Bola.com, Jakarta - Pamor pemain belakang tidak kalah dibandingkan barisan penyerang yang sering menjadi penentu kemenangan dalam sebuah tim. Peran para tulang punggung di lini pertahanan cukup besar dalam menghentikan serangan lawan.
Para pemain belakang bahu-membahu agar pertahanan mereka tidak terancam, atau ikut membantu penjaga gawang dalam menghalau serangan lawan. PSIS Semarang, sebagai tim dengan sejarah panjang ikut memiliki barisan benteng pertahanan di setiap eranya.
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Advertisement
Kejayaan PSIS dari setiap masa tidak bisa dipisahkan dari kualitas para defender mereka. Tim asal Provinsi Jawa Tengan tersebut tercatat pernah meraih sejumlah pencapaian menawan, termasuk juara pada Ligina edisi 1999 dan nyaris juara pada 2006.
Saat ini, PSIS juga masuk jajaran tim elite Indonesia yang tampil di kasta tertinggi, yakni Liga 1 sejak tiga tahun terakhir. Tidak ada salahnya mengupas tentang deretan pemain belakang Tim Laskar Mahesa Jenar yang ikut andil dalam permainan.
Kali ini Bola.com sedikit bernostalgia dengan membedah kekuatan lini belakang PSIS dari masa ke masa. Setidaknya lima bek ganas pernah dimiliki PSIS Semarang yang berdampak pada prestasi tim kebanggaan Panser Biru dan Snex itu. Berikut ini adalah ulasannya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Agung Setyabudi
PSIS Semarang seperti mendapat duritan runtuh saat bubarnya tim Arseto Solo pada 1998. Nama Agung Setyabudi ikut rombongan pemain Arseto yang eksodus ke Mahesa Jenar.
Gelar juara Liga langsung ia persembahkan untuk PSIS. Nama besar Agung Setyabudi sudah jauh lebih mentereng sebelum datang ke Semarang. Jebolan program PSSI Garuda II yang lama menembus Timnas Indonesia sejak pertengahan 90-an.
Satu posisi di bek kanan PSIS, sudah wajib menjadi miliki pria asal Solo tersebut. Kepiawaian Agung dalam beroperasi di bek sayap kanan, menjadikan kekuatan tersendiri. Agung dikenal memiliki permainan keras, lugas, dan tanpa kompromi.
Bahkan, gol kemenangan PSIS di partai final 1999 ke gawang Persebaya yang dicetak Tugiyo, tak lepas dari andil Agung Setyabudi. Bola berawal dari penguasaannya sebelum dikirimkan ke depan untuk dituntaskan oleh Tugiyo.
Advertisement
2. Bonggo Pribadi
Bonggo Pribadi dikenal sebagai bek tangguh sejak memperkuat tim besar Pelita Jaya dan Arseto. Bonggo sama seperti Agung Setyabudi, yang menimba pengalaman begitu lama di Arseto hingga Timnas Indonesia.
Bonggo Pribadi seperti menjadi tembok kukuh yang sulit dihancurkan bagi pemain lawan, membuat gawang I Komang Putra cukup aman dari serangan. Adapun Agung Setyabudi beroperasi sebagai bek maupun pemain sayap.
Namanya jelas masuk dalam sejarah kesuksesan PSIS merebut gelar juara Liga Indonesia 1999. Satu pos di lini belakang sudah pasti menjadi miliknya, kadang berduet dengan Wasis Purwoko atau Simon Atangana.
Kualitas dan pengalamannya membuat barusan pertahanan PSIS cukup tenang saat itu. Ia cekatan dan mampu berkomunikasi dengan baik bersama penjaga gawang I Komang Putra.
Deretan penyerang Persebaya dibuat tak berkutik olehnya saat laga final di Stadion Klabat Manado, yang menjadi saksi kejayaan PSIS.
3. Maman Abdurrahman
PSIS Semarang nyaris kembali mengulang kejayaan pada 2006, setelah berhasil melaju hingga ke partai final bertemu Persik Kediri.
Dalam perjalanannya hingga final, kiprah PSIS tidak bisa dilepaskan dari barisan belakang. Emanuel De Porras boleh menjadi sosok paling penting dalam urusan menjebol gawang lawan.
Namun, jangan melupakan duet lini belakang PSIS saat itu yakni Maman Abdurahman dan Fofee Kamara. Keberadaan kedua pemain itu membuat lini belakang PSIS sulit ditembus.
Maman Abdurahman yang sedang naik daun ketika itu memang menjadi pemain tak tergantikan di sektor stoper. Terasah bersama Persijatim Solo FC, dia semakin matang di PSIS dan membawanya ke Timnas Indonesia. Bahkan ia dinobatkan sebagai pemain terbaik pada musim itu.
Dengan sosoknya yang berambut gondrong dan perawakan tinggi, Maman Abdurrahman adalah bek ganas kala itu. Ia tak segan membuat para striker lawan mati kutu untuk mencoba masuk ke wilayahnya. Maman juga dibekali insting mencetak gol saat membantu penyerangan.
Advertisement
4. Harry Salisbury
Menjadi satu di antara pemain istimewa yang pernah dipunyai PSIS, Harry tidak tergantikan saat beroperasi sebagai bek sayap kiri. Pasalnya, dia adalah pemain spesialis kaki kiri.
Ia didatangkan dari Persijatim Solo FC pada 2004, seiring mantan klubnya pindah ke Palembang. Harry Salisbury juga dikenal memiliki kemampuan tendangan bebas mematikan.
Sebagian besar golnya lahir dari eksekusi tendangan bebas kaki kiri. Dua golnya yang berkesan oleh publik PSIS adalah tendangan bebasnya ke gawang Arema pada musim 2007 dan ke gawang PSMS Medan pada musim berikutnya.
Ia juga menjadi kepingan kesuksesan PSIS yang melaju hingga ke partai final 2006. Meski sayangnya gelar juara ada di tangan Persik, namun perannya cukup vital sebagai bek sayap kiri.
5. Idrus Gunawan
Namanya memang kalah pamor dibandingkan bek-bek lain yang menjadi andalan di PSIS. Namun, Idrus merupakan satu di antara pemain paling loyal. Pria kelahiran Semarang, 27 April 1978 itu lama berseragam PSIS, meski beberapa kali juga berganti tim.
Idrus tercatat membela PSIS dalam kurun waktu musim 2004 hingga 2008. Ia termasuk dalam skuad PSIS yang menjadi runner-up liga musim 2006. Ia berhasil membayar kepercayaan sebagai pemain pelapis dari Maman Abdurrahman dan Fofee Kamara kala itu.
Meski sempat hijrah ke Persik Kediri semusim, Idrus Gunawan kembali berjodoh dengan PSIS hingga tahun 2011. Satu tempat di tim utama sebagai stopper selalu ia tempati. Hingga perlahan ia harus hijrah ke klub lain.
Secara bergantian ia pindah Persitema Temanggung dan Persipur Purwodadi. Idrus Gunawan termasuk pemain yang melekat di hati para pendukung PSIS, khususnya saat masih berkutat di kasta kedua. (Vincentius Atmaja)
Advertisement