Sukses


Etalase Legenda Persib dan Persija: Sosok-sosok Istimewa yang Sulit Tergantikan

Bola.com, Jakarta - Duel final Piala Menpora 2021 yang mempertemukan Persib Bandung kontra Persija Jakarta bakal menyita perhatian.

Sebagai klub eks Perserikatan, Persib dan Persija telah melewati puluhan dekade bahkan sejak Indonesia belum merdeka. Perjalanan tim besar pasti disertai munculnya banyak pemain hebat yang mampu mempersembahkan berbagai gelar untuk tim yang diperkuatnya.

Itu pula yang terjadi di tubuh Persib dan Persija. Era kompetisi terus berganti, dari Perserikan, Liga Indonesia, ISL, hingga Liga 1.

Sejak didirikan pada 14 Maret 1933, Tim Maung Bandung sukses meraih berbagai trofi, baik turnamen maupun kompetisi. Tentu saja pencapaian manis Persib tidak lepas dari para pemain hebat yang kemudian di antaranya dinobatkan sebagai pemain legendaris.

Persija menjadi tim tersukses dalam sejarah sepak bola Indonesia. Bukti tersebut tersaji dalam torehan 11 gelar juara kompetisi elite PSSI, baik di era Perserikatan hingga Liga 1.

Semenjak berdiri pada 28 November 1928, klub yang awalnya bernama VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra) menjadi bertemunya pemain-pemain berbakat dari penjuru Jakarta dan Indonesia.

Sepanjang perjalanan di sepak bola Indonesia, Persija Jakarta juga melahirkan banyak legenda.

Video

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Legenda Persib: Robby Darwis, Djadjang Nurdjaman

Dari deretan pemain besar yang pernah merintis karier bersama Persib Bandung, terutama periode 1980 hingga 1990-an, tercatat ada lima pemain yang sering disebut sebagai legenda.

Seperti diketahui, pada kurun waktu itu Persib bisa dibilang mencapai masa jaya karena berhasil menyabet berbagai gelar juara.

Kelima sosok itu adalah Robby Darwis, Djadjang Nurdjaman, Yusuf Bachtiar, Sutiono Lamso, dan Ajat Sudrajat.

Lima nama itu dianggap layak menjadi pemain legendaris Persib berkat sukses mereka mempersembahkan berbagai trofi dan loyalitas tinggi terhadap Persib pada kurun waktu tersebut.

Robby Darwis bersama Persib sangat sukses. Setelah mengantarkan Persib juara Perserikatan 1986, 1989-1990, dan 1993-1994, Robby juga membawa Maung Bandung juara Liga Indonesia edisi pertama 199-1995, termasuk lolos Liga Champions Asia pada tahun 1995.

Kemudian Djadjang Nurdjaman. Djanur pernah mengantarkan Maung Bandung juara Perserikatan pada 1986. Paling mengesankan dari musim itu adalah saat ia mencetak gol tunggal kemenangan Persib atas Perseman Manokwari di final.

Tidak heran bila Djanur sempat menjadi idola bobotoh dan mendapat tempat tersendiri di hati suporter fanatik Persib. Setelah musim 1986 itu, Djanur juga ikut peran mempersembahkan juara di Perserikatan 1990 dan 1993-1994, ditambah pada 1994-1995 saat menjabat sebagai asisten pelatih.

Djanjur lalu membawa Persib juara ISL 2014. Ia merupakan satu-satunya orang yang meraih juara bersama Persib dengan status pemain, asisten pelatih, dan pelatih.

3 dari 5 halaman

Legenda Persib: Yusuf Bachtiar, Ajat Sudrajat, Sutiono Lamso

Selama membela Tim Pangeran Biru dari 1987-1998 dan 2001, Yusuf bachtiar yang memiliki julukan Si Kancil mampu mempersembahkan beberapa gelar juara.

Trofi pertama dipersembahkan pada 1986 saat Persib juara Pesta Sukan II atau Piala Hasanal Bolkiah di Brunei Darusalam. Setelah itu beberapa gelar lain diraih bersama Maung Bandung, yaitu juara Perserikatan 1989-1990, 1993-1994, dan Liga Indonesia 1994-1995.

Kemudian Ajat Sudrajat. Selama memperkuat Persib kariernya terbilang bersinar sebagai striker. Pemain yang identik dengan nomor punggung 10 ini berhasil mengantarkan Maung Bandung sebagai juara Perserikatan 1986, juara Pesta Sukan atau Sultan Hasanal Bolkiah di Brunei Darusalam pada 1986, dan Perserikatan 1989-1990.

Ajat adalah sosok terkenal di seantreo Jawa Barat, bahkan sampai sekarang. Itu semua berkat keganasannya sebagai striker sehingga diidolai bobotoh hingga saat ini. Catatan gol yang pernah dicapai terbilang fantastis. Saat membela Persib di Perserikatan 1983, Ajat menjadi pencetak gol terbanyak.

Ajat Sudrajat (kiri) melakukan selebrasi usai mencetak gol buat Persib. Walau akhirnya pindah ke Bandung Raya, sosok pengguna nomor punggung 10 itu tetap jadi idola bobotoh. (Bola.com/Dokumentasi Pikiran Rakyat)

Prestasi itu diulangi pada musim 1985 dengan torehan 16 gol. Saat jadi pemain, Ajat memperkuat Persib selama tujuh musim dari 1983 hingga 1990.

Yang terakhir ialah Sutiono Lamso. Gelar juara Persib Bandung di Perserikatan 1993-1994 dan Liga Indonesia 1994-1995 barangkali tidak akan diraih bila tidak ada Sutiono Lamso. Pada laga final itu Sutiono mencetak gol kemenangan Persib.

Di musim 1993-1994 satu golnya dan satu lagi dari Yudi Guntara membawa Persib juara mengalahkan PSM Makassar di ajang final kompetisi Divisi Utama Perserikatan. Kemudian di Liga Indonesia 1994-1995, gol tunggal Sutiono membungkam Petrokimia Gresik.

4 dari 5 halaman

Legenda Persija: Tan Liong Houw, Sinyo Aliandoe

Tan Liong Houw yang berdarah Tionghoa dengan nama pribumi, Latief Harris Tanoto, merupakan pemain spesial dalam perjalanan panjang Persija.

Tan Liong Houw yang besar di Jakarta merupakan salah satu legenda klub yang dicintai pendukung Tim Macan Kemayoran pada masanya.

Tan Liong Houw menyumbangkan gelar juara Perserikatan untuk Persija pada tahun 1954. Saat itu Persija bersua PSMS Medan. Dalam final yang tergolong keras itu, Tan Liong Houw bermain apik dengan menjadi pengatur permainan Persija.

Kemudian Sinyo Aliandoe, sosok yang meraih trofi saat menjadi pemain dan pelatih Persija. Sinyoe meraih gelar Perserikatan bersama Macan Kemayoran saat berusia 24 tahun.

Ia gantung sepatu lebih dini karena cedera dan langsung menekuni karier jadi pelatih. Pada musim perdananya sebagai juru taktik, Sinyo membawa Persija juara kompetisi Perserikatan. Gelar keenam sepanjang sejarah klub.

Hebatnya, dua tahun berselang Sinyo kembali mengantar Persija jadi tim terbaik di Tanah Air. Walau ada catatan. Gelar juara di tahun itu bukan hanya milik Persija, tetapi juga PSMS Medan.

5 dari 5 halaman

Legenda Persija: Soetjipto Soentoro, Iswadi Idris, Bambang Pamungkas, Widodo C Putro

Soetjipto Soentoro adalah legenda Persija yang selalu dikenang sepak bola Indonesia. Gareng, nama populernya, masih berusia 16 tahu saat berkostum Persija. Tapi, di usianya itu ia langsung dipercaya sebagai pemain yang cukup vital di Macan Kemayoran.

Ia mengantarkan Persija juara Perserikatan tahun 1964 dan mencetak 16 gol sepanjang kompetisi. Prestasi paling mentereng ialah di Timnas Indonesia. Ia tercatat sebagai top scorer sepanjang masa skuad Garuda. 

Bambang Pamungkas - Timnas Indonesia dan Persija Jakarta (Bola.com/Adreanus Titus)

Legenda lain yang sulit terlupakan ialah Iswadi Idris yang turut mengantarkan Persija menjadi juara Perserikatan tahun 1973. Performanya yang apik saat menjalani tur Australia bersama Persija, membuat klub Australia, Western Suburbs tertarik.

Ia pun berpisah sementara dengan Persija. Karena begitu bekennya nama Iswadi, sebuah laga seremoni perpisahan yang dilangsungkan di Stadion Menteng. Indonesia Muda sebagai klub amatir Iswadi bertanding dengan Persija.

Sepulang dari Australian, Iswadi hijrah ke klub elite anggota Persija yang bermain di pentas Galatama, yakni Jayakarta. Tahun 1975, Iswadi mempersembahkan gelar juara kedelapan buat Macan Kemayoran. 

Nama terakhir yang belum lama gantung sepatu ialah Bambang Pamungkas. Penyerang kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 10 Juni 1980 ini pernah mengantarkan Macan Kemayoran menjadi juara Liga Indonesia edisi 2001 dan Liga 1 2017.

Bepe bergabung ke Persija pada tahun 1999, setelah lulus dari Diklat Salatiga. Di musim pertamanya, BP menggila dengan menggelontorkan banyak gol untuk Persija. Total di musim 1999 dan 2000, Cah Getas mengemas 24 gol.

Bepe tampil luar biasa pada Liga Indonesia 2001. Ia disebut bermain seperti Soetjipto Soentoro.

Selain membawa Persija juara dengan mengalahkan PSM Makassar 3-2 dalam laga puncak yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Bepe juga menjadi Pemain Terbaik kompetisi. Selain itu ia juga unjuk produktivitas dengan torehan 24 gol.

Pemain lain yang meninggalkan kesan mendalam bagi Persija ialah Widodo C. Putro. Ia pemain yang cukup istimewa bagi Persija Jakarta. Bahkan pada awal kedatangannya ke klub ibu kota, Widodo disambut oleh The Jakmania dan juga Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso.

Widodo kemudian membantu Persija menjuarai Liga Indonesia pada 2001, dan merupakan pemain yang cukup dekat dengan para suporter Macan Kemayoran. Saking dekatnya dengan para suporter, ternyata Widodo pernah mengusulkan sebuah lagu untuk diubah menjadi lagu dukungan yang dinyanyikan oleh The Jakmania.

Video Populer

Foto Populer