Bola.com, Makassar - Nama Wahyu Wijiastanto mencuat ketika berkostum Persiba Bantul. Bersama klub itu, Wahyu meraih trofi juara Divisi Utama 2010/2011 sekaligus promosi ke Liga Super Indonesia, kompetisi kasta tertinggi.
Pada laga final menghadapi Persiraja Banda Aceh di Stadion Manahan, Solo, 25 Mei 2011, Persiba menang dengan skor 1-0 berkat gol tunggal Wahyu Wijiastanto. Setelah laga, Wahyu pun dinobatkan sebagai pemain terbaik.
Baca Juga
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Media Negeri Jiran Panaskan Rumor Pelatih Karismatik Malaysia Jadi Arsitek Gres Persis di BRI Liga 1
Cerita Legenda Chelsea Temukan Bakat Hokky Caraka: Dulunya Bek dan Diubah Jadi Striker, Bangga Masuk Timnas Indonesia
Advertisement
Satu partai musim itu jadi momen tak terlupakan oleh Wahyu saat berkostum Persiba. Tepatnya, ketika menghadapi PSMS Medan di laga terakhir 8 Besar Grup B di Stadion Segiri Samarinda, 18 Mei 2011.Persiba yang butuh hasil imbang untuk lolos ke semifinal tertinggal tiga gol pada babak pertama.
"Saat di ruang ganti, kami semua menangis dan saling menyemangati. Akhirnya kami mampu menyamakan kedudukan lewat hattrick Fortune Udo," kenang Wahyu dalam channel Youtube Kedanku TV.
Sukses bersama Persiba musim 2010/2011 itulah yang membuat Wahyu tanpa sungkan menjadikan Persiba tim yang menghadirkan banyak momen spesial dalam kariernya di sepak bola.
"Berkat aksi bersama Persiba, saya pun bisa menembus skuat Timnas Indonesia. Saya jadi kapten di Persiba dan berlanjut ke Timnas Indonesia," kisah Wahyu Wijiastanto.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Peran Penting Eduard Tjong
Sukses bersama Persiba diakui Wahyu Wijiastanto tidak lepas dari peran penting Eduard Tjong, pelatih sekaligus anutannya.
Menurut Wahyu, Eduard tak hanya membentuk karakter dan mengembangkan kemampuannya di lapangan. Tapi juga menjadikan Wahyu sebagai pemimpin rekan-rekannya di lapangan hijau.
"Coach Edu yang pertama kali memplot saya sebagai kapten di Persis Solo dan kemudian di Persiba," ujar Wahyu yang merupakan produk Diklat Salatiga.
Dualisme kompetisi pada musim 2011/2013 membuat Persiba tak jadi merasakan atmosfer Liga Super Indonesia meski bertatus promosi dari Divisi Utama.
Manajemen Persiba Bantul lebih memilih mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia yang akhirnya mendapat pengakuan dari PSSI, dari sebelumnya berstatus breakaway league.
Keputusan Persiba ini jadi berkah tersendiri buat Wahyu. Ia pun menjadi kapten reguler Timnas Indonesia pada 2012 dan 2013 menyusul penolakan sejumlah pemain bergabung di skuat Garuda karena lebih memilih memperkuat klub mereka di Liga Super Indonesia.
Advertisement
Momen Bersama Timnas Indonesia
Kiprah Wahyu Wijiastanto bersama Timnas Indonesia terbilang minor. Momen paling tragis ketika Timnas Indonesia dilibas sepuluh gol tanpa balas oleh tuan rumah Bahrain pada kualifikasi Piala Dunia 2014 di Stadion Nasional Bahrain, 29 Februari 2012.
Tanpa diperkuat mayoritas pemain terbaik Indonesia, plus kartu merah kiper Samsidar pada menit kedua membuat penampilan Tim Garuda berantakan dan jadi bulan-bulanan Bahrain.
"Kartu merah cepat Samsidar membuat kami ambruk dan kehilangan fokus permainan," terang Wahyu.
Selain drama tragis di Bahrain, Wahyu juga dikenang ketika meredam aksi saling dorong pemain Timnas Indonesia dengan pemain Vietnam pada sebuah laga uji coba di My Dinh National Stadium, Hanoi, 16 Oktober 2012. Postur gempal Wahyu dengan tinggi 191 cm terlihat menonjol di tengah kerumunan pemain Indonesia dan Vietnam.
"Awalnya saya berniat untuk melerai. Tapi, emosi saya sempat terpancing juga melihat Irfan Bachdim dipukul pemain Vietnam," pungkas Wahyu.