Bola.com, Jakarta - Persebaya Surabaya memenangi kompetisi Perserikatan pada 1987/1988. Namun, embel-embel Sepak Bola Gajah terlanjur melekat hingga kini, di mana Mustaqim dkk. saat itu sengaja 'mengalah' 0-12 dari Persipura Jayapura pada road to final.
Persebaya Surabaya merupakan tim yang ditakuti era 1980-an akhir. Mereka bertabur bintang, sebut saja Subangkit, Budi Johanis, hingga tentu saja sang kapten Muharom Rusdiana.
Baca Juga
Advertisement
Jauh sebelum adanya Arema Malang, rival Persebaya adalah PSIS Semarang. Pada musim sebelumnya, mereka berulang kali dijegal oleh tim berjulukan Mahesa Jenar tersebut.
Pada final perserikatan 1986/1987 misalnya, Persebaya tumbang 1-2. Gol Budi Johanis dibalas dua kali oleh Ribut Waidi dan Syaiful Amri.
Persaingan berlanjut pada musim 1987/1988. Persebaya bertemu dua kali lawan PSIS dan memenangi keduanya dengan skor 3-1 dan 1-0. Namun, ada 'dendam kesumat' yang belum usai.
"Kami waktu enam besar di Semarang tahun 1985, mereka (PSIS Semarang) sempat main mata, sehingga kita masuk play-off degradasi," aku Muharom Rusidana saat sesi wawancara di kanal YouTube Omah Bal-balan.
"Di Stadion Diponegoro, saya dan teman-teman lihat PSIS main sabun. PSIS saat itu juara grup, dan kalau mereka menang Persebaya aman. Tapi akhirnya draw, padahal lawan tim lemah. Dari sana kami sepakat, 'wah ini main sabun'. Pelatih juga ngomong begitu. Mereka (PSIS) main ketawa-ketawa."
Luka itu terus membekas. Hingga akhirnya, momen yang ditunggu-tunggu datang. Pada 1987/1988, situasinya berbalik. PSIS bisa lolos ke babak selanjutnya jika Persebaya bisa memenangi pertandingan kontra Persipura di Tambaksari.
"Kami semua sakit hati. Sampai akhirnya 21 Februari 1988, Persebaya ketemu Persipura (dulu masih bernama Irian Jaya) di Tambaksari. Posisinya kami sudah juara grup, sementara PSIS untuk lolos situasinya Persipura harus menang," kata Muharom lagi.
Muharom merasa kalau keputusan manajemen tim 'mengalah' saat itu bukanlah sesuatu yang diharamkan. Selain itu, ada briefing sebelum pertandingan untuk 'menolong' Persipura.
"Kalau versinya Pak Agil (manajer Persebaya), beliau alasannya cinta NKRI, jadi katanya Persipura Jayapura lolos ke Senayan itu hiburan buat masyarakat di sana. Saat semua pemain dikumpulkan, ada instruksi untuk 'menolong' Persipura."
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bukan Faktor Suap
Muharom Rusdianto menegaskan, apa yang dilakukan ia dan rekan-rekannya bukan karena faktor suap, melainkan strategi. Ini juga perncah diucapkan oleh Supangat, pengurus Persebaya. "Kekalahan itu bagian dari strategi tim untuk menghindari lawan kuat. Jadi, saya kira itu hal yang wajar," katanya disadur dari Kompas.
Pun dengan Subangkit, pemain muda Persebaya kala itu. "Saya melihat ini sebagai kunci keberhasilan kami (menjuarai Liga Indonesia 1987/1988)."
"Menyingkirkan PSIS, yang jelas seperti itu," tegas Rusdianto melanjutkan. "Soalnya kita juga pernah dikerjai."
Senada dengan apa yang telah diceritakan Muharom, Ibnu Grahan, gelandang Persebaya saat itu, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia menerangkan, banyak pemain senior dan inti yang menolak bertanding melawan Persipura. Alasannya, mereka tidak mau bermain untuk kalah.
Cak Ibnu, sapaan karibnya, mengatakan, ia dan pemain-pemain muda lainnya yang jarang dimainkan mendapatkan tawaran dari manajemen tim. Hanya saja, mereka diharuskan mengalah, sesuai dengan briefing jelang laga.
"Pak Agil dengan bahasa politisnya menjelaskan, ini semua demi NKRI supaya tidak ada perpecahan, kalau tidak mengalah lawan Papua, beliau akan melepaskan diri. Persebaya pun bisa membalaskan kekalahan dari PSIS. Tarik ulur sempat terjadi, akhirnya beberapa pemain setuju. Saya langsung setuju karena itu kesempatan buat saya yang belum pernah merasakan atmosfer pertandingan yang penuh dengan suporter," kata Ibnu.
"Meski mengalah, ada kebanggaan buat saya menginjak rumput Gelora 10 November. Soal motivasi dikembalikan ke masing-masing. Kita tetap main dan dapat bonus menang, jumlahnya lumayan, 3 juta sampai 7 juta. Kekalahan ini dihalalkan oleh penonton."
Advertisement