Bola.com, Bandung - Kompetisi Liga Indoensia 2014 menjadi musim yang membahagiakan bagi Persib Bandung karena berhasil meraih tropi setelah 19 tahun dahaga juara. Bagi bobotih, penantian tersebut terasa sangat lama.
Melalui polesan Djadjang Nurdjaman dengan komposisi pemain seperti I Made Wirawan, Supardi Nasir, Vladimir Vujovic, Ahmad Juprianto, Tony Sucipto, Makan Konate, Firman Utina, M. Ridwan, Ferdinan Sinaga, dan beberapa pemain lainnya, Persib Bandung berhasil melepas kerinduan juara.
Advertisement
Namun, di balik itu pelatih Djadjang Nurdjaman mengaku sempat cemas dan ragu untuk menakhodai tim Maung Bandung. Maklum, tekanan terhadap Persib dari bobotoh setiap tahun cukup besar, siapa pun pelatihnya, baik asing maupun lokal.
"Ya waktu itu tahun 2013, saya bolak-balik ditelpon Pak Haji Umuh (manajer Persib), agak tidak percaya juga dan tawaran itu memerlukan diskusi dengan keluarga. Persib bobotohnya ingin selalu juara. Pelatih asing saja banyak yang tidak kuat," cerita Djanur sapaan akrab Djadjang, dalam percakapan di channel Youtube Simamaung.
Djanur mengatakan saat berdiskusi dengan keluarga muncul pro dan kontra. Namun, Djanur akhirnya memutuskan mengambil tawaran itu.
"Saat pertama jadi pelatih Persib, masih ada pemain-pemain lama seperti Eka Ramdani, Airlangga Sucipto, Maman Abdurahman, Hariono, dan Atep. Mereka itu pemain yang sudah senior saat itu dan semua sudah ada sejak saya tinggalkan Persib pada 2008," jelas Djanur.
saat itu, Djanur hanya memasukan satu-dua pemain sambil mempelajari beragam karakter skuad Persib Bandung. "Dan Alhamdulilah mencapai target di posisi empat, karena memang saya bilang target di posisi empat dan lima," terang Djanur.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Berita video pesan pelatih Djanur (Djadjang Nurdjaman), yang absen dalam sesi latihan, kepada para pemain Persebaya Surabaya yang disampaikan asisten pelatih Bejo Sugiantoro jelang final leg II Piala Presiden 2019.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kuncinya Kebersamaan
Musim 2013 menjadi pelajaran bagi Djanur pertama sebagai pelatih kepala Persib. Dia kemudian fokus mempersiapkan tim menghadapi musim 2014.
"Dari pelajaran pertama itu, saya berbenah untuk persiapan 2014,saya sudah catat kekurangan-kekurangannya, dan saya punya ide sehingga pemain-pemain yang tidak sejalan walaupun secara kemampuan masih oke, saya lepas," ungkap Djanur.
Pada saat itu, yang tersisa dari pemain seniornya ada Hariono dan Atep. Ia lalu memboyong Firman Utina, Supardi Nasir, M. Ridwan, Ahmad Juprianto, termasuk pemain asing Jibril Coulibaly dan Makan Konate, terakhir Vladimir Vujovic.
"Pemain yang saya bawa itu disesuaikan dengan pola yang saya usung, yaitu formasi 4-3-3. Tetapi yang lebih ingin saya ubah adalah cara bermain. Dari dulu Persib cenderung bermain lebih langsung, kalau saya lebih ke dari kaki ke kaki. Sabar saja bermain, tidak ada yang nendang percuma," tegas Djanur.
"Alhamdulillah di saat-saat terakhir saya menemukan Vlado, walaupun dia ada kelemahan di kaki kiri tetapi dia punya visi bermain," tambah Djanur yang kini menjadi arsitek Barito Putera.
Namun, faktor utama keberhasilan Persib juara 2014 lanjut Djanur adalah kebersamaan dan disiplin. "Dulu (era Djanur), kalau pemain keluar saya larang kalau pakai sandal, harus pakai sepatu karena kaki mereka itu mahal, kalau ada apa-apa tidak bisa main lama," ungkap Djanur.
Selain itu, setiap menuju tempat latihan sambung Djanur, para pemainnya harus bersama-sama satu bus dari mess Persib. "Tapi saya fleksibel asal izin tidak apa-apa kalau tidak bisa sama-sama naik bis. Saya kira itu kunci keberhasilan Persib juara, kebersamaan," tambah Djanur sambil mengakhiri.
Advertisement