Bola.com, Makassar - Pentas Liga Sepak Bola Utama (Galatama) pada akhir 1980-an pernah diwarnai aksi Wawan Darmawan, bek kanan Niac Mitra. Bersama klub elite asal Surabaya itu, pemain asal Jombang tersebut meraih trofi juara pada musim 1987/1988, tampil di Piala Champions Asia pada 1988/1989, dan menjadi bagian dari skuad Timnas Indonesia dalam sejumlah laga internasional.
Pencapaian terbilang lumayan bagi pemain yang menghabiskan masa juniornya di Jombang. Dalam channel youtube Omah Balbalan, Darmawan mengungkap perjalanan kariernya di level kompetisi semiprofesional yang diawali menerima ajakan mendiang Mudayat, legenda sepak bola Jawa Timur. Mudayat mendapat tugas dari A. Wenas, pemilik Niac Mitra, mencari pemain berbakat di Jawa Timur.
Advertisement
Tanpa berpikir panjang, Darmawan yang saat itu tergabung di PSID Jombang menerima ajakan. Padahal pada waktu yang bersamaan, Darmawan tinggal selangkah lagi berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang.
"Yang ada dalam benak saya saat itu adalah kapan lagi bisa bergabung dengan klub sebesar Niac Mitra," ujar Darmawan dalam channel youtube Omah Balbalan.
Darmawan pun berangkat ke Surabaya dengan tekad yang besar untuk mengubah peruntungannya di dunia sepak bola. Sesampainya di Surabaya, kemampuannya langsung diuji oleh Wenas di Piala Walikota Surabaya, turnamen antarkecamatan. Wenas menjadi manajer Kecamatan Wonokromo. Dalam ajang itu, Darmawan yang berposisi sebagai striker menjadi top scorer. Ia pun direkrut oleh Niac Mitra.
Pada awalnya, Darmawan lebih banyak berstatus pemain pelapis di lini depan. Pasalnya, saat itu di Niac Mitra bercokol dua pemain Timnas Indonesia, Hanafing dan M. Zein Alhadad. Tak ingin terus menjadi pemain cadangan, Darmawan pun berusaha mencari peluang mendapat menit bermain. Kebetulan posisi bek kanan lowong karena rekannya, Prasetyo mengalami cedera lutut.
"Saya pun berinisiatif menemui Om Wenas untuk meminta berganti posisi menjadi bek kanan," ungkap Darmawan.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Membawa Niac Mitra Juara Galatama
Meski berstatus pemilik klub, Wenas juga memahami soal taktik dan jeli melihat potensi pemain. Itulah mengapa bos Niac Mitra ini kerap memberikan masukan kepada M. Basri, sang pelatih kepala.
Kepada Darmawan, Wenas memerintahkan pemainnya itu untuk mengasah kemampuannya dalam mengirim umpan terukur kepada striker.
"Setiap hari selama sepekan, sekitar dua jam saya hanya berlatih menggiring bola ke depan sekaligus melepaskan umpan. Akhirnya saya berhasil mendapatkan tempat di tim inti sebagai bek kanan," terang Darmawan.
Pergerakan eksplosif Darmawan dari sisi kanan dan Jaya hartono di sisi kiri kemudian menjadi senjata utama Niac Mitra di kompetisi Galatama 1987/1988. Umpan terukur keduanya menjadi makanan empuk duet tombak Niac Mitra, Hanafing dan Alhadad.
"Sebagai bek, saya sangat paham umpan yang diinginkan keduanya," terang Darmawan.
Niac Mitra akhirnya meraih trofi juara Galatama 1987/1988. Sukses yang mengantar Darmawan merasakan atmosfer Piala Champions Asia dan menjadi bagian dari skuad Timnas Indonesia.
"Terus terang, sebagai anak desa, saya tidak pernah bermimpi bisa bermain di Niac Mitra dan Timnas Indonesia," tutur Darmawan yang kini menjadi pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Jombang itu.
Advertisement