Bola.com, Jakarta - Sepak terjang Syamsul Arifin sebagai striker dengan sundulan maut kental mewarnai kompetisi tanah air. Bersama Niac Mitra, Arek Malang ini dua kali meraih trofi juara Galatama yakni pada musim 1980-1982 dan 1982/1983.
Ia pun menjadi pilar utama Persebaya Surabaya ketika meraih gelar Perserikatan 1987/1988. Pada dua kompetisi berbeda itu, Syamsul Arifin juga mencatatkan diri sebagai top skorer yakni Galatama musim 1980-1982 dan Perserikatan di 1987/1988.
Baca Juga
Sempat Memberi Perlawanan, Timnas Indonesia Tertinggal 2 Gol dari Jepang pada 45 Menit Pertama
Koreografi Berkelas La Grande dan Ultras Garuda dalam Laga Timnas Indonesia Vs Jepang di SUGBK, Ada Lirik Lagu Bernadya
Chill! Sambil Minum Es Kelapa, Abang Justin Hubner Nongol di SUGBK, Dukung Adiknya Bela Timnas Indonesia Vs Jepang
Advertisement
Di level tim nasional, Syamsul pernah berkostum merah putih dari level junior sampai senior. Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Syamsul mengungkap perjalanan panjang kariernya di sepak bola yang dimulai dengan membela PS Gama Gondanglegi, klub amatir Kabupaten Malang pada periode 1970-1975.
Peruntungannya di sepak bola mulai terbuka ketika membela klubnya itu pada sebuah laga di Pasuruan. Aksinya yang trengginas terpantau pemandu bakat yang mengajaknya bergabung di Mitra Surabaya, klub kompetisi internal Persebaya.
Saat itu, Mitra yang baru berdiri pada 1975 tengah merangkak dari Divisi Dua. "Setiap musim, Mitra selalu merangkak naik dan akhirnya menembus Divisi Utama Kompetisi Persebaya," kenang Syamsul.
Sejalan dengan prestasi apik Mitra, talenta Syamsul pun masuk dalam radar pengurus Persebaya. Ia pun dimasukan dalam tim Persebaya B yang menjadi penyangga tim utama.
"Sesekali nama saya masuk dalam tim A meski hanya sebagai pemain cadangan. Meski begitu, saya tetap bangga dan senang karena usaha keras saya mulai membuahkan hasil," kata Syamsul.
Selama bergabung di Mitra, Syamsul tak hanya sekadar berstatus pemain. Ia juga diperbantukan sebagai karyawan sebuah bioskop di Surabaya milik manajemen Mitra.
Setiap malam, Syamsul bertugas memeriksa tiket dan mengantar pelanggan bioskop menuju ke kursi masing-masing. Pagi harinya, Syamsul berlatih sendiri untuk meningkatkan kemampuannya. "Rutinitas latihan itu terus saya lakukan tiap hari di luar latihan reguler tim. Saya tak ingin keputusan meninggalkan Malang sia-sia," tegas Syamsul.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bersinar Bersama Niac Mitra
Nama Syamsul Arifin mulai diperhitungkan ketika memperkuat Persebaya di turnamen Jusuf Cup di Makassar pada 1978. Kala itu, mayoritas pemain Persebaya berasal dari tim B, termasuk Syamsul.
Berkat aksinya di turnamen itu, nama Syamsul masuk dalam daftar tim nasional junior yang dipersiapkan menghadapi kejuaraan internasional.
Selain Syamsul, ada juga nama pemain Persebaya lainnya seperti Joko Malis, Hadi ismanto, Riono Asnan dan Wayan Diana. "Kami menjalani pemusatan latihan selama setahun," terang Syamsul.
Mencuatnya nama Syamsul bersama Persebaya membuat pemilik Mitra, Agustinus Wenas mengikutkan klubnya di kompetisi Galatama yang baru pertama kali digelar pada 1979 dengan nama Niac Mitra.
Pada edisi perdana, Niac Mitra langsung menjulang dengan memimpin klasemen putaran pertama. Sukses yang membuat PSSI memilih mereka jadi wakil Indonesia di turnamen Aga Khan Gold Cup di Bangladesh.
Seperti diketahui diajang itu, Niac Mitra meraih trofi juara setelah mengalahkan klub Cina, Liaoning lewat adu penalti dengan skor 4-2. Sebelumnya pada waktu normal sampai babak tambahan waktu, kedua tim bermain imbang 2-2. S
atu dari dua gol Niac Mitra dicetak oleh Syamsul. Sayang penampilan Niac Mitra mengalami antiklimaks di kompetisi Galatama. Pasalnya gelar juara edisi perdana diraih Warna Agung.
Niac Mitra akhirnya menunjukkan dominasinya dengan meraih trofi juara pada dua edisi berikutnya secara beruntun yakni musim 1980-1982 dan 1982-1983.
Dua tahun kemudian, Syamsul meningalkan Niac Mitra yang memutuskan melakukan regenerasi tim. Syamsul pun sempat memilih vakum di sepak bola dan mengurus tambak udang milik mertuanya di Gresik.
Syamsul hanya semusim menghilang dari peredaran. Namanya kembali masuk dalam daftar skuad Persebaya mulai 1986 yang berujung dengan trofi juara Perserikatan 1987-1988. Selain membawa Persebaya juara, Syamsul juga meraih penghargaan individu dengan menjadi top skorer musim itu dengan 18 gol.
Advertisement