Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya pernah memiliki gelandang cepat, bertenaga serta skill tinggi bernama Aries Sainyakit.
Meski hanya dua musim berkostum tim kebanggaan warga Surabaya itu, pria berdarah Ambon ini sukses membawa Persebaya menjadi runner-up Perserikatan 1986/1987 dan meraih trofi juara musim 1987/1988.
Baca Juga
Hasil Liga Inggris: Dipaksa Imbang Everton, Chelsea Gagal Kudeta Liverpool dari Puncak
Hasil Liga Italia: Bang Jay Gacor 90 Menit, Venezia Sikat Cagliari dan Keluar dari Posisi Juru Kunci
Aneh tapi Nyata! PSM Main dengan 12 Pemain saat Menang atas Barito Putera di BRI Liga 1: Wasit Pipin Indra Pratama Jadi Bulan-bulanan
Advertisement
Juara bersama Persebaya mengantar Aries masuk dalam skuad Timnas Indonesia U-23. Pencapaian yang merupakan buah dari tekad dan pilihannya untuk serius menggeluti sepak bola setelah menamatkan pendidikan Sekolah Guru Olahraga (SGO) di Ambon.
Padahal, saat itu, Aries juga sudah berstatus pemain PSA Ambon, tim Divisi Satu.
"Bagi saya saat itu, kalau mau berkembang harus main di Jawa. Saya pun memilih Surabaya, kebetulan ayah berdinas disitu sebagai anggota TNI AU," kenang Aries dalam channel youtube Omah Balbalan.
Di Surabaya, Aries memanfaatkan lapangan yang tak dari rumahnya di kawasan Sukolilo untuk berlatih. Tak lama kemudian, Sarmono, teman mainnya, menyarankan Aries bergabung di Assyabaab, tim amatir yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya. Sang teman pun mengantarnya ke mes Assyabaab di kawasan Ampel.
"Kami berdua sempat mutar-mutar Surabaya dari pagi sampai sore karena Sarmono juga tak tahu alamat pasti mes Assayaab. Setelah bertanya sana-sini kami akhirnya bisa sampai ke mes Assyabaab."
Di mes itu, Aries bertemu dengan seniornya di PSA Ambon, Yongki Kastanya yang juga kapten Assyabaab. Oleh Yongky, Aries disuruh menunggu M. Barmen, pemilik Assyabaab yang biasanya mengunjungi mes selepas Magrib. Singkat cerita, berkat rekomendasi Yongky, Barmen menerima Aries sebagai pemain. Namun, Aries tidak langsung berkostum Assyabaab.
"Ternyata surat keluar saya dari PSA harus dilegalisir oleh KONI Ambon. Om Barmen pun menugaskan mas Yongky ke Ambon. Setelah itu, saya hanya berlatih tanpa bisa bertanding karena aturan saat itu pemain pindahan dari daerah lain harus menunggu enam bulan," terang Aries.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Debut di Persebaya musim 1986/1987
Setelah enam bulan berlalu, Aries kemudian menjalani debutnya bersama Assyabaab di kompetisi internal Persebaya Surabaya menghadapi tim kuat, PS Angkatan Darat.
"Laga itu berlangsung ketat dan keras. Muka saya sampai berdarah karena kena sepatu pemain lawan. Beruntung, saya tetap bisa main sampai akhir pertandingan," ungkap Aries yang kemudian mendapat kesempatan ikut seleksi di Persebaya yang tengah bersiap menghadapi musim 1986/1987.
Setelah menjalani seleksi, Aries terpilih masuk dalam skuad 30 pemain yang didaftarkan ke PSSI. Namun, status Aries hanya pemain lapis terakhir. Di Persebaya saat itu berlaku sistem strata mulai dari kelompok 11 yang merupakan pemain inti, lalu 16, 19 dan 24 keatas.
"Saya masuk masuk pemain kelompok 24. Alhasil, lebih banyak menghabiskan waktu di tribune penonton saat Persebaya bertanding. Padahal saat itu, manajernya adalah Om Barmen dan pelatihnya adalah mas Rusdi Bahalwan dan Soebodro yang juga dari Assyabaab."
Kondisi itu dialami Aries sepanjang penyisihan wilayah timur sampai Persebaya memastikan tiket lolos Babak 6 Besar di Stadion Gelora Bung Karno. Itulah mengapa Aries sempat berniat tak ikut ke Jakarta. Kebetulan, ada tawaran untuk memperkuat tim kampus, UPB Surabaya bermain di Piala Gubernur. Aries pun menemui Barmen untuk meminta izin.
"Bukannya diberi izin, Om Barmen malah marah besar. Beliau bilang jangan mempermalukan saya sebagai manajer yang juga pemilik Assyabaab," tutur Aries.
Di Jakarta, karena merasa tak bakal dimainkan, Aries bersama teman sekamarnya, Hasan Magrobi yang juga berstatus sama tidak menjaga kondisi dengan tidur saat dinihari.
"Fisik saya drop. Tapi, saya tidak pusing karena dalam pikiran saya, datang ke Jakarta hanya sebagai penggembira. Saya juga hanya membawa satu sepatu yang tujuannya dipakai untuk latihan saja."
Advertisement
Gol Istimewa
Tanpa disangka, pada pertemuan tim jelang laga ketiga Persebaya melawan Persija, nama Aries diumumkan masuk daftar pemain inti. Seluruh pemain temasuk Aries sendiri kontan kaget. Meski pada sehari sebelumnya, Rusdi sudah memberi sinyal kepada Aries.
"Waktu diberitahu, saya pikir mas Rusdi hanya bercanda makanya dengan sedikit dongkol saya juga menanggapi dengan seadanya. Yang ada dalam benak saya saat itu, tidak mungkin pemain lapis terakhir bisa main. Apalagi sudah 12 besar," papar Aries.
Aries pun akhirnya melakoni debutnya bersama Persebaya. Bukan hanya itu, ia juga mencetak gol penentu kemenangan sekaligus membuka peluang timnya ke final setelah pada dua laga sebelumnya Persebaya hanya bermain imbang tanpa gol dengan Persib Bandung dan Persipura Jayapura.
Gol Aries itu terbilang istimewa karena ia mampu memanfaatkan umpan terukur seniornya, Budi Juhanis sekaligus memenangkan duel dengan kiper Persija, Endang Tirtana yang coba mengadang. Persebaya pun menang dengan skor 2-1.
"Pada laga itu, saya sempat muntah di lapangan dan mendapat bantuan oksigen saat jeda turun minum karena fisik drop."
Berkat aksinya itu, Aries kemudian menjadi pemain inti pada laga berikutnya. Termasuk pada final yang mempertemukan Persebaya kontra PSIS Semarang. Sayangnya pada laga itu, Persebaya takluk dengan skor 0-1 dari PSIS yang kemudian meraih trofi juara.