Bola.com, Sleman - PSS Sleman memiliki striker baru yang siap bersaing di barisan depan pada Liga 1 2021. Sosok yang dimaksud adalah pemain asal Medan, Dwi Rafi Angga, yang sebelumnya bermain untuk tim Liga 2, PSIM Yogyakarta.
Pemain berusia 25 tahun tersebut sudah dijajal kemampuannya oleh PSS Sleman, dalam turnamen pramusim Piala Menpora 2021. Ia mengisi slot striker lokal di PSS, bersaing dengan Saddam Emiruddin Gaffar dan Arsyad Yusgiantoro.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Dwi Rafi melakoni debutnya di PSS pada laga pertama fase grup, melawan Madura United. Ia tampil sejak menit pertama. Sayangnya, PSS menelan kekalahan di laga tersebut. Meski demikian, ia ikut menimba banyak pengalaman dalam perjalanan PSS menyegel peringkat ketiga Piala Menpora.
Banyak pihak terutama kalangan pendukung setia PSS yang ingin mengetahui seluk-beluk sosok Dwi Rafi Angga. Belum lama ini dirinya menjadi narasumber podcast PSS dalam kanal YouTube PSS TV, untuk menjawab pertanyaan dari para fans PSS.
Dalam acara yang dipandu oleh Panjirangi itu, Dwi Rafi menjawab beberapa pertanyaan suporter. Diawali dari ambisinya di PSS yang merupakan timnya sekarang, hingga berbagai pengalamannya bersama dunia lapangan hijau.
"Ambisi terbesar gabung PSS nomor satu adalah prestasi, karena sebelumnya saya main di Liga 3 dan 2, ini saatnya saya harus meningkatkan prestasi," katanya menjawab pertanyaan pertama.
"Klub favorit, saya mengidolakan Chelsea, dan striker Didier Drogba," lanjut pemain PSS Sleman itu.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Awalnya Tak Didukung Ibu
Dwi Rafi juga menjawab pertanyaan seputar kisah awalnya berkecimpung di sepak bola. Ia mengaku sempat mendapat penolakan dari ibunya untuk berkarier di sepak bola. Namun ia berhasil membuktikan diri, sepak bola dapat menghidupi keluarganya.
"Ibu saya yang sempat tidak mendukung saya di sepak bola, ayah yang mendukung. Ibu saya mengarahkan kalau fokus olahraga di perorangan, bukan tim," tuturnya.
"Saya pun nekat beli sepatu di pasar barang bekas pinggir jalan. Pelan-pelan bisa tembus ke level nasional, bisa membantu beban orang tua, dan terbukti untuk dapat dukungan orang tua."
"Awalnya saya berposisi kiper di SSB, setelah itu tulang pada sakit karena harus terbang-terbang. Saya pun pindah di posisi lain dalam seleksi dan akhirnya jadi striker sampai sekarang," ungkap Dwi Rafi.
Â
Advertisement
Kehidupan di Yogyakarta
Wilayah DIY bukan tempat yang asing baginya, meski lahir dan besar di Medan. Dwi Rafi mengaku cukup familier dan nyaman tinggal di Kota Gudeg.
Termasuk saat dirinya menjadi tumpuan PSIM Yogyakarta sebelum hijrah ke PSS. Ia sering menjelajah tempat hits di wilayah DIY yang memang menjadi tujuan wisata, hingga sering asyik nongkrong di angkringan.
Satu di antara momen istimewa berada di Yogyakarta adalah saat dibuat terharu oleh Cristian Gonzales ketika satu tim di PSIM pada musim 2019. Hari ulang tahunnya secara khusus dirayakan oleh EL Loco dengan memberinya kejutan.
"Pengalaman main dengan El Loco di PSIM, saya diajak nongkrong di hari ultah saya. Lagi ngopi bareng, istri dan anaknya datang bawa kue, terharu buat saya yang bukan siapa-siapa," jelasnya.
Dwi Rafi masih memiliki beberapa impian dalam kariernya di lapangan hijau, termasuk ingin membela Timnas Indonesia dan berkiprah di luar negeri suatu saat nanti.
"Melihat Indonesia seperti kesulitan mencari striker lokal, banyak klub pakai striker asing. Sebelum ke PSS ada tawaran dari negara ASEAN, tp hanya sebatas omongan di awal, selanjutnya tidak jelas. Kalau ditanya ingin main di Eropa saya suka Inggris atau Belanda. Sudah terbiasa merantau sejak remaja, seperti tarkam hingga ke Aceh saat SMA," tegasnya menutup obrolan.Â