Bola.com, Jakarta - Aries Sainyakit termasuk pemain penting Persebaya Surabaya saat meraih trofi juara Perserikatan 1987/1988.
Pada laga puncak di Stadion Gelora Bung Karno, 27 Maret 1988, tim kebanggaan warga Surabaya itu mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2 via babak perpanjangan waktu.
Baca Juga
Sembuh dari Cedera di Timnas Indonesia, Kevin Diks Main 90 Menit dan Cetak 1 Assist dalam Kemenangan FC Copenhagen di Liga Denmark
2 Pemain ke Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2024, Arema FC antara Bangga dan Kehilangan
Shin Tae-yong Hanya Pertahankan 8 Pemain Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 ke Piala AFF 2024, Sisanya U-22 dan U-20
Advertisement
Gelar yang sekaligus menjadi bukti keperkasaan Persebaya yang sempat ternoda musim itu karena sengaja mengalah 0-12 dari Persipura Jayapura di penyisihan wilayah untuk menyingkirkan PSIS Semarang, juara bertahan sekaligus musuh bebuyutan mereka.
Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Aries mengungkapkan perasaan bangganya menjadi bagian dari sukses Persebaya. Selain sudah mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan PDAM Surabaya, nama pria asal Ambon ini menghiasi halaman berita media cetak lokal dan nasional. Alhasil, ia pun menjadi terkenal.
"Atmosfer sepak bola Surabaya berbeda dengan kota lainnnya di Indonesia. Sukses bersama Persebaya membuat saya dan pemain lainnya kerap mendapat perlakuan istimewa dari warga Surabaya yang juga pendukung Persebaya," kenang Aries.
Namun, Aries tak lama merasakan euforia sukses Persebaya meraih trofi juara. Tak lama setelah itu, manajer Persebaya Agil H Ali datang menemuinya di mes pemain Assyabaab.
Manajer flamboyan itu menyampaikan keinginan manajemen BPD Jateng, klub anggota Liga Sepak Bola Utama (Galatama) yang ingin memakai jasa Aries dan Yongki Kastanya. Keduanya pun diajak untuk menemui perwakilan BPD Jateng pada sebuah hotel di Surabaya.
Proses negosiasinya terbilang cepat. BPD Jateng menawarkan gaji lumayan, fasilitas sekaligus status sebagai pegawai bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu.
"Saya kaget juga dan menyerahkan sepenuhnya kepada om Barmen (M. Barmen, pemilik Assyabaab). Terus terang, saya berat meninggalkan Persebaya saat itu," ungkap Aries.
Aries dan Yongki pun akhirnya menjadi bagian BPD Jateng setelah mendapat restu dari Barmen. Keduanya mengemban misi perdamaian untuk menyatukan suporter Persebaya dengan warga Semarang yang sakit hati akibat insiden sepak bola gajah musim 1987/1988. Persebaya Surabaya sengaja mengalah dengan skor 0-12 pada penyisihan wilayah timur untuk menyingkirkan PSIS Semarang.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Jadi Pelatih Setelah Pensiun Dini Sebagai Karyawan BPD Jateng
Aries pun lekat dengan BPD Jateng di era Galatama sampai tim asal Semarang itu bubar pada 1994. Meski tak lagi berstatus pemain, Aries tetap menjadi pegawai bank milik Pemprov Jateng sampai 2010. Aries memutuskan pensiun dini sebagai karyawan ingin meneruskan kariernya di sepak bola sebagai pelatih.
"Kalau pensiun dengan durasi normal, saya pikir akan terlambat berkarier sebagai pelatih," ungkap Aries yang terakhir tercatat sebagai karyawan BPD Jateng cabang Purwodadi, kota yang kemudian menjadi tempat Aries bersama keluarganya menetap sampai sekarang.
Sebagai pelatih, Aries pernah membawa Persipur Purwodadi dari Divisi Tiga sampai Divisi Satu. Setelah itu, ia mengabdi ke Ambon, kota kelahirannya dengan melatih pemain Diklat PPLP Maluku selama tiga tahun.
Kini, ia sementara vakum seraya menunggu penyetaraan lisensi B nasional yang dimilikinya menjadi B/PSSI Diploma.
"Sebenarnya saya mendapat kesempatan mengikuti penyetaraan di Jakarta, tapi waktu itu saya mengalami cedera kaki," kata Aries.
Advertisement