Bola.com, Makassar - Persebaya Surabaya pernah memiliki seorang gelandang bertahan bertipe petarung pada dekade 1980-an. Ia adalah Yongki Kastanya, pria berdarah Ambon yang merantau ke Surabaya pada akhir 1978. Yongki bergabung bersama skuad Bajul Ijo pada 1980 setelah tampil apik bersama Assyabaab, klub amatir yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya.
Bersama klub yang didirikan oleh komunitas warga keturunan Arab di Surabaya itu, Yongky mengaku banyak mendapatkan pengalaman berharga. Bukan hanya di sepak bola, tapi juga dalam aktivitas kesehariannya, terutama dalam hal toleransi beragama.
Baca Juga
Kekasih Kabarkan Hokky Caraka Dilarikan ke IGD Setelah Bela Timnas Indonesia Vs Filipina: Pipi Luka Dalam, Dijahit, Demam, Menggigil
Efek Nataru, Timnas Vietnam Harus Dibagi Dua Kloter setelah Menjalani Leg Pertama Semifinal Piala AFF 2024
10 Wonderkid Pilihan Lionel Messi dan Nasibnya Sekarang: Ada Timo Werner dan Pinjaman Abadi
Advertisement
"Meski beragama Nasrani, saya merasa nyaman berbaur dengan rekan-rekan sesama pemain dan masyarakat setempat yang mayoritas muslim," kenang Yongky yang ketika tinggal di mes pemain Assyabaab masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
Karakter Yongky yang pandai bergaul membuatnya cepat beradaptasi. Apalagi di sekitar mes pemain yang berada di kawasan Ampel Surabaya, juga menetap komunitas Arab yang berasal dari Ambon. "Kalau bertemu dengan mereka, kami bertegur sapa dengan logat Ambon. Jadi, saya merasa seperti di kampung sendiri," ungkap Yongki dalam channel YouTube Omah Balbalan
Yongky mengungkap pengalaman yang dialaminya saat Ramadan, di mana pada pagi sampai sore semua warung makanan tutup. Pihak katering langganan tim juga hanya menyiapkan makanan pada saat sahur dan buka puasa. Alhasil, ia juga ikut tidak makan dan minum seperti pemain lainnya.
"Kalau sudah tidak tahan, saya menyiasatinya dengan tidur," ujarnya.
Toleransi dan kebersamaan kuat juga ditunjukkan oleh manajemen dan pelatih Assyabaab. Pada sejumlah laga dalam satu musim di kompetisi Persebaya, Yongky dipercaya sebagai kapten tim dengan raihan trofi juara.
Berkat aksinya bersama Assyabab, Yongki terpilih memperkuat Persebaya Surabaya pada Divisi Utama Perserikatan. Pencapaian terbaiknya adalah meraih trofi juara pada musim 1987/1988.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kejutan Persebaya di Makassar
Yongky mengakhiri kiprahnya bersama Persebaya Surabaya pada musim 1993/1994. Pada musim itu, Yongky berhasil membawa Persebaya menembus semifinal sebelum takluk di tangan PSM Makassar dengan skor 0-1 di Stadion Gelora Bung Karno, 15 April 1994.
Seperti diketahui, gelar juara diraih Persib Bandung yang mengalahkan PSM dua gol tanpa balas dalam laga final, 17 April 1994.
Meski gagal membawa Persebaya juara untuk kedua kalinya, Yongky mengaku menyimpan kenangan spesial bersama tim kebanggaan Bonek pada musim itu. Tepatnya pada laga perdana musim itu, di mana Persebaya langsung melakoni laga tandang ke Stadion Mattoanging Makassar.
Sebagai tuan rumah dan juara bertahan Perserikatan, PSM lebih dijagokan memenangkan laga. Apalagi, Persebaya memang tidak pernah menang di Makassar.
Tapi, Persebaya mampu membuat kejutan dengan mempermalukan PSM dengan kemenangan telak 2-0. Selain faktor teknis, Yongky merujuk 'langkah tak biasa' yang dilakukan manajer Persebaya, Agil Haji Ali, jelang pertandingan.
Pada pagi hari, tim Persebaya mengunjungi satu panti asuhan di Makassar untuk memberikan sumbangan sekaligus meminta bantuan doa dari anak-anak yatim.
Selain itu, Persebaya tak menggunakan jersey warna hijau-hijau atau putih-hijau yang selama ini lekat dengan mereka. Saat dijamu PSM, Yongky Kastanya dan kawan-kawan mengenakan seragam berwarna kuning-biru.
Saat tiba di Stadion Mattoangin, rombongan Persebaya tidak melewati pintu utama seperti layaknya tim tamu. Mereka masuk ke lapangan lewat pintu maraton yang melewati sentel ban yang dipenuhi suporter PSM. Saat bus berhenti dekat bench pemain, skuad Bajul Ijo tidak pergi ke ruang ganti pemain.
"Setelah mengalahkan PSM, kami dituding menggunakan jasa paranormal. Padahal, kami memang tampil luar biasa dengan dukungan doa anak-anak Panti Asuhan," pungkas Yongky.
Advertisement