Bola.com, Jakarta - Kiprah PSM Makassar di kompetisi kasta tertinggi Indonesia terbilang stabil. Selain tak pernah mengalami degradasi, skuad Juku Eja pernah meraih trofi juara Liga Indonesia.
Mereka menjadi kampiun di liga pada musim 1999/2000, serta lima kali runner-up yakni pada musim 1995/1996, 2000/2001, 2003, 2004, dan 2018.
Baca Juga
Advertisement
Tim kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan itu juga tercatat sebagai peraih gelar Piala Indonesia 2019. Pencapaian tersebut tak lepas dari proses perekrutan pemain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan target tim.
Termasuk pemilihan kapten tim sebagai 'jembatan' pemain dengan pelatih dan manajemen. Menariknya, meski berstatus sebagai eks tim Perserikatan, penunjukan kapten di PSM tak harus putera daerah.
Klub yang berdiri pada 2 November 1915 itu malah pernah menunjuk Yeyen Tumena sebagai kapten di Liga Indonesia 1995/1996. Penunjukan Yeyen sebagai kapten sempat memancing respons suporter PSM kala itu.
Alasannya, Yeyen baru pertama kali merumput di Liga Indonesia selepas berguru di Italia bersama PSSI Primavera. Usianya juga masih 19 tahun saat itu. Apalagi, dalam tim masih ada pemain asli Makassar seperti Bahar Muharram, Ansar Razak atau Alibaba.
Tetapi, manajemen PSM yang saat itu dikendalikan Nurdin Halid bergeming dengan keputusannya. Yeyen pun membuktikan kapasitasnya sebagai kaptendan palang pintu PSM.
Bersama Tim Juku Eja, Yeyen berkiprah sampai partai puncak Liga Indonesia 1995/1996 di Stadion Gelora Bung Karno. Sayangnya, PSM gagal meraih trofi juara setelah ditekuk Mastrans Bandung 0-2 di final.
Setelah Yeyen, sederet nama bergantian menjabat kapten PSM. Di antaranya Carlos de Mello (Brasil), Charis Yulianto dan Ponaryo Astaman. Belakangan baru muncul nama kapten dari putera daerah seperti Syamsul Chaeruddin, Andi Oddang, Hamka Hamzah, dan Zulkifli Syukur.
Terakhir, sejak 2019, pemimpin tim dilapangan dipegang oleh Wiljan Pluim (Belanda). Berikut ini adalah profil singkat lima kapten terakhir PSM Makassar yang diolah Bola.com dari berbagai sumber.
Â
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Syamsul Chaeruddin (2006-2010 dan 2012-2016)
Sosok Syamsul Chaeruddin pertama kali mencuat saat membawa PSM Makassar menembus semifinal Liga Indonesia 2002. Berkat kiprahnya itu, ia terpilih menjadi kapten Timnas Indonesia U-21 yang merengkuh trofi juara Hassanal Bolkiah Cup di Brunei Darussalam pada 2002.
Sepulang dari Brunei, Syamsul pun secara reguler masuk daftar panggil tim nasional. Bersama PSM, kiprah Syamsul yang berduet dengan Ponaryo Astaman jadi trademark pada musim 2003.
Berkat penampilan ciamik bersama Juku Eja, duet Syamsul-Ponaryo jadi pilar Timnas Garuda di lini tengah. Sepeninggal Ponaryo dan Charis Yulianto, Syamsul menyandang kapten pada musim 2006.
Militansi dan semangat pantang menyerah ala Syamsul di lapangan hijau jadi insprisasi banyak pemain muda di Makassar. Ban kapten yang disandang Syamsul sempat berpindah ke Andi Oddang selama dua musim.
Itu karena Syamsul hengkang ke Persija Jakarta pada 2010, dan kemudian Sriwijaya FC pada musim berikutnya. Syamsul akhirnya kembali jadi kapten di PSM mulai musim 2012 sampai era Liga 1.
Di Liga 1, peran Syamsul sebagai kapten diambil alih oleh Zulkifli Syukur dan Hamka Hamzah. Pada musim 2017 menjadi musim terakhir Syamsul di PSM. Meski tercatat sebagai pemain asal Makassar terlama yang menyandang status pemain nasional di era penyatuan kompetisi, Syamsul tak pernah mempersembahkan trofi juara untuk PSM.
Prestasi terbaiknya adalah membawa PSM dua kali menjadi runner-up Liga Indonesia musim 2003 dan 2004.
Advertisement
2. Andi Oddang (2010-2012)
Andi Oddang pertama kali menjadi bagian PSM Makassar pada 2002. Tapi, perannya tak signifikan kala itu.
Pria kelahiran Jeneponto, 16 September 1977 itu pun memutuskan merantau dengan menerima tawaran Sriwijaya FC jelang musim 2005. Setelah itu, Andi Oddang kemudian berturut-turut berkostum Sriwijaya FC, Persekabpas Pasuruan, dan Persebaya Surabaya.
Andi Oddang akhirnya kembali ke PSM pada 2010. Ia pun didapuk menggantikan peran Syamsul yang hengkang Persija Jakarta. Pada periode keduanya bersama PSM, pencapaian Andi Oddang terbilang datar.
Apalagi, saat itu, PSM melakukan 'pemberontakan' dengan memilih mundur dari kompetisi Indonesia Super League (ISL), dan memilih bergabung dengan Indonesia Primer League (IPL) yang berstatus breakaway league.
Pada 2012, Oddang menyerahkan ban kaptennya kepada Syamsul yang kembali ke PSM. Keduanya pun bekerjama mengembalikan PSM ke habitatnya setelah berjuang lewat jalur playoff IPL pada 2013. Oddang kemudian memutuskan gantung sepatu setelah memperkuat PSM di Liga Indonesia musim 2014.
3. Hamka Hamzah (2017)
Hamkah Hamzah adalah putra asli Makassar. Namun, ia tak lama berkostum PSM. Hamka pertama kali membela Tim Juku Eja pada Liga Indonesia 2001-2002.
Tampil semusim di PSM, Hamkah berpetualang ke sejumlah klub Indonesia dan Malaysia. Jelang Liga 1 2017, Hamka akhirnya kembali ke kampung halamannya. Setelah berkali-kali menolak kembali ke PSM, ia akhirnya menerima tawaran manajemen PSM yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh Bosowa Grup.
Seperti kali pertama membela PSM, Hamka kembali hanya semusim di Makassar. Secara prestasi juga mirip. Pada 2002, PSM menembus semifinal, sedangkan di Liga 1 2017, PSM bersama Hamka bertengger di peringkat tiga.
Meski begitu, di Liga 1 2017, figur Hamka sangat berpengaruh di PSM. Eks bek Timnas Indonesia itu menjadi simbol kebangkitan PSM dan kembali disegani lawan. Di lapangan hijau, kepemimpinan Hamka membuat rekan-rekannya tampil lepas dan agresif menekan lawan setiap laga.
Hamka pun membuat atmosfer Stadion Andi Mattalatta Mattoangin jadi sakral, saat pemain dan suporter bersama-sama menyanyikan Anthem ciptaannya usai laga.
Meski mencintai PSM, Hamka memutuskan hengkang pada akhir musim 2017. Disinyalir, ia tak setuju dengan keputusan pelatih PSM ketika itu, Robert Alberts, yang meminta Syamsul Chaeruddin mundur dari Juku Eja.
Advertisement
4. Zulkifli Syukur
Selepas Hamka Hamzah, ban kapten PSM dipegang Zulkifli Syukur, talenta terbaik Makassar untuk posisi bek sayap. Meski asli jabolan PSM, Zulkifli justru menjulang bersama berbagai klub luar Makassar.
Setelah memperkuat Persim Maros di Divisi 1 (Liga 2), Zulkifli mengawali petualangannya dengan berkostum PKT Bontang jelang musim 2006/2007. Keputusannya bergabung di PKT terbukti benar. Ia masuk pantauan manajemen Timnas Indonesia U-23 yang akan berlatih di Belanda.
Selepas memperkuat Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2006, nilai tawar Zulkifli makin besar. Ia pun menerima tawaran Persmin Minahasa yang saat itu sangat berambisi unjuk kemampuan di kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air.
Selepas dari Persmin, Zulkifli hengkang ke Arema Indonesia jelang musim 2009/2010. Di klub asal Malang inilah, Zulkifli meraih trofi juara Liga Indonesia. Pada tahun yang sama, ia dipanggil memperkuat timnas senior di Piala AFF 2010.
Berdasarkan situs wikipedia, Zulkifli mencatat 25 caps bersama Timnas Indonesia. Selain PKT, Persmin dan Arema, Zulkifli pernah berkostum Persib Bandung, Mitra Kukar dan Borneo FC.
Pada 2017, Zulkifli akhirnya kembali ke Makassar ketika usianya yang sudah berkepala tiga. Bersama PSM, Zulkifli meraih trofi juara Piala Indonesia 2018/2019.
5. Wiljan Pluim
Wiljam Pluim menggantikan peran Zulkifli Syukur sebagai kapten PSM pada Liga 1 2019. Gelandang asal Belanda itu mulai bergabung dengan PSM Makassar pada putaran kedua ajang Torabika Soccer Championship 2016.
Keahliannya dalam mengolah bola untuk melewati lawan, umpan terukur dan mencetak gol menjadi nilai plus tersendiri bagi eks gelandang Willem II itu.
Di PSM, Pluim ibarat dewa. Perannya sebagai pembeda di Tim Juku Eja tak tergantikan. Statistik Pluim selama di PSM bisa dijadikan acuan betapa pentingnya sosok gelandang berusia 31 itu.
Sampai saat ini, Pluim sudah tampil sebanyak 119 partai di ajang resmi yakni Liga 1, Piala Presiden, Piala Indonesia, dan Piala AFC. Khusus di Liga 1, Pluim tampil bersama PSM dalam 83 laga dengan koleksi gol dan assist masing-masing 26 kali.
Pada dua edisi perdana Liga 1, Pluim menjadi aktor utama di balik kesuksesan PSM yang stabil bertahan di posisi tiga besar. Malah pada musim 2018, PSM nyaris meraih trofi juara.
Tim Juku Eja hanya kalah satu poin dari Persija Jakarta yang bertengger di puncak klasemen akhir dengan koleksi 62 poin. Musim lalu, andil Pluim tetap besar bagi PSM. Ia membawa PSM Makassar meraih trofi juara Piala Indonesia dan menembus semifinal Piala AFC Zona Asean.
Advertisement