Bola.com, Sleman - Sepak bola di Kabupaten Sleman berkembang semakin pesat. Ada PSS Sleman yang tampil di kasta tertinggi dan PSSI Kabupaten Sleman yang menggulirkan kompetisi internalnya.
Selain itu, ada pembinaan khusus untuk pesepak bola putri oleh sekolah sepak bola (SSB) Bintang Putra Mlati (BPM) yang sudah memiliki belasan aiswa.
Baca Juga
Advertisement
Para siswa yang ada saat ini berusia antara 5 hingga 10 tahun dan latihan dipusatkan di lapangan Sendangadi, Mlati, Kabupaten Sleman.
SSB khusus putri tersebut merupakan yang pertama kalinya didirikan di wilayah DIY. SSB BPM Putri menerima siswa putri berusia 7 hingga 12 tahun. Mereka akan mendapatkan pelatihan dari pelatih Bagus Suryanto dan Sukoco sebagai pelatih kiper.
Ariono, pemilik SSB Bintang Putra Mlati menjelaskan, pertimbangan membentuk kelas khusus putri adalah untuk pendidikan karakter sekaligus pengembangan bakat anak sejak usia dini.
"Saat ini anak-anak banyak yang menghabiskan waktu di dalam ruangan. Bermain komputer, video game, handphone, televisi dan lainnya. Hal ini dinilai dapat menyebabkan gaya hidup yang lebih lesu pada generasi penerus kita," tutur Ariono kepada Bola.com, Selasa (16/3/2021).
Menurutnya, anak-anak pada usia 5-9 tahun butuh aktivitas yang positif. Pada rentang usia itu, mereka bermain sepak bola pada fase pengenalan. Maka, pelatih mengajarkan anak tentang bergembira, dan menikmati permainan sepak bola yang tidak hanya bagi anak laki-laki.
Adapun pembentukan SSB BPM Putri tak lepas dari pada prospek sepak bola putri saat ini. Siapa pun nanti yang menjadi pengurus PSSI, tetap akan memperhatikan perkembangan sepak bola putri, sehingga perkembangannya diharapkan bisa seperti di Eropa.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kesetaraan Gender
Ia tak menampik banyaknya hambatan dalam membangun potensi sepak bola putri. Tidak lain masih adanya persepsi bahwa sepak bola untuk anak putri dianggap tabu. Tantangan SSB adalah menyadarkan orang tua bahwa olah raga tidak mengenal perbedaan gender.
"Anak-anak putri yang bermain sepak bola akan memetik banyak hal positif, seperti kepercayaan diri, mental dan kedisiplinan. Nantinya SSB kami akan membuat kurikulum sendiri demi kemajuan para siswa," papar Ariono.
Selain berlatih, para siswa juga akan ikut dalam kelas khusus berupa bimbingan inter personal. Kemudian akan diajarkan tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Tujuannya, untuk meningkatkan kemampuan intelektual pemain, memahami dirinya sebagai wanita. Selain itu juga adanya intra personal, tentang bagaimana kemampuan anak putri yang tak kalah dengan anak laki-laki dalam hal pekerjaan.
"Intinya kami tak akan meninggalkan sisi-sisi feminin para siswi, dan itu harus tetap dijaga. Tidak boleh meninggalkan kodrat mereka sebagai perempuan," jelas Ariono menutup perbincangan.
Advertisement