Bola.com, Jakarta - Minim pengalaman, tak kenal lawan, dan memulai segalanya dari nol dilalui Simon McMenemy saat ditunjuk menjadi pelatih Timnas Filipina. Namun siapa sangka, mantan pelatih Timnas Indonesia itu malah menuai sukses besar.
Pada suatu hari di tahun 2010, Simon McMenemy berbincang lewat aplikasi Facebook dengan dua saudaranya. Ia diberitahukan bahwa ada lowongan sebagai pelatih Timnas Filipina.
Baca Juga
Horor Patah Kaki Dedi Kusnandar ketika Persib Menang 2-1 atas Barito Putera, Netizen Salahkan Kondisi Lapangan Stadion Sultan Agung
Hitung-hitungan Persaingan ke Semifinal Piala AFF 2024 dari Grup B: Empat Tim Masih Berpeluang Lolos, Timnas Indonesia Wajib Menang!
BRI Liga 1: Kendala Ini Bisa Halangi Persik Menang di Laga Kandang Terakhir Putaran Pertama Melawan Semen Padang
Advertisement
Tanpa ragu, Simon lantas melamar dan hebatnya, diterima oleh Federasi Sepak Bola FIlipina. Ia pun langsung terbang ke Asia Tenggara.
Kehadirannya di sana kelak tak cuma mengubah sepak bola Filipina. Lebih dari itu, Simon McMenemy mengubah peta persaingan di Asia Tenggara.
Sebelum ditangani Simon McMenemy, Filipina kerap jadi bulan-bulanan tim-tim lain di Asia Tenggara. "Saya adalah pelatih muda, saya sangat lapar, tapi saya juga bukan pelatih yang teruji pada level tertentu."
"Saya tidak benar-benar tahu apa yang saya lakukan. Pun dengan level yang bisa Filipina capai. Saya tidak pernah berpikir bahwa kami sebenarnya akan sangat sukses."
"Timnas Filipina sering kalah 5-10 gol. Sekarang mereka jadi tim yang sangat sulit dikalahkan."
Â
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Melawan Ketakutan
Kunci sukses Simon McMenemy, seperti diucapkannya saat berbincang dengan Marc Klok dalam kanal YouTube, adalah melawan rasa takut. Menariknya, karena pelatih Bhayangkara FC itu banyak tidak tahu tentang kekuatan sepak bola di Asia Tenggara, ia justru sanggup mengeluarkan kemampuan Filipina yang sebenarnya.
"Karena saya sedikit naif, saya jadi tidak takut. Segala ketidaktahuan justru menguntungkan buat saya," kata Simon McMenemy.
"Saya tidak tahu tim yang akan saya lawan. Saya benar-benar buta di pesawat. Ini seperti menurunkan pemain berusia 17-18 tahun, seperti ketika Wayne Rooney bermain untuk Everton, dia sangat muda, segar, lapar, termotivasi, dan tak kenal takut."
"Saya tidak tahu seperti apa Vietnam atau Indonesia. Saya cuma laki-laki dari Inggris. Jadi saya masuyk ke dalamnya, sekuat yang saya bisa, dan merencanakan sebaik mungkin serta melakukannya sebaik mungkin," katanya lagi.
Sumber: YouTube/Marc Klok
Advertisement