Bola.com, Jakarta - Liga Indonesia 2006 jadi musim terbaik Cristian Gonzales, striker tersubur di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air.
Pada musim itu, El Loco, sapaan akrabnya, tak hanya membawa Persik Kediri meraih trofi juara, ia juga menjadi pencetak gol tersubur dengan 32 gol.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Sejatinya, pria kelahiran 30 Augustus 1976 ini berpeluang meraih penghargaan sebagai pemain terbaik. Alasannya, pada laga final menghadapi PSIS Semarang di Stadion Manahan Solo, 30 Juli 2006, El Loco jadi pahlawan Persik lewat gol tunggalnya pada babak tambahan waktu.
Sayangnya, pada pertandingan itu, ia diganjar kartu merah oleh wasit Jimmy Napitupulu karena terlibat insiden dengan striker PSIS, Emmanuel de Porras, dua menit ia mencetak gol pada menit ke-107.
Menurut El Loco, kejadiannya saat itu begitu cepat. PSIS yang kebobolan terus melakukan tekanan untuk menyamakan kedudukan.
Gonzales pun berinsiatif turut membantu lini belakang untuk mengamankan keunggulan satu gol itu. Pada momen itu, ia terlibat gesekan dengan De Porras. Wasit Jimmy yang melihat kejadian itu mengeluarkan kartu merah langsung kepada Gonzales.
"Tensi pertandingan saat itu memang tinggi. Jadi, insiden itu terbilang wajar. Buktinya, setelah pertandingan, hubungan saya dengan De Porras tetap baik," ujar Cristian Gonzales dalam channel Youtube jebreeetmedia TV.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Gol Berkesan
Bagi El Loco, gol tunggalnya ke gawang PSIS sekaligus jadi penentu juara Persik musim 2006 jadi momen berkesan sepanjang kariernya di Liga Indonesia.
Pasalnya, meski dikenal sebagai striker maut di kotak penalti lawan, pada laga itu El Loco praktis tak bisa berbuat banyak karena terus mendapat mengawal ketat dari bek PSIS, Fofe Kamara (Kamerun).
Pada laga itu, El Loco hanya mendapat satu peluang dan itu berbuah gol pada menit ke-107. Saking gembiranya, El Loco mengaku sampai tidak membedakan mana suporter Persik dan PSIS.
"Kebetulan warna kostum Persik dan PSIS hampir sama. Usai mencetak gol, saya langsung berlari ke arah suporter untuk merayakannya. Ternyata saya menuju ke lokasi suporter PSIS. Saya baru sadar setelah ada pemain yang berteriak untuk mengingatkan," ungkap El Loco.
Â
Advertisement
Kerja Keras Tim
Menurut El Loco, pencapaian trofi juara oleh Persik merupakan buah kerja keras seluruh elemen tim. Ia merujuk kinerja pemain di lapangan sebagai contoh.
Di mata El Loco, siapa pun pemain yang ditampilkan sudah bekerja sesuai tugas di posisi masing-masing.
Misalnya, duet lini tengah yang dihuni Suswanto dan Harianto yang berperan sebagai penyeimbang. Begitu juga dengan deretan gelandang asing penyulai bola yang dimiliki Persik saat itu yakni Ebi Sukore, Ronald Fagundez dan Danilo Fernando.
"Mereka sudah bermain secara otomatis. Ketika memegang bola, mereka pasti melihat pergerakan saya dan Budi Sudarsono. Jadi, kalau saya dan Budi banyak mencetak gol itu semata karena kerja tim," pungkas El Loco yang mencetak gol ke gawang PSIS setelah memanfaatkan umpan Ebi Sukore.