Bola.com, Makassar - Aksi Yongki Kastanya sebagai gelandang bertahan kental mewarnai penampilan Persebaya Surabaya pada era 1980-an. Bersama Budi Johanis dan Maura Hally, Yongki menjadi dinamo lini tengah Bajul Ijo. Pencapaian terbaik pria kelahiran Ambon, 7 Februari 1961, ini bersama tim kebanggaan Bonek adalah meraih trofi juara Perserikatan musim 1987/1988.
Melalui channel youtube Pinggir Lapangan, Yongky Kastanya mengungkap kisah perjalanan panjangnya sebagai pemain perantau asal Ambon yang dimulai pada 1978. Ketika itu, Yongky yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP memperkuat PSA Ambon menjamu klub asal Surabaya, Assyabaab pada satu laga ujioba.
Baca Juga
Kekasih Kabarkan Hokky Caraka Dilarikan ke IGD Setelah Bela Timnas Indonesia Vs Filipina: Pipi Luka Dalam, Dijahit, Demam, Menggigil
Efek Nataru, Timnas Vietnam Harus Dibagi Dua Kloter setelah Menjalani Leg Pertama Semifinal Piala AFF 2024
10 Wonderkid Pilihan Lionel Messi dan Nasibnya Sekarang: Ada Timo Werner dan Pinjaman Abadi
Advertisement
Penampilan remaja Ambon menarik perhatian Abdul Kadir dan Waskito, dua legenda Persebaya Surabaya dan tim nasional Indonesia yang juga turut bermain bersama Assyabaab. Keduanya pun kompak mengajak Yongky untuk merantau ke Surabaya untuk mengembangkan talentanya sebagai pesepak bola sekaligus menempuh pendidikan formal.
Yongki dijanjikan bergabung dengan Assyabaab yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya. Setelah berdiskusi dengan keluarga, Yongki pun berangkat ke Kota Pahlawan diantar sang ibu.
"Kebetulan ada keluarga di Surabaya. Setelah tinggal di Mes Ampel, ibu saya pulang ke Ambon," kenang Yongky.
Bakat dan talenta besar yang dimilikinya membuat Yongky tidak butuh waktu lama untuk menjadi bagian dari Persebaya. Kebetulan pada saat itu persepakbolaan Tanah Air banyak diramaikan turnamen bergengsi di sejumlah kota besar, di antaranya Piala Jusuf (Makassar), Piala Siliwangi (Bandung), Piala Tugu Muda (Semarang) dan Piala Fatahillah (Jakarta).
"Persebaya kerap mengirim materi pemain yang berbeda dalam setiap turnamen. Jadi, pemain mendapat kesempatan berkostum Persebaya," kata Yongky.
Meski peluang terbuka, Yongky menegaskan tidak mudah buat seorang pemain untuk menjadi bagian Persebaya. Setiap pemain harus melewati seleksi ketat dan berjenjang.
"Proses seleksi itu diawali dengan pemantauan pemain dari kompetisi internal. Dari situ, terpilih minimal 200 orang untuk mengikuti tahapan seleksi sekaligus menentukan 20-an pemain yang akan mengikuti turnamen," ujar Yongki
Yongky pertama kali menjadi bagian Persebaya Surabaya pada Divisi Utama Perserikatan pada musim 1979/1980. Pada musim itu, Persebaya Surabaya melangkah sampai babak enam besar. Sedang peraih trofi juara adalah Persiraja Banda Aceh yang mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 3-1 pada grand final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 31 Agustus 1980.
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Momen Pahit dan Manis Bersama Persebaya
Setelah musim itu, Yongky secara reguler menjadi bagian Persebaya Surabaya sampai 1988. Layaknya seorang pemain pada umumnya, Yongky menyimpan momen pahit dan manis bersama tim Bajul Ijo.
Momen pertama ketika Yongky jadi bagian penting sukses Persebaya melangkah ke babak enam besar pada musim 1986/1987. Ketika itu, Yongky yang sedang mengalami demam tinggi tampil saat Persebaya bersua dengan PSM Makassar.
"Sebenarnya dokter tim tidak merekomendasi saya untuk tampil. Tapi Pak Barmen (Pemilik Assayabaab dan Pengurus Persebaya) memaksa saya bermain," ungkap Yongky.
Saat tampil di lapangan, Yongky sejenak 'melupakan' rasa sakitnya dengan bermain trengginas sebagai gelandang bertahan. Persebaya akhirnya bisa meraih tiket enam besar setelah bermain imbang 1-1 dengan PSM.
Tapi, setelah pulang ke mes usai pertandingan, demam yang saya alami kian parah. Saya pun dilarikan ke rumah sakit. Yongky pun akhirnya tidak bisa mendampingi tim berjuang di Jakarta. Seperti diketahui, Persebaya gagal meraih trofi juara setelah ditekuk PSIS Semarang pada final di Stadion Gelora Bung Karno, 11 Maret 1987.
Musim berikutnya jadi momen paling spesial buat Yongky. Sepanjang musim, Yongky hanya satu kali absen membela Persebaya yang akhirnya meraih trofi juara setelah mengalahkan Persija 3-2 pada grandfinal di Stadion Gelora Bung Karno, 27 Maret 1988.
"Saya hanya absen ketika Persebaya sengaja kalah 0-12 dari Persipura. Sebenarnya, sebagai pemain saya kurang setuju. Tapi, saya harus ikut keputusan tim," pungkas Yongky yang musim lalu menjadi pelatih Persebaya U-16 ini.
Sumber: Youtube Pinggir Lapangan
Advertisement