Bola.com, Sleman - PSS Sleman pernah memiliki bek tengah tangguh di pentas Liga Indonesia awal 2000-an. Ia adalah Kahudi Wahyu Widodo, pria kelahiran Madiun, 22 Juli 1978.
Meski tak pernah membawa PSS meraih trofi juara, Kahudi terbilang pemain istimewa. Pasalnya, Kahudi mendapat gelar sarjana Strata 2 ketika masih berstatus pemain aktif. Kahudi memang awalnya tak pernah berpikir menjadi pesepak bola profesional.
Baca Juga
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Rapor Pemain Lokal pada Dua Laga Home Timnas Indonesia di Kualifiaksi Piala Dunia 2026: Ridho Tak Tergantikan, Marselino Jadi Pahlawan
Advertisement
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya di UPN Yogyakarta mengambil jurusan teknik geologi. Di sela-sela waktu luangnya sebagai mahasiswa, ia berbaur dengan rekan sejurusannya bermain sepak bola di lapangan kampus. Dalam periode tertentu, Kahudi bersama tim fakulutasnya bertanding dengan fakultas lain.
Pada satu momen pertandingan, aksi Kahudi menarik minat seorang pengurus Angkasa Pura, klub amatir yang berkiprah di kompetisi internal PSIM Yogyakarta. Ia pun ikut berlatih di klub itu tapi tetap fokus dengan pendidikannya. Tak lama berselang, Kahudi dipanggil memperkuat tim Bapomi Yogyakarta pada 1998.
"Tapi, saya tidak pernah dimainkan meski kerap masuk line-up," kenang Kahudi dalam channel youtube PSS TV.
Beruntung, Kahudi tak patah arang. Ia justru kian tertantang untuk membuktikan kemampuannya dengan berlatih keras. Prinsipnya, kalau ingin mendapat hasil lebih maka usaha yang dilakukan harus keras.
Sejalan dengan kapasitasnya yang kian berkembang, ada tawaran buat Kahudi mengikuti seleksi di PSS Sleman dan resmi masuk tim pada 1999.Musim pertamanya di PSS, Kahudi memang lebih banyak duduk di bangku cadangan.
Baru pada musim 2000/2001, Kahudi menjalani debutnya sebagai pemain starter ketika PSS menjamu PSM Makassar. Tak tanggung-tanggung, pelatih PSS kala itu, Suharno mengintruksikan Kahudi agar mematikan pergerakan Kurniawan Dwi Yulianto, striker PSM.
"Ketika diberitahu pelatih, saya sampai sulit tidur karena stress. Nama Kurniawan saat itu kan sangat terkenal dan berstatus pemain timnas," ungkap Kahudi.
Kahudi memang berhasil menjalankan tugasnya dan membuat Kurniawan tak bisa mencetak gol. Tapi, pada laga itu, PSS Sleman kalah 0-1 setelah striker PSM lainnya, Rahman Usman menjebol gawang tuan rumah pada menit ke-89.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Meraih Gelar S2
Meski namanya sudah terkenal sebagai pesepak bola, Kahudi tetap tak melupakan pendidikannya.
"Saya tetap berusaha mengikuti perkuliahan. Malah saat mengikuti KKN, saya tetap aktif meski harus bolak-bolak dari latihan ke Kulon Progo untuk bergabung dengan rekan-rekan mahasiswa," ungkap Kahudi.
Menariknya, meski akhirnya menyelesaikan gelar Strara satunya, Kahudi tetap melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Terkait hal ini, Kahudi punya alasan tersendiri. Ia mengaku memutuskan mengikuti program S2 untuk meluluhkan hati calon mertuanya.
"Meski sudah berstatus pemain PSS Sleman, saya tetap dipandang sebelah mata. Makanya, saya ngotot ingin meraih gelar S2 dan akhirnya mendapat restu untuk menikah."
Belakangan, gelar S2 itu tak pernah digunakan untuk bekerja di jalur formal karena Kahudi kadung jatuh cinta di sepak bola.
"Saya pernah mendapat tawaran kerja pada sebuah perusahaan pertambangan. Tapi, saya tolak karena ingin fokus sebagai pesepak bola," terang Kahudi yang pernah berkostum Persiba Bantul, PSIS Semarang, Persih Tembilahan, Persikabo Bogor dan Persires Kuningan.
Di klub terakhir inilah, Kahudi memutuskan pensiun sebagai pemain pada 2014 saat usianya sudah 36 tahun.
Advertisement
Bisnis Jual Beli Tanah
Kahudi mengaku sempat kebingungan dan panik karena tanpa penghasilan tetap saat pensiun.
Untuk menghidupinya keluarganya, ia bekerja serabutan termasuk menjadi agen properti. Ia juga sampai menjual satu-satunya rumah dari penghasilannya sebagai pemain untuk memutar bisnis.
"Ternyata ada hikmahnya juga, dari hasil penjualan rumah, saya beli rumah dan tanah kemudian dijual lagi. Akhirnya saya sekarang berbisnis jual beli tanah," kata Kahudi.
Meski sibuk berbisnis, Kahudi tak bisa melupakan sepak bola. Ia juga menggeluti profesi pelatih. Terakhir pada 2019, ia masuk dalam staf pelatih di Persis Solo.
"Saya menyimpan keinginan suatu saat bisa kembali jadi bagian dari PSS. Itulah mengapa saya terus meningkatkan ilmu kepelatihan," pungkas Kahudi.