Bola.com, Makassar - Sosok Hendro Siswanto kental mewarnai kiprah Arema FC pada kompetisi kasta tertinggi Tanah Air selama sembilan musim terakhir. Meski belum pernah mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia buat Arema, Hendro Siswanto termasuk pemain yang dicintai Aremania.
Pencapaian terbaiknya bersama Arema adalah meraih trofi juara Inter Island Cup 2014 serta Piala Presiden pada 2017 dan 2019. Dalam kurun waktu sembilan musim berkostum Arema, sejatinya Hendro menerima banyak tawaran dari tim lain.
Advertisement
Di antaranya Madura United pada 2016 yang sangat serius ingin menggunakan jasanya meski Hendro Siswanto saat itu masih bergulat dengan cedera. Hendro Siswanto pun sempat tertarik dengan tawaran itu termasuk nominal kontrak yang diterimanya.
"Tapi, saya tidak jadi ke Madura United karena masih terikat kontrak dengan Arema yang masih membutuhkan saya," ungkap Hendro Siswanto dalam channel Youtube RCBFM.
Selain Madura ada juga tawaran dari Bali United. Tapi, semuanya tak terealisasi karena Arema langsung menyodorkan perpanjangan kontrak kepada Hendro Siswanto setiap akhir musim.
Kontrak Hendro Siswanto di Arema memang selalu berdurasi setahun. Itulah mengapa ia akhirnya memilih meninggalkan Arema karena sampai kontraknya berakhir pada Januari 2021, manajemen Arema belum menyodorkan perpanjangan kontrak.
Menurut Hendro, ia sebenarnya sudah menanyakan kejelasan statusnya kepada General Manager Arema FC, Ruddy Widodo, tapi jawabannya mengambang.
"Pak Ruddy bilang saya termasuk pemain yang dipertahankan. Namun, kepastian kontrak menunggu kejelasan kapan kompetisi kembali bergulir. Pada saat bersamaan, Borneo menunggu jawaban saya terkait tawaran kontrak selama dua musim di klub itu," kata Hendro.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Suka Duka Di Arema
Sembilan tahun berkostum Arema tentu membuat Hendro Siswanto pernah merasakan pahit dan manis bersama klub kebanggaan Aremania itu. Hendro pun mengaku mengalami masa sulit ketika bersama Arema menghadapi dualisme kompetisi pada 2011/2012.
Saat itu, Hendro sempat memperkuat Arema Indonesia pada lima partai laga Liga Primer Indonesia. Setelah itu, ia pindah ke Arema Cronus yang berkiprah di Liga Super Indonesia.
Kala itu selain dihadapkan pada dualisme kompetisi yang berdampak terbagi duanya suporter, Hendro Siswanto juga tak mendapatkan hak penuh sebagai pemain karena kedua klub yang dibelanya sama-sama dilanda krisis finansial. "Saat itu, saya tinggal di rumah kontrakan dan untuk makan pun susah," kenang Hendro.
Tapi, bagi Hendro Siswanto, duka itu tertutupi oleh banyak suka yang didapatkannya bersama Arema. Terutama perhatian dan dukungan total Aremania baik di dalam maupun luar lapangan.
Dalam kehidupan keseharian, Hendro Siswanto seperti seorang artis yang dipuja suporter. "Saya banyak mendapatkan kemudahan saat berstatus pemain Arema," papar Hendro.
Dukungan dan kecintaan Aremania terhadapnya itu membuat Hendro tak pernah mempermasalahkan kritik bahkan cacian dari Aremania saat tim mengalami kekalahan.
Termasuk ketika bus pemain diadang oleh Aremania yang kecewa karena tim kebanggaan takluk di kandang sendiri. "Bagi saya itu hal yang normal. Kejadian itu jusrtu saya jadikan bahan introspeksi diri agar tampil lebih baik pada laga selanjutnya," pungkas Hendro
Advertisement