Bola.com, Makassar - Sosok M. Basri tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang sepak bola Tanah Air. Ketika berstatus sebagai pemain, pria kelahiran Makassar, 5 Oktober 1942, itu membawa PSM Makassar dan Timnas Indonesia meraih gelar juara.
M. Basri membawa PSM Makassar dua kali meraih trofi juara Kompetisi Perserikatan, yakni musim 1964/1965 dan 1965/1966. Sementara di Timnas Indonesia, Basri secara reguler masuk skuad Garuda periode 1962-1973 dengan sejumlah gelar juara, seperti Anniversary Cup (Jakarta), Kings Cup (Bangkok) dan Pesta Sukan (Singapura). Ia pun pernah tampil di ajang Asian Games, Piala Asia, Pra-Olimpiade dan Pra-Piala Dunia.
Baca Juga
Hasil Liga Spanyol: Kylian Mbappe dan Rodrygo Impresif, Real Madrid Bungkam Sevilla dan Geser Barcelona dari Peringkat Kedua
Hasil Liga Inggris: Dipaksa Imbang Everton, Chelsea Gagal Kudeta Liverpool dari Puncak
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
Advertisement
Setelah pensiun sebagai pesepak bola pada 1975, Basri beralih dari profesi sebagai pelatih dengan melatih berbagai klub internal Persebaya Surabaya, seperti Suryanaga, Indonesia Muda, dan Mitra Surabaya.
Kiprahnya di kompetisi Persebaya membuat Basri kemudian didaulat sebagai pelatih Bajul Ijo menghadapi kompetisi Perserikatan 1976-1978. Ia didampingi Mudayat sebagai asisten serta J.H, Hattu (penasehat teknik).
Seperti diketahui, Persebaya akhirnya meraih trofi juara musim itu setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 4-3 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, 28 Januari 1978. Setelah itu, Basri didaulat sebagai pelatih Niac Mitra, klub Surabaya yang akan berkiprah di Liga Sepak Bola Utama (Galatama), kompetisi semi-profesional pertama di Indonesia.
Bersama Niac Mitra, nama Basri mencuat sebagai pelatih papan atas Indonesia. Ia tercatat tiga kali membawa Niac Mitra meraih trofi juara Galatama, yakni pada 1981, 1982 dan 1986.
Tak hanya itu, bersama Basri, Niac Mitra juga meraih gelar bergengsi di level internasional dengan berjaya di Aga Khan Cup Bangladesh 1979. Sukses bersama Niac Mitra mengantar Basri menjadi pelatih Timnas Indonesia dalam sejumlah ajang seperti Sea Games, Pra-Piala Dunia dan Pra-Olimpiade.
Dalam channel youtube Pinggir Lapangan, Basri mengungkap perjalanan kariernya di sepak bola yang dimulai ketika ia bergabung dengan MOS, klub amatir Makassar yang berkiprah di kompetisi internal PSM Makassar pada 1961.
"Sebelumnya, saya bermain pada berbagai tim amatir di turnamen tarkam yang menjamur di Makassar dan sekitarnya pada saat itu," kenang M. Basri.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jadi Pemain PSM dan Timnas Indonesia
Bakat dan talenta yang dimiliki M. Basri sebagai gelandang membuatnya tak butuh lama untuk menjadi bagian dari PSM Makassar. Berkat aksinya bersama MOS, namanya masuk dalam skuat Juku Eja bersama sejumlah pemain senior seperti Andi Ramang, Suwardi Arlan, Nursalam dan Latandang pada 1961.
Setahun kemudian, Basri dipanggil memperkuat Timnas Indonesia menghadapi klub asal Uni Soviet (Rusia), Patakhor.
Uniknya, Basri dilirik pelatih timnas saat itu, Tony Poganick saat memperkuat PSM menghadapi tim yang sama di Stadion Mattoanging Makassar. Poganick khusus ke Makassar untuk menyaksikan laga itu.
"Setelah pertandingan, Poganick meminta saya ikut ke Jakarta untuk bergabung dengan Timnas Indonesia menghadapi Patakhor tiga hari kemudian," ujar Basri.
Setelah uji coba melawan Patakhor, Basri kemudian secara reguler masuk dalam skuad Timnas Indonesia menghadapi berbagai ajang internasional sampai 1973.
"Pada 1973, saya memutuskan pensiun dari Timnas Indonesia. Ketika itu usia saya masih 30 tahun," tutur Basri yang sempat kembali ke Makassar sebelum kemudian memulai petualangannya di Surabaya.
Saat di Surabaya, Basri pernah berkostum Persebaya sebelum memutuskan gantung sepatu pada 1975 dan meneruskan kariernya sebagai pelatih. Status barunya itu pula yang justru membuat nama Basri melegenda sebagai pelatih dengan sederet gelar juara bergengsi dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Advertisement