Bola.com, Jakarta - Bagi penikmat sepak bola nasional khususnya Persebaya Surabaya pada era 80-an, nama Mustaqim cukup tersohor. Ia adalah satu diantara pemain besar yang pernah dilahirkan Persebaya hingga menjadi tumpuan di Timnas Indonesia.
Namun di balik kualitas dan pencapaian hebat Mustaqim, adalah berkat pengaruh besar dari lingkungan keluarganya. Setidaknya dua kakak Mustaqim-lah yang seperti membawa tongkat estafet dalam berkarier di sepak bola.
Baca Juga
Drama Timnas Indonesia dalam Sejarah Piala AFF: Juara Tanpa Mahkota, Sang Spesialis Runner-up
5 Wonderkid yang Mungkin Jadi Rebutan Klub-Klub Eropa pada Bursa Transfer Januari 2025, Termasuk Marselino Ferdinan?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Advertisement
Terutama kakak tertuanya bernama Kamto. Mantan pesepak bola Persebaya Surabaya dan klub internal PS AD itu punya andil mengantarkan Mustaqim ke dunia si kulit bundar.
Kamto adalah pemain lawas Persebaya Surabaya tahun 1970-an. Ia bersama adiknya Hambali dan Mustaqim merupakan pemain sepak bola dari keluarganya. Kamto menceritakan kisah perjalanan kariernya di lapangan hijau
"Keluarga kami ada sembilan saudara. Pertama kali main adalah masuk di PS AD, karena lingkungan dan kebetulan ada pendaftaran. Kemudian saya masuk Persebaya menjelang Perserikatan tahun 1978. Tapi belum sempat bermain karena mengalami cedera lutut," terang Kamto dalam kanal YouTube pinggir lapangan.
Lantas ia pindah ke Persiku Kudus, sekaligus untuk penyembuhan cederanya. Hanya satu musim di Kota Kretek, ia kembali ke Surabaya untuk bekerja di Depot Logistik (Dolog) Surabaya. Kemampuan bermain bola membuatnya tampil di kompetisi Galakarya untuk perusahaan tempat ia bekerja.
Momen itu terjadi pada 1982. Masa-masa tersebut membuat aktivitas sepak bolanya berkurang. Ia memanfaatkan dengan melatih adiknya, Mustaqim. Berkat campur tangannya, karier adiknya melesat sebagai pesepakbola nasional.
"Saya latih sendiri mustaqim di rumah. Awalnya latihan teknik lalu fisik, baru bisa masuk tim. Bisa dibilang termasuk motivator Mustaqim. Alhamdulillah adik saya termotivasi dan orang tua mendukung," tuturnya.
"Kami bertiga juga pernah bermain satu tim memba Bulog Jatim dalam Galakarya di Medan. Alhamdulillah komunikasi lancar di lapangan karena satu keluarga. Mustaqim banyak belajar untuk minta saran ke saya," beber pria kelahiran 1958 itu.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kenangan Paling Berkesan
Sang kakak Mustaqim itu memutuskan benar-benar pensiun dari sepak bola pada 1986. Saat itu ia bekerja di Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Timur, membuatnya lebih terkonsentrasi pada pekerjaan.
Ia bekerja sebagai karyawan di Bulog Jatim selama 31 tahun, hingga pensiun delapan tahun lalu. Kamto juga sering berpindah-pindah. Selain di Surabaya ia pernah ditempatkan di Mojokerto dan Blitar.
"Setelah kompetisi Galakarya tahun 1986 itu saya berhenti total dari sepak bola, karena fokus pekerjaan. Selain di Surabaya saya pindah ke Mojokerto dan Blitar sebagai staf Bulog Jatim," katanya.
"Saat ini untuk sepak bola masih kumpul-kumpul seminggu sekali. Kenangan paling berkesan di sepak bola adalah adalah bermain dengan legenda Persebaya. Meski kecewa juga karena saya gagal masuk ke tim di perserikatan," tandas Kamto.Â
Sumber: Youtube pinggir lapangan
Â
Advertisement