Bola.com, Makassar - Firman Utina menjadi bagian penting Persib Bandung saat meraih trofi juara Indonesia Super League (ISL) 2014. Dalam pertandingan final yang berlangsung di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang, Maung Bandung mengalahkan Persipura Jayapura via adu penalti.
Gelar ini sudah lama dinanti oleh bobotoh dan masyarakat Jawa Barat. Seperti diketahui, sebelumnya Persib terakhir menjadi juara pada Liga Indonesia 1994/1995.
Baca Juga
Sudah Lewati 5 Laga Bersama Persis, Ong Kim Swee Kecewa Belum Bisa Persembahkan Kemenangan Pertama
Pratama Arhan: Pemain Pertama Timnas Indonesia yang Menyentuh 50 Caps di Era Shin Tae-yong
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Advertisement
Dalam channel Youtube Republik Bobotoh TV, Firman Utina mengungkap sisi lain di balik perjalanan Persib meraih trofi juara pada musim itu. Semua dimulai lewat diskusi antarpemain usai musim kompetisi 2013.
Pada musim itu, Persib hanya bertengger di peringkat empat klasemen yang memakai sistem kompetisi penuh. Ketika berada di Jakarta, Firman bersama sejumlah pemain yang masih bertahan di Persib sepakat dan mengusulkan ke manajemen agar Djadjang Nurdjaman tetap dipertahankan sebagai pelatih kepala.
"Kami menilai coach Djanur sudah bekerja dengan baik. Kalau pun Persib gagal juara, itu semata karena pekerjaan dan sistem yang dibangun coach Djanur belum optimal dan harus dituntaskan pada musim 2014," kenang Firman.
Sebagai pemain senior, Firman pun aktif mencari sekaligus menemukan solusi agar penampilan Persib lebih solid. Untuk urusan internal pemain, Firman kerap mengajak ngobrol para pemain, baik yang lama atau pun yang baru bergabung di Persib.
'Saya bilang ke mereka, kita semua sama yakni pemain Persib. Tidak boleh ada lagi perbedaan status senior atau bintang. Kita harus fokus memberikan yang terbaik buat Persib dan membuat bobotoh bahagia."
Tak hanya itu, Firman pun menyempatkan waktu untuk bertemu dengan para pentolan bobotoh. Dari pertemuan itu, ia melihat keinginan dan kerinduan yang besar bobotoh melihat Persib kembali juara.
"Jadi, kami tak pernah marah atau risau mendengar cacian bobotoh kala tampil jelek di lapangan. Malah, hal itu jadi motivasi kami untuk berusaha tampil optimal pada laga berikutnya," terang Firman Utina.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kebersamaan di Dalam Bus
Selain itu, Firman Utina melihat kebersamaan antarpemain di Persib juga belum solid terbangun. Contoh kecil, saat hendak berlatih, kursi bus yang ditumpangi hanya diisi oleh segelintir pemain beserta ofisial.
"Biasanya hanya saya, M. Ridwan, Supardi, dan Ahmad Jufriyanto yang bersama naik bus. Waktu itu, mayoritas pemain lebih suka naik kendaraan sendiri ke lokasi latihan," ungkap Firman.
Firman pun mencari tahu kenapa rekan-rekannya enggan berangkat bersama dalam satu bus. Ternyata, tidak ada fasilitas hiburan seperti tape recorder plus sound system yang bagus sehingga pemain jenuh dan bosan. Begitu juga perangkat televisi.
"Saya pun berinsiatif mengajak pemain saweran dari bonus kemenangan Persib. Setiap pemai menyumbang Rp100 ribu yang dibagi dua untuk membeli alat musik serta menyumbang ke panti asuhan," terang Firman.
Alhasil, tidak hanya pemain, Djanur pun ikut-ikutan menumpang bus menuju lokasi latihan. "Dari sini kebersamaan antarpemain dan pelatih kian solid. Sesekali coach Djanur mengundang pemain bakar ikan di rumahnya," ujarnya.
Kebersamaan yang kuat ini berlanjut setelah Persib meraih juara ISL 2014. Termasuk saat Persib meraih trofi juara Piala Presiden 2015, sebuah turnamen yang digelar untuk kekosongan akibat kompetisi musim 2015 terhenti.
"Saat itu, kami memperkuat Persib tanpa ikatan kontrak dan gaji. Karena kebersaman dan tekad yang kuat ingin melihat bobotoh bahagia kami tetap berjuang sepenuh hati," pungkas Firman.
Advertisement