Bola.com, Makassar - Top scorer Piala AFF 2010, Safee Sali memang hanya semusim berkiprah di kompetisi Indonesia. Tapi, eks striker Timnas Malaysia dan Pelita Jaya Karawang ini menyimpan kenangan mendalam terhadap sepak bola Tanah Air.
Apalagi, Safee Sali meninggalkan Indonesia karena tak ingin kariernya di tim nasional negaranya terancam menyusul dualisme kompetisi yang terjadi di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Itulah mengapa, sampai saat ini, Safee mengaku tetap intens mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia. Baik lewat media maupun berkomunikasi langsung dengan mantan rekan satu klubnya di Indonesia.
Dalam channel Youtube Radio PRFM 107,5, Safee mengungkapkan keprihatinannya melihat kompetisi Indonesia yang terhenti akibat tidak turunnya izin dari kepolisian karena pandemi COVID-19.
"Saya sedih melihat pesepak bola Indonesia tak bisa berkompetisi dan suporter tak bisa menyaksikan tim kesayangannya berlaga. Untuk hal ini, kami di Malaysia lebih beruntung dibandingkan Indonesia," ujar Safee yang kini berkostum Kuala Lumpur FA di Liga Super Malaysia 2021.
Menurut Safee Sali, apa yang terjadi di Indonesia berbanding terbalik dengan antusiasme dan militansi suporter dalam mendukung tim kesayangannya.
"Ketimbang Malaysia atau Thailand, peminat Indonesia jauh lebih besar. Ini potensi yang sayang tak bisa dioptimalkan," ujarnya.
Menurut Safee, ditengah situasi ekonomi yang sulit akibat pandemi COVID-19, kompetisi sepak bola sejatinya bisa menggerakkan roda perekonomian di Indonesia. Meski digelar tanpa penonton, kompetisi Indonesia tetap bisa mendapat benefit dari hak siar televisi dan sponsor.
"Suporter fanatik sebuah tim pasti akan fokus mendukung tim kesayangannya lewat televisi atau media sosial," ungkap Safee Sali.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Industri Sepak Bola
Safee Sali menambahkan, dengan antusiasme suporter yang tinggi, kompetisi di Indonesia bisa menjadi indutri sepak bola yang membawa dampak buat perekonomian. Tapi, dengan catatan, tim atau pelaku sepak bola Indonesia mengubah cara dalam menata manajemen tim, termasuk fasilitas klub.
Safee merujuk contoh kecil yang terjadi di Thailand. Meski antusiasme dan jumlah suporter mereka kalah jauh dibandingkan Indonesia, manajemen tim-tim Thailand tetap berpikir melengkapi fasilitas standar klub seperti lapangan latihan permanen, ruang kebugaran dan fisioterapis.
"Dulu Pelita Jaya juga memiliki fasilitas lapangan sendiri. Tapi, hanya sampai disitu saja. Sekarang malah sudah berganti nama," tutur Safee.
Kalau di Malaysia, Safee menunjuk langkah yang dilakukan manajemen Johor Darul Takzim (JDT) dalam membangun tim beserta fasilitas.
"Manejemen JDT memiliki visi dan misi yang bagus untuk menjadikan sepak bola sebagai industri. Padahal mereka juga memulai dari nol," papar Safee yang membawa JDT meraih tiga trofi juara Liga Super Malaysia dan satu kali di Piala AFC ini.
Advertisement