Bola.com, Malang - Arema FC punya tim bertabur bintang alias Los Galacticos pada musim 2013.
Deretan pemain bintang didatangkan untuk misi juara. Seperti Cristian Gonzales, Beto Goncalves, Victor Igbonefo, Greg Nwokolo, Keith Kayamba Gumbs dan masih banyak lagi yang lainnya. Kekuatan finansial Arema juga tak diragukan lagi setelah dapat sokongan dana dari Bakrie Grup lewat PT Pelita Jaya Cronus.
Baca Juga
Timnas Vietnam Sudah Berada di Korsel untuk Menjalani TC Jelang Piala AFF 2024, Bagaimana Timnas Indonesia?
Thom Haye Agak Menyesal Banyak Peluang Terbuang saat Timnas Indonesia Hadapi Jepang: Tapi, Mereka Memang Bagus Banget!
Terungkap! Saat Memperkuat Timnas Indonesia Melawan Arab Saudi, Thom Haye Memikirkan Anak yang Sedang Sakit di Belanda
Advertisement
Tapi dibalik skuat mewah itu, ada pemain yang harus dikorbankan di lapangan. Yakni pemain gaek, Kayamba Gumbs. Dia tetap masuk dalam skuat inti Arema. Namun, pemain asal Saint Kitts and Nevis itu harus bermain diluar posisi aslinya sebagai striker. Dia rela beroperasi di sayap, gelandang serang dan bertahan hingga bek kanan di musim itu.
Pelatih Arema waktu itu, Rahmad Darmawan lebih mempercayakan Beto, Gonzales atau Greg yang jadi striker utama. Kayamba dikorbankan di posisi lain karena dia dianggap pemain serba bisa.
“Sebelumnya saya bisa cetak banyak gol di Sriwijaya FC karena main di posisi striker. Tapi di Arema FC, saya harus main di sayap, gelandang dan posisi lain,” kata Kayamba.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Puncak Karier di Sriwijaya FC
Sebelum gabung Arema, Kayamba berhasil mencetak 22 gol bersama Sriwijaya FC. Sementara di Arema FC, dia hanya mencetak 9 gol. Kayamba tak bisa menolak bermain di posisi lain karena itu tugas dari pelatih. Sebagai pemain profesional, dia pantang menolaknya.
“Saya respek kepada pelatih. Saya jalankan apa yang diperintahkan. Jadi kiper juga saya siap,” sambungnya.
Rahmad Darmawan (RD) tidak sembarangan memberikan posisi kepada Kayamba. Dia sudah tahu potensi sang pemain. RD juga pernah jadi pelatihnya di Sriwijaya FC musim 2010. Postur besar, visi bermain, dan akurasi umpan bagus dianggap modal yang cukup untuk memodifikasi posisi Kayamba di Arema FC.
Sayangnya, setelah bermain di luar posisi aslinya karier Kayamba tak berlanjut. Kontraknya tidak diperpanjang oleh Arema musim selanjutnya (2014).
Waktu itu, usianya sudah 40 tahun. Manajemen Arema FC juga mulai melakukan penghematan sehingga dia memutuskan gantung sepatu dan pulang ke negara istrinya, Australia.
Kayamba kembali ke Indonesia musim 2016. Tapi bukan sebagai pemain. Ia menjadi pelatih fisik Sriwijaya FC.
Kayamba memang punya spesialisasi program latihan fisik ketika masih jadi pemain. Tapi, pada musim 2017 dan sampai saat ini Kayamba kembali pulang ke Australia.
Advertisement