Bola.com, Jakarta - Bagi pesepak bola melanjutkan karier menjadi seorang pelatih sudahlah biasa. Apalagi jika ketika masih aktif bermain, sang pesepak bola mampu menembus tim nasional. Bukan tidak mungkin suatu saat kemudian ia menangani tim nasional tersebut. Hal itu pun lumrah terjadi di Timnas Indonesia.
Namun, harus diakui jumlah pemain yang pernah membela Timnas Indonesia sejak dulu kala hingga setidaknya 10 tahun lalu sangatlah banyak.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Tentunya secara persentase, jumlah pemain yang kemudian bisa menjadi pelatih dan berkesempatan menangani Timnas Indonesia pun sangat kecil.
Harus diakui bahwa pengalaman seorang pemain tampil bersama Timnas Indonesia diharapkan bisa memberikan pengaruh positif bagi para juniornya ketika ia ditunjuk menjadi pelatih Tim Garuda.
Kali ini, Bola.com akan mengulas sejumlah mantan pemain yang pernah memperkuat Timnas Indonesia dan kemudian juga mendapatkan kesempatan untuk menangani Tim Garuda, di segala kategori usia dari U-16 hingga senior.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fakhri Husaini
Fakhri Husaini merupakan mantan pemain Timnas Indonesia yang memiliki posisi sebagai seorang gelandang dan bertugas menjadi playmaker. Fakhri tercatat tampil sebanyak 43 kali bersama Tim Garuda dan mencetak 13 gol dalam kariernya di tim nasional.
Ia terakhir kali membela Timnas Indonesia pada 1997 dan kemudian benar-benar gantung sepatu sebagai pesepak bola profesional pada 2001. Ia kemudian melanjukan karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di PT Pupuk Kaltim dan juga menjadi pelatih sepak bola.
Fakhri Husaini sempat ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia U-14 pada 2014. Ia kemudian sukses menjadi pelatih Timnas Indonesia U-16 yang mengantar tim asuhannya menjuarai Piala AFF U-16 2018.
Ia sempat dipromosikan untuk menangani Timnas Indonesia U-19 dan berhasil mengantar tim asuhannya lolos dari kualifikasi Piala AFC U-19 2020. Namun, kedatangan Shin Tae-yong yang menjadi supervisi di semua kategori umur tim nasional membuat Fakhri memutuskan mundur dan kembali ke perusahaannya di mana ia mengabdi sebagai PNS.
Â
Advertisement
Bima Sakti
Â
Bima Sakti merupakan produk jebolan PSSI Primavera pada era 1990-an. Ia kemudian memperkuat Timnas Indonesia pada medio 1995 hingga 2001, tampil dalam 58 pertandingan dan mengemas 12 gol.
Semasa masih menjadi pemain, Bima Sakti mempersembahkan gelar juara untuk PSM Makassar pada 1999-2000 dan Juara Divisi 3 Liga Indonesia bersama Perseba Bangkalan pada 2013. Bersama Timnas Indonesia, ia meraih medali perak SEA Games 1997.
Merambah dunia kepelatihan bersama klub daerah asalnya yang juga pernah dibelanya, Persiba Balikpapan, pada 2016, Bima Sakti kemudian dipercaya menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia ketika Luis Milla dipercaya menangani Timnas Indonesia U-22 untuk SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.
Bima Sakti kemudian naik pangkat menjadi pelatih Timnas Indonesia menggantikan Luis Milla ketika Tim Garuda berlaga di Piala AFF 2018. Gagal memberikan hasil terbaik bersama tim senior di turnamen pertamanya sebagai pelatih kepala, Bima Sakti kemudian dipercaya menjadi pelatih Timnas Indonesia U-16 sejak 2019 hingga saat ini.
Â
Rahmad Darmawan
Rahmad Darmawan merupakan mantan pemain Timnas Indonesia pada era 1988 hingga 1994. Sosok yang karib disapa RD ini tercatat tampil 33 kali bersama Tim Garuda dan mencatatkan satu gol.
Ia kemudian mulai merintis karier sebagai pelatih pada 1998 sebagai asisten di Persikota Tangerang. RD pun mendapatkan kesempatan untuk bergabung bersama tim kepelatihan Timnas Indonesia pada 2002.
RD kemudian dikenal sebagai pelatih yang berhasil mengantarkan Timnas Indonesia U-23 meraih dua medali perak SEA Games, yaitu pada 2011 dan 2013. Ia juga sempat menjadi caretaker pelatih Timnas Indonesia senior pada 2013 bersama Jacksen Tiago.
Â
Advertisement
Danurwindo
Karier Danurwindo memang lebih dikenal sebagai pelatih ketimbang pemain. Namun, sosok pelatih yang kini sudah berusia 69 tahun itu pernah memperkuat Timnas Indonesia pada 1979 ketika berseragam Arseto Solo.
Setelah gantung sepatu, Danurwindo kemudian sempat menjadi asisten Anatoli Polosin ketika Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1991.
Danurwindo baru mendapatkan kesempatan menjadi pelatih Timnas Indonesia pada 1996, mengantar Tim Garuda sampai semifinal Piala Tiger 1996 yang merupakan edisi pertama Piala AFF, dan juga menangani Timnas Indonesia di Piala Asia 1996.
Danurwindo kemudian dipercaya menjadi Direktur Teknik Timnas Indonesia pada 2017 hingga 2020 dan ikut berkontribusi besar dalam merumuskan buku Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia). Kini ia menjabat sebagai Penasihat Teknis di PSSI.
Â
Aji Santoso
Aji Santoso merupakan mantan bek Timnas Indonesia yang memperkuat Tim Garuda selama satu dekade, mulai dari 1990 hingga 2000. Setelah pensiun sebagai pesepak bola pada 2004, Aji Santoso kemudian dipercaya menangani Timnas Indonesia U-17 pada 2005.
Sejumlah tim PON pun pernah ditanganinya. Ia pun menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 pada 2011 hingga 2013, di mana ia membantu Rahmad Darmawan yang menjadi pelatih kepala.
Saat RD mundur dari jabatan sebagai pelatih Timnas Indonesia U-23 setelah SEA Games 2011 berakhir, Aji Santoso sempat naik pangkat menjadi pelatih kepala di Tim Garuda Muda dan menjadi caretaker pelatih Timnas Indonesia senior, di mana kedua peran itu dijalankannya pada 2012.
Satu hal yang tidak bisa dilupakan dari sosok Aji Santoso ketika menangani Timnas Indonesia. Kekalahan terbesar Tim Garuda di kancah internasional hingga saat ini, yaitu 0-10 dari Bahrain pada 2012, adalah tim yang tiba-tiba harus diasuh oleh Aji Santoso sebagai caretaker.
Â
Advertisement
Nilmaizar
Sosok yang satu ini sangat erat kaitannya dengan Semen Padang. Berulang kali pelatih kelahiran Payakumbuh ini menangani Semen Padang yang juga merupakan mantan klub yang dibelanya ketika masih aktif bermain.
Dalam catatan yang ada, Nilmaizar juga pernah memperkuat Timnas Indonesia U-23 maupun senior. Ketika sempat menjajal pengalaman bersama Sparta Praha, Nilmaizar mendapatkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia, dan ketika memperkuat Semen Padang, mantan pemain yang berposisi sebagai bek ini juga mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia.
Setelah pensiun sebagai pemain pada 1999, Nilmaizar kemudian menjadi pelatih dan Semen Padang U-21 merupakan tim pertama yang ditanganinya. Ia kemudian sukses mengantar Semen Padang menjuarai Liga Primer Indonesia 2011-2012 yang kala itu menggantikan kompetisi Indonesia Super League yang dianggap sebagai breakaway league.
Keberhasilan Nilmaizar menjadi juara bersama Semen Padang membuat PSSI, yang kala itu tengah dihantam badai konflik internal, memutuskan untuk menggunakan jasanya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Nilmaizar pun menangani Tim Garuda hingga 2013.
Â
Iswadi Idris
Â
Iswadi Idris merupakan mantan pemain Timnas Indonesia pada era 1968 hingga 1980. Kariernya bersama Tim Garuda cukup panjang karena peran pentingnya sebagai seorang gelandang serang.
Sepanjang kariernya bermain, Iswadi Idris merupakan pemain Persija Jakarta yang sempat dipinjamkan ke PSMS Medan. Ia juga sempat bermain untuk IM Jakarta hingga dipinjamkan ke klub Australia, Western Suburbs pada 1974 hingga 1975.
Berbeda dengan pelatih-pelatih di atas, karier kepelatihan Iswadi Idris tak terlalu banyak yang mengemuka. Namun, sosok kelahiran Banda Aceh itu pernah menangani Timnas Indonesia U-23 pada 1991 hingga 1992.
Â
Advertisement
Bambang Nurdiansyah
Â
Striker Timnas Indonesia pada era 1980 hingga 1991 ini memiliki karier yang cemerlang bersama klub yang pernah dibelanya. Yanita Utama diantar Banur, sapaan akrabnya, dua kali menjuarai Galatama secara beruntun pada 1983 dan 1984.
Ia kemudian juga mengantar Krama Yudha Berlian menjuarai Galatama 1985 dan Pelita Jaya pun dibawanya dua kali menjuarai Galatama, yaitu 1989 dan 1990. Sebagai seorang striker, gelar top scorer pun pernah diraihnya, yaitu tiga musim berturut-turut di Galatama, mulai dari 1983 hingga 1985.
Banur yang kemudian gantung sepatu pada 1993 sempat menjadi caretaker pelatih Timnas Indonesia ketika era Peter White, yaitu pada 2005. Ia kemudian juga menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 pada 2006 hingga 2007.