Bola.com, Makassar - PSM Makassar adalah klub tertua di Indonesia yang tetap eksis di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air hingga saat ini. Sejak berubah nama dari Makassarsche Voetbalbond (MVB) menjadi Persatoean Sepak Bola Makassar (PSM) pada 1951, klub kebanggaan Kota Daeng itu pun langsung mewarnai pentas sepak bola Tanah Air dengan sederet prestasi sekaligus penyumbang pemain untuk Timnas Indonesia.
Dari era Perserikatan sampai Liga Indonesia, PSM Makassar meraih enam trofi juara, yaitu pada musim 1956/1957, 1957/1959, 1964/1965, 1965/1966, 1991/1992, dan 1999/2000. Juku Eja pun melengkapi kesuksesannya dengan menjuarai berbagai turnamen, baik di Tanah Air maupun di luar negeri.
Baca Juga
Hasil Liga Spanyol: Kylian Mbappe dan Rodrygo Impresif, Real Madrid Bungkam Sevilla dan Geser Barcelona dari Peringkat Kedua
Hasil Liga Inggris: Dipaksa Imbang Everton, Chelsea Gagal Kudeta Liverpool dari Puncak
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
Advertisement
Puluhan pemain asal Makassar pun kerap menjadi bagian penting di Timnas Indonesia. Sosok Andi ramang dan Maulwi Saelan menjadi pilar PSM yang menghuni tim era 1950-an. Sementara pada era 1960-an, PSM memunculkan sejumlah pemain, seperti M. Basri, Manan, Rasyid Dahlan, Frans Jo, dan Saleh Ramadud yang reguler berkostum Timnas Indonesia dalam sejumlah turnamen internasional.
Begitu pun pada 1970-an, ada nama Ronny Pattinasarani, Suaeb Rizal, Nasir Salassa, dan Dullah Rahim yang menonjol bersama skuat Merah Putih. Dekade berikutnya, PSM diwakili nama-nama seperti Surul Lengu dan Hengky Siegers yang masuk skuat Timnas Indonesia.
Pada era 1990-an yang merupakan masa transisi yang ditandai lahirnya Liga Indonesia, PSM tetap menjadi penyumbang pemain Timnas Indonesia dari Asia. Ansar pada edisi 1996 dan Ronny pada 2000.
Nama Syamsul Chaeruddin pun menjadi penerus seniornya ketika era 2000-an. Syamsul mengorboit bersama Hamka Hamzah dan Samsidar ketika membawa Timnas Indonesia U-20 menjuarai turnamen Hassanal Bolkiah 2002 di Brunei Darussalam.
Kalau menilik nama-nama yang disebut di atas tadi, yang menarik hanya dua pemain berposisi sebagai striker atau pemain nomor 9 asal Makassar yang pernah menghuni Timnas Indonesia, yaitu Andi Ramang dan Surul Lengu. Permainan cepat dan keras tanpa kompromi yang menjadi ciri khas PSM membuat mayoritas pemain yang dipanggil Timnas Indonesia lebih berposisi sebagai bek atau gelandang bertahan.
Minimnya striker berkualitas yang lahir di PSM belakangan membuat tim kebanggaan masyarakat Kota Daeng ini justru lebih banyak menggunakan jasa pemain nomor 9 dari luar Makassar pada era Liga Indonesia, baik striker lokal maupun asing, mulai dari Jacksen Tiago, Osvar Aravena, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto, Fouda Ntsama, Aldo Baretto, Julio Lopez, dan Ferdinand Sinaga.
Memang ada juga striker asal Makassar yang sempat mencuri perhatian dengan membawa PSM meraih trofi juara, yaitu Kharuddin Jamal dan Rahman Usman. Kaharuddin menjadi ujung tombak Juku Eja ketika menjadi juara Perserikatan 1991/1992. Sementara Rahman adalah pencetak satu dari tiga gol PSM ke gawang PKT Bontang ketika meraih trofi juara Liga Indonesia 1999/2000.
Berikut profil singkat dua striker asal Makassar yang pernah memperkuat Timnas Indonesia:
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Andi Ramang
Sudah bukan lagi menjadi rahasia, Ramang sudah dikenal menjadi legenda PSM dan Timnas Indonesia. Bersama PSM, Ramang berhasil mengoleksi empat trofi juara Perserikatan.
Sementara di Timnas Indonesia, Ramang adalah sosok utama saat meraih perunggu Asian Games 1958 di Tokyo. Bersama Ramang pula, skuat Merah Putih nyaris berlaga pada Piala Dunia 1958 di Swedia.
Saat itu, Timnas Indonesia selangkah lagi ke Swedia setelah unggul aggregat 5-4 atas China, di mana tiga dari lima gol Indonesia dicetak oleh Ramang. Sayang langkah Indonesia terhenti karena menolak bertanding melawan Israel yang akhirnya lolos ke Swedia.
Penampilan Ramang bersama Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956 pernah mendapat apresiasi FIFA. Kala itu, Indonesia nyaris mengalahkan Uni Soviet di perempat final.
Pada menit terakhir, Ramang nyaris menjebol gawang Lev Yashin andai kaosnya tidak ditarik lawan. Skor akhir imbang 0-0. Timnas Indonesia akhirnya tersingkir setelah kalah telak 0-4 pada partai ulang keesokan harinya.
Advertisement
Surul Lengu
Surul Lengu memperkuat Timnas Indonesia pada sejumlah ajang, seperti Piala Raja di Thailand dan Merdeka Games Malaysia. Surul masuk dalam pantauan manajemen Timnas Indonesia setelah tampil trengginas bersama PSM di Divisi Utama Perserikatan 1983.
Penampilan terbaik Surul bersama Timnas Indonesia ketika mencetak gol ke gawang tuan rumah Malaysia di ajang Merdeka Games 1984.
Namun, kiprah Surul tak lama di Timnas Indonesia karena cedera lutut. Ia pun memutuskan meninggalkan sepak bola dan fokus menjadi karyawan PLN Makassar sampai pensiun.