Bola.com, Jakarta - Nus Yadera pernah mewarnai kompetisi sepak bola tanah air dari era Galatama sampai Liga Indonesia. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Gelora Dewata juara Piala Liga dan runner-up Galatama musim 1993/1994.
Sukses yang membuat Nus Yadera mengecap pengalaman bermain di Piala Winners Asia 1994/1995. Nus Yadera termasuk pemain yang sangat lekat dengan Gelora Dewata. Ia bergabung di klub asal Bali itu sejak 1990 sampai 2000.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Ketika Gelora Dewata berganti nama menjadi Gelora Putera Delta (GPD) pada 2001, ia tetap menjadi bagian dari tim yang kemudian bermarkas di Sidoarjo itu. Nus Yadera baru meninggalkan tim setelah kontraknya tak diperpanjang.
Setelah itu, ia pun mengakhiri kariernya bersama Persegi Gianyar. Meski menyimpan banyak kenangan bersama Gelora Dewata, Nus Yadera tetap tak bisa melupakan pengalamannya ketika berkostum Perkesa Mataram, klub pertamanya di level kompetisi Galatama.
Nus Yadera menunjuk satu nama yang berperan besar pada awal perjalanan kariernya itu yakni mendiang Iswadi Idris, legenda tim nasional Indonesia yang saat itu berstatus pelatih Perkesa Mataram.
"Almarhum Iswadi yang mengajak saya ke Perkesa. Sebelumnya, saya lebih banyak bermain bersama sejumlah klub yang berkiprah di kompetisi internal Persija Jakarta, Persitara Jakarta Utara dan Persikasi Bekasi setelah meninggalkan Ambon pada 1985," kenang Nus Yadera dalam Channel YouTube Omah Balbalan.
Menurut Nus Yadera, proses dirinya bergabung di Perkesa pada 1989 terbilang cepat. Ia diminta oleh pelatihnya di BPD Bekasi, Umar Alatas untuk menemui Iswadi di Hotel Indonesia.
Saat berbincang singkat, Iswadi menyuruh Nus Yadera berangkat ke Yogyakarta keesokan harinya. Saat itu, kompetisi Galatama musim 1989/1990 tinggal sepekan lagi.
Setiba di Yogyakarta, Nus Yadera langsung ditampung di mes pemain. Padahal, layaknya pemain yang baru bergabung, seharusnya Nus Yadera terlebih dulu tinggal diluar mes karena kemampuannya diuji dulu lewat seleksi.
Talenta dan karakter militan yang dimiliki Nus Yadera langsung memikat Iswadi. Sehari jelang Perkesa menjamu PKT Bontang yang merupakan laga perdana musim itu, Iswadi memanggil Nus Yadera dan memintanya agar menjaga kondisi karena akan dimainkan sejak awal.
"Bukannya menjaga kondisi, saya malah sulit tidur karena stress memikirkan laga itu," tuturnya.
Beruntung, penampilan Nus Yadera tetap terjaga meski kurag tidur dan tak bermain sebagai gelandang. Ia bermain sebagai bek kanan pada laga yang akhirnya dimenangkan Perkesa dengan skor 1-0. Baru pada laga selanjutnya di kandang Medan Jaya dan Semen Padang, Nus Yadera kembali tampil sebagai gelandang.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kenangan Pahit di Piala Winners Asia
Nus Yadera meninggalkan Perkesa Mataram saat kompetisi Galatama sempat vakum. Pada momen itu, Nus Yadera berpikir untuk kembali ke Ambon.
Namun, pada waktu sama, rekannya di Perkesa, Eko Prayogo mengajaknya ke Sidoarjo seraya menunggu jadwal kapal laut ke Ambon. Di Sidoarjo pula jadi momen penting perjalanan karier sepak bola Nus Yadera setelah bertemu dengan mendiang Suharno, pelatih Gelora Dewata yang kemudian mengajaknya ke Bali.
"Saya beruntung karena Perkesa juga langsung memberi surat keluar," ungkap Nus Yadera.
Bersama Gelora Dewata, Nus Yadera merasakan pahit manis sebagai pesepak bola. Termasuk ketika membawa klub Bali itu meraih juara Piala Liga dan runner-up Galatama 1993/1994.
Sukses ini membuat Nus Yadera untuk kali pertama mengecap laga internasional yakni di Piala Winners Asia 1994/1995. Pada babak kedua, Gelora Dewata bertemu dengan Kuala Lumpur FA (Malaysia) memakai sistem tandang kandang. Di markas lawan, Gelora Dewata kalah 1-2. Saat mendapat giliran menjamu lawan sama, Gelora Dewata menang 2-0.
Kemenangan ini mengantar mereka menghadapi Telephone Org (Thailand) di babak 8 Besar. Namun, jelang keberangkatan, Gelora Dewata mendapat kabar pahit. Mereka mendapat sanksi diskualifikasi karena memainkan Vata Matanu Garcia yang belum mengantongi ITC dari klub lamanya.
"Kami tentu kecewa berat karena gagal melanjutkan kiprah di level Asia," pungkas Nus Yadera.
Advertisement