Bola.com, Makassar - Nama Sunardi A pantas masuk dalam daftar pemain legendaris PSMS Medan. Saat berkostum Tim Ayam Kinantan padaperiode 1980 hingga 1987, Sunardi yang berposisi stoper dua kali membawa PSMS meraih trofi juara, yakni pada 1983 dan 1985.
Ia pun jadi bagian penting sepak bola Sumatra Utara ketika meraih medali emas cabang sepak bola pada PON 1985. Pencapaian itu merupakan buah kerja keras dan kesabaran Sunardi menunggu momen menjadi bagian dari PSMS Medan.
Baca Juga
Advertisement
Dalam channel Youtube Lae Pae, Sunardi menceritakan pengalaman panjangnya di sepak bola yang dimulai saat bergabung dengan Mandala Putera, tim amatir yang berkiprah di kompetisi internal PSMS pada 1975. Berkat aksinya di tim itu, Sunardi dipanggil mengikuti seleksi pemain yang akan berlatih di Diklat Salatiga.
Namun, Sunardi tak lolos seleksi. Ia kemudian memutuskan bermain di PSKTS Tebing Tinggi pada 1977. Setelah itu, ia direkrut klub elite Galatama saat itu, Pardedetex yang dikenal doyan mengontrak pemain terbaik Tanah Air. Sunardi hanya satu musim di Pardedetex setelah mendapat sinyal dan peluang bergabung di PSMS yang selama ini menjadi tujuannya.
"Penantian saya selama lima tahun untuk PSMS akhirnya tercapai," kenang Sunardi.
Pada musim pertamanya di PSMS, yakni Perserikatan 1980, Sunardi membawa tim Ayam Kinantan menembus 6 besar. Peraih trofi juara musim itu adalah Persiraja Aceh yang mengalahkan Persipura Jayapura di final dengan skor 3-1 pada 31 Agustus 1980.
Setelah itu, kiprah Sunardi pada dua musim berikutnya tak tertahankan. PSMS Medan meraih trofi juara secara beruntun mengalahkan lawan yang sama, Persib Bandung di laga final 1983 dan 1985.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Asal Mula Tambahan Huruf A di Belakang Nama
Pada kesempatan itu, Sunardi mengungkapkan tambahan huruf A di belakang namanya. Ketika ia bergabung di PSMS Medan, sudah ada pemain yang bernama sama dengannya.
Jadi untuk membedakan keduanya, ada tambahan huruf A dan B dibelakang nama mereka. "Kami menerima saja. Padahal, Sunardi B lebih dulu membela PSMS dibandingkan saya," papar Sunardi.
Bersama PSMS, kebetulan posisi keduanya berbeda. Seniornya itu bermain sebagai gelandang, sementara Sunardi sendiri lekat dengan posisi stoper. Menjadi pilar di lini belakang terbilang istimewa buat Sunardi karena sejatinya posturnya tak terlalu ideal sebagai bek tengah.
"Semua pemain memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya menutupi kekurangan itu dengan kerja keras dan kejelian membaca permainan," kata Sunardi.
Menurut Sunardi, biasanya dalam 10 menit laga berjalan, ia sudah memiliki gambaran kelebihan dan kekurangan lawan.
"Saat laga, yang utama dalam benak saya sebagai bek adalah mengamankan lini belakang. Setelah membaca permainan tim lawan dan pemain kunci yang harus dimatikan, baru semuanya berjalan normal sesuai karakter bermain PSMS," terang Sunardi.
Setelah gantung sepatu pada 1987, Sunardi beralih profesi jadi pelatih. Bersama Rudi Saari, ia pernah membawa PSMS Junior menembus semifinal Piala Soeratin 2005. Belakangan, Sunardi menjadi bagian manajemen PSMS sampai sekarang.
"Sebagai mantan pemain, saya ingin PSMS kembali ke habitatnya sebagai tim besar eks Persrikatan seperti Persija, Persib, Persebaya dan PSM," pungkas Sunardi.
Advertisement