Bola.com, Jakarta - Belakangan begitu banyak pemain-pemain Indonesia yang mewujudkan sebagian mimpinya untuk bermain di luar negeri, beberapa di antaranya dengan bergabung bersama klub Eropa. Dalam perjalanan waktu, sudah cukup banyak pemain-pemain Indonesia, yang juga berlabel Timnas Indonesia, mencicipi kompetisi Eropa sebagai bagian dari karier mereka.
Baru saja Bagus Kahfi resmi diumumkan sebagai pemain muda yang memperkuat klub Belanda, FC Utrecht. Klub yang juga pernah mencetak beberapa pemain yang kemudian begitu lekat dengan sepak bola Indonesia, seperti Marc Klok dan Irfan Bachdim.
Baca Juga
Advertisement
Sempat diwarnai kontroversi terkait kepindahannya dari Barito Putera ke FC Utrecht, Bagus Kahfi akhirnya sudah diperkenalkan sebagai rekrutan baru klub Belanda itu.
Selain Bagus Kahfi, Brylian Aldama juga menuju Kroasia untuk bergabung bersama HNK Rijeka. Rekan setim Bagus Kahfi sejak Timnas Indonesia U-16 hingga Garuda Select itu juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan karier di Eropa.
Setelah itu, sejumlah pemain Indonesia juga menyusul bergabung dengan sejumlah klub luar negeri, di mana mayoritas bergabung bersama klub negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Timor Leste.
Yang berbeda hanya Asnawi Mangkualam Bahar. Pemain muda yang memperkuat PSM Makassar dan menjadi langganan Timnas Indonesia sejak U-19 itu segera resmi bergabung bersama klub Korea Selatan, Ansan Greeners.
Langkah Bagus Kahfi dan Brylian Aldama bergabung bersama klub Eropa tentu menjadi inspirasi bagi pemain-pemain muda Indonesia. Namun, dalam perjalanan sepak bola Indonesia, sudah cukup banyak pemain yang pernah mencoba berkarier di Eropa.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurniawan Dwi Yulianto dan Jebolan PSSI Primavera di Italia
Pada era 1990-an cukup banyak pemain Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu dan berlatih di Italia dalam program yang dibentuk PSSI, yaitu Primavera dan Baretti. Dari begitu banyak pemain yang mendapatkan kesempatan, ada tiga pemain yang kemudian mendapatkan kesempatan untuk bergabung bersama klub Italia, Sampdoria.
Ketiga pemain tersebut adalah Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, dan Bima Sakti. Boleh dibilang Kurniawan Dwi Yulianto menjadi pemain Indonesia pertama yang mendapatkan kesempatan bermain di Eropa.
Setelah bermain dalam program PSSI Primavera, tawaran dari Sampdoria datang untuk Kurniawan. Setelah itu, Kurniawan dipinjamkan ke klub Swiss, FC Luzern.
Bersama klub inilah pemain yang karib disapa Si Kurus itu pertama kali merasakan atmosfer sepak bola Eropa sebagai pemain profesional. Ia sempat bermain dalam 10 laga hingga akhirnya kembali ke Sampdoria. Kurniawan kemudian kembali ke Indonesia pada 1996.
Sementara itu, Kurnia Sandy juga mendapatkan kontrak dari Sampdoria bersama Kurniawan. Namun, sayangnya tak ada satu pun catatan kiper yang pernah menjadi andalan Timnas Indonesia itu bermain di kompetisi resmi.
Bima Sakti adalah jebolan PSSI Primavera yang kemudian sempat melanglang buana ke Eropa. Ia mendapatkan tawaran dari klub Swedia, Helsinborg IF pada musim 1995/1996. Sayangnya, ia hanya berkarier selama satu musim hingga akhirnya pulang dan memperkuat Pelita Jaya.
Ketiga pemain jebolan PSSI Primavera ini kemudian sempat bersama-sama menangani Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Bima Sakti menjadi pelatih kepala dan dibantu oleh Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy yang menjadi asistennya.
Advertisement
Jebolan SAD Mencicipi Kompetisi Belgia
Pada era 2000-an, sempat ada program pengiriman pesepak bola Indonesia ke Uruguay dengan nama Sociedad Anónima Deportiva (SAD) atau kemudian dikenal dengan nama Deportivo Indonesia. Cukup banyak pemain yang mendapatkan kesempatan mengikuti program tersebut, seperti Syamsir Alam, Yongki Aribowo, Yanto Basna, hingga Hansamu Yama Pranata.
Beberapa pemain jebolan SAD sempat mendapatkan kesempatan untuk mencicipi kompetisi Eropa dengan bergabung bersama klub Belgia, CS Vise. Pemain-pemain itu adalah Syamsir Alam, Alfin Tuasalamony, dan Manahati Lestusen.
Syamsir Alam, yang tampil menawan di level junior hingga ikut program ke Uruguay pada 2008, mendapatkan tawaran untuk bergabung bersama CS Vise yang tengah berlaga di kompetisi divisi kedua Belgia. Namun, dua musim bersama CS Vise, Syamsir hanya mendapatkan 10 kali penampilan.
Sementara itu, Alfin Tuasalamony juga mengikuti jejak Syamsir dengan bergabung bersama CS Vise. Bermain selama dua musim di Belgia, Alfin pun langsung kembali ke Indonesia.
Kemudian ada lagi Manahati Lestusen yang juga menjalani perjalanan yang sama. Jebolan SAD itu sempat menjalani satu tahun tambahan di klub Uruguay bersama Penarol FC dan kemudian bergabung bersama CS Vise. Seperti halnya dua pemain di atas, Manahati pun sulit untuk berkembang dan hanya bermain dua kali pada musim 2013/2014.
Arthur Irawan, Evan Dimas, dan Sejumlah Pemain Muda ke Spanyol
Kiprah pesepak bola Indonesia ke Eropa juga diwarnai dengan beberapa pemain yang mencoba peruntungan ke Spanyol. Nama yang cukup fenomenal adalah Arthur Irawan.
Pemain yang kini berseragam PSS Sleman itu sempat membuat publik sepak bola Tanah Air terkejut pada 2011. Ia mendapatkan kontrak resmi dari klub Spanyol, Espanyol B. Ia sempat mencatatkan delapan laga bersama klub Catalan tersebut sebelum hengkang ke Malaga B.
Namun, nasibnya tak berubah di Malaga. Hal itu membuatnya kemudian mencoba hengkang ke Belgia dan bergabung bersama Waasland-Beveren. Ia hanya bermain satu kali bersama klub Belgia itu dan sempat mengalami cedera hingga akhirnya pulang ke Tanah Air.
Jalan yang dibuka oleh Arthur kemudian dicoba oleh sejumlah pemain lain, termasuk Evan Dimas yang mendapatkan kesempatan untuk trial bersama klub Spanyol, UE Llagostera, yang ketika itu bermain di divisi kedua Spanyol.
Namun, Llagostera bukan satu-satunya kesempatan yang didapatkan oleh Evan Dimas. Pemain muda yang berposisi sebagai gelandang serang itu kemudian mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Spanyol dan melakukan trial bersama Espanyol B, tim yang pernah merekrut Arthur Irawan. Sayangnya, Evan Dimas tidak mendapatkan kontrak dari kedua klub Spanyol itu.
Tak sampai di situ saja, sejumlah pemain muda Indonesia juga mendapatkan kesempatan untuk berlaga di Spanyol, sebut saja Dallen Doke dan Mahir Radja Satya yang bergabung bersama CS Castellon, kemudian juga ada pemain-pemain yang tergabung dalam Vamos Indonesia, termasuk Khairul Imam Zakiri yang belum lama ini mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-19 di Kroasia.
Dallen Doke dan Mahir Radja Satya bergabung bersama klub divisi empat Spanyol, CS Castellon, pada 2016. Keduanya berangkat ke Spanyol lewat program pengembangan pemain dari Jakarta Football Academy.
Namun, setelah mendapatkan kontrak dari Castellon, Dallen sempat dipinjamkan ke Alcudia dan Torre Levante. Sempat bergabung bersama Bali United, Dallen kemudian kembali ke Spanyol dan bergabung bersama Racing D'Algemesi. Sementara Mahir Radja kini bermain bersama PSIS Semarang.
Pada 2018 lalu ada delapan pemain Indonesia yang tergabung dalam program Vamos Indonesia dan merasakan tampil di kompetisi sepak bola muda Spanyol. Delapan pemain itu adalah Helmy Putra Damanik, Muhammad Reza Kusuma, Aditya Affasha Riawan, dan Irsyad Furqoni, Nikola Filipovic Hutahayan, Mohammad Afganiladin, Rafyandi Yusuf Adzani, dan Andrew Jeremy Boediono.
Empat nama pertama merupakan empat anak Indonesia yang telah tampil di liga resmi Spanyol sejak 2018. Helmy dan Reza lebih dulu bertanding di Divison de Honor, kasta tertinggi sepak bola U-19 di Spanyol. Keduanya akan naik kelas dan bermain di Tercera Division atau Divisi 4 Liga Spanyol pada musim depan bersama Atletico Cristo.
Sementara itu, Affasha akan bermain bersama Real Racing Club de Santander di Division de Honor Grup 1 karena telah memiliki kartu Ficha, yang menjadi syarat utama seorang pemain boleh tampil di liga resmi Spanyol. Sedangkan Irsyad akan bermain di Divisi Liga Nacional Juvenil di Palencia, Spanyol.
Sementara itu Nikola Filipovic Hutahayan, Mohammad Afganiladin, Rafyandi Yusuf Adzani, dan Andrew Jeremy Boediono tampil di Divisiones Regionales di Castile and Leon mulai musim 2019-2020.
Pada Agustus 2019, Vamos Indonesia menerbangkan lagi 17 pemain ke Spanyol. Sayangnya, pandemi COVID-19 pada 2020 ikut berdampak terhadap kelangsungan anak-anak Indonesia di Spanyol ini. Pada Maret 2020, sebanyak 28 pemain Indonesia yang mengikuti program Vamos Indonesia kembali ke Tanah Air.
Advertisement
Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman di Klub Kasta Tertinggi Polandia dan Serbia
Langkah fantastis dilakukan Egy Maulana Vikri ketika memutuskan untuk berkarier di Eropa bersama klub yang bermain di kasta tertinggi Liga Polandia, Lechia Gdansk. Pemain yang sukses bersama Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri itu sempat dikaitkan dengan sejumlah klub, yang rata-rata menawarkan trial.
Namun, akhirnya Egy Maulana Vikri mendapatkan kontrak profesional bersama Lechia Gdansk meski harus memulai kariernya dari tim junior terlebih dulu. Hingga kini Egy masih merintis kariernya bersama klub Polandia tersebut sembari menanti kesempatannya untuk bisa tampil lebih sering bersama tim senior Lechia Gdansk dan mendapatkan kesempatan melompat ke kompetisi top Eropa.
Jalan yang diambil Egy Maulana Vikri menginspirasi rekan setim sekaligus sahabatnya, Wian Sulaeman. Pemain muda Indonesia ini bergabung bersama klub kasta tertinggi Liga Serbia, FK Radnik Surdulica, mulai Februari 2020. Seperti halnya Egy, Witan juga menemui tantangan besar untuk bisa menembus tim utama.
Namun, hingga saat ini, kedua pemain inilah yang benar-benar memiliki masa depan cemerlang di kompetisi sepak bola Eropa, mengingat kedua pemain ini sudah berada di kompetisi kasta tertinggi di masing-masing negara.