jajal lapangan H-1 pertandingan.
Waktu itu hujan turun ketika Arema berlatih sore hari. Usai latihan, Dendi Santoso dkk. dibuat bingung. Bus yang menjemput mereka tak kunjung datang. Setelah menunggu 20 menit, Official Arema coba menelusurinya.
Ternyata bus tersebut tidak mau menjemput rombongan Arema. Alasannya, pemain dalam kondisi kotor dan basah setelah diguyur hujan dalam latihan. Sopir bus tak ingin kendaraannya dikotori lumpur yang masih menempel di badan pemain Arema. Dari informasi yang diterima bola.com, penduduk Male memang dikenal menjaga kebersihan.
Akhirnya, rombongan Arema pulang ke hotel dengan berjalan kaki. Jaraknya memang tidak jauh. Hanya 10 menit mereka sudah sampai. Tapi saat jalan kaki, mereka jadi tontonan warga sekitar. Mereka hanya menggunakan rompi dan celana pendek yang baru digunakan untuk latihan.
Di Male, sangat jarang orang menggunakan celana pendek. Penduduknya 95 persen muslim dan beraktifitas dengan celana panjang di luar rumah.Orang asing yang biasa berpakaian santai tidak pernah di temui di Male. Mereka biasanya langsung berlibur ke resort.
“Kalau di Male, mayoritas penduduk aslinya Muslim. Orang asing yang ke Maladewa langsung ke resort. Mungkin waktu banyak orang asing jalan kaki dengan seragam latihan jadi pemandangan yang tidak biasa,” kata Media Officer Arema waktu itu, Fuad Ardiansyah.
Advertisement