Bola.com, Bandung - Sosok Lukas Tumbuan lebih dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang melahirkan sejumlah pemain papan atas di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air.
Padahal, ia juga pernah beraksi sebagai pemain di pentas Galatama, kompetisi semiprofesional Indonesia era 1980-an bersama Sari Bumi Raya.
Baca Juga
Advertisement
Pencapaian terbaiknya sebagai pelatih adalah membawa tim Jawa Barat meraih medali emas cabang sepak bola di PON 2016. Di level klub, Lukas pernah jadi bagian dari Persib Bandung, Persibat Batang, Persikab Bandung, Persiku Kudus dan PSGC Cimahi.
Dalam channel YouTube Simamaung, Lukas mengungkapkan ia sejatinya sempat meninggalkan sepak bola setelah pensiun sebagai pemain.
Selain fokus pada pekerjaan, ia juga membuka usaha yang akhirnya terdampak pada krisis monoter yang melanda Indonesia pada 1998. Ia pun harus istirahat total di rumah sakit untuk memulihkan kesehatannya.
"Dokter menangani saya bertanya kepada keluarga aktivitas saya sebelum sakit. Setelah diberitahu saya mantan pemain, saya pun disarankan kembali ke sepak bola," kenang Lukas.
Kebetulan, pada momen itu, tokoh sepak bola Bandung, M. Achwani meminta Lukas menangani Nusa Raya, klub miliknya yang berkiprah di kompetisi internal Persib Bandung pada 1999. Bersama Lukas, Nusa Raya promosi ke Divisi Utama.
Semusim berikutnya, Lukas jadi menerima tawaran PS Java, klub internal Persib lainnya. Nama Lukas mulai dikenal sebagai pelatih ketika mendapat kepercayaan melatih Persib Junior pada 2001.
Pemain asuhannya saat itu di antaranya adalah Eka Ramdani, Tantan, Edi Hafied dan Wawan Hendrawan. Setahun kemudian, ia didaulat mendampingi Deny Syamsuddin pada Liga Indonesia musim 2002.
Pada momen itulah, Lukas Tumbuan bulat menjadikan profesi pelatih sebagai bagian hidupnya. "Saya pun mengikuti kursus kepelatihan yang diselenggarakan Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) dan meraih lisensi B-UEFA," terang Lukas.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Karier Pertama
Sepulang dari Belanda, Lukas Tumbuan mengawali kariernya sebagai pelatih kepala di level senior dengan menerima tawaran Persikab Bandung. Di tim inilah, ia mengembangkan talenta Tantan, anak didiknya di Persib Junior yang sempat menghilang dari sepak bola dengan memilih menjadi pemerah susu sapi.
"Saya mendatangi Tantan untuk mengajaknya kembali menjadi pemain. Awalnya alot juga, tapi saya memberikan berbagai pandangan yang akhirnya membuat Tantan kembali termotivasi."
Hanya berselang sehari setelah pertemuan itu, Tantan mendatangi Lukas yang sedang melatih Persikab. Kebetulan lokasi latihannya di Lembang yang tak jauh dari rumah Tantan. Namun, Lukas tak langsung mengikutkan Tantan dalam latihan timnya.
"Saya melihat secara fisik dan stamina Tantan sudah bagus. Tapi, dia masih memiliki kelemahan dalam hal teknis," terang Lukas.
Alhasil, dalam sepekan pertama, Tantan hanya berlatih terpisah dengan pemain Persikab lainnya. Setiap hari, Tantan hanya diberi program latihan passing, dribling dan juggling.
"Juggling jadi program khusus buat Tantan agar ball feeling-nya bagus," papar Lukas. Seperti diketahui, Tantan belakangan menjadi bagian sukses Persib meraih trofi juara Liga Super Indonesia 2014 dan menghuni skuad tim nasional Indonesia.
Advertisement
Temukan Ferdinand Sinaga di Cicalengka
Pada kesempatan itu, Lukas juga mengungkap proses dirinya mengembangkan talenta Ferdinand Sinaga yang berawal ketika dirinya menangani SSB Saswco di Cicalengka. Saat tengah melatih anak didiknya, Lukas melihat Ferdinand yang saat itu masih berusia 13 tahun tengah melakukan juggling di pinggir lapangan.
"Feeling saya mengatakan anak ini bisa jadi pemain bagus. Saya pun mengajaknya bergabung di Saswco. Karena Ferdinand memang berbakat, ia pun menjadi bagian dari Persib Junior," kata Lukas.
Lukas pun jadi pembuka jalan buat Ferdinand bermain di level senior. Pada 2006, Lukas menerima tawaran Persibat Batang yang berkiprah di Divisi Dua. Ia pun mengajak Ferdinand yang saat itu belum genap 18 tahun.
Terkait anak asuhnya itu, Lukas mengungkap peristiwa yang kemudian jadi titik balik Ferdinand di sepak bola.Menurut Lukas, ketika berkostum PPSM Sakti Magelang, Ferdinand yang dikenal bengal dan bertempramen tinggi terlibat insiden dengan aparat kepolisian pada sebuah laga timnya.
Pelatih PPSM saat itu, Widiyantoro kemudian menelpon Lukas menyampaikan keluhannya terhadap sikap Ferdinand itu. Yakin dan tak ingin talenta Ferdinand redup, Lukas pun menghubungi anak asuhnya itu serta mengajaknya ke Persiku Kudus. Tapi, sebelum bergabung ke Persiku, tiba-tiba pelatih Persiwa, Suharno menghubungi Lukas dengan tujuan ingin memakai jasa Ferdinand.
"Saya pun menyarankan Ferdinand ke Persiwa. Saat itu, saya bilang ke Ferdinand, agar menjaga diri dan sikap karena ini kesempatan baik buat dia," papar Lukas. Harapan Lukas pun terwujud, Ferdinand pun menjelma sebagai striker papan atas Indonesia dengan prestasi terbaik membawa Persib meraih trofi juara ISL 2014.