Bola.com, Jakarta - Surabaya tidak pernah berhenti melahirkan pesepak bola berkualitas. Satu di antaranya adalah Lulut Kistono, pesepak bola era lawas yang menjadi bek yang cukup disegani kala itu.
Ia aktif bermain di era akhir 80-an hingga tahun 90-an. Sejumlah klub besar ia bela, uniknya malah belum pernah berseragam Persebaya Surabaya, klub tanah kelahirannya. Lulut Kistono justru terkenang bisa bermain di klub impian, Arseto Solo,
Advertisement
Ya, Arseto adalah klub besar di era kompetisi Galatama yang merupakan milik putera Presiden Soeharto, Sigid Harjoyudanto. Arseto pada masa kejayaannya dihuni pemain dengan nama besar hingga mendapat predikat miniatur Timnas Indonesia.
Lulut Kistono mendapatkan pengalamannya itu pada 1987, bahkan Arseto menjadi klub profesional pertamanya dalam karier. Ia masih berusia sangat muda kala itu, 17 tahun, tapi bisa bermain di tim sebesar Arseto.
"Saya direkrut Arseto setelah tampil di ajang Piala Soeratin. Saya lebih dulu ditawari gabung di PSSI Garuda, lalu gabung ke Arseto. Dulu tidak ada proses seleksi tapi diambil langsung oleh pelatih, selama tiga musim saya di Arseto," terang Lulut Kistono dalam perbincangan di kanal YouTube Omah Balbalan belum lama ini.
"Rasanya luar biasa bangga. Baru berusia 17 tahun, bisa main sama Ricky Yakob,, Nasrul Kotto, Inyong Lolombulan, Yunus Mochtar semua Timnas Indonesia dan pemain legenda semua. Siapa yang tidak bangga main dengan mereka," ujarnya.
"Di Arseto gajinya Rp150 ribu sudah besar saat itu, benar-benar profesional lebih menghargai pemain. Filosofi bermain saya adalah mengandalkan semangat dan kemauan jangan kalah, ngotot, walaupun skill memang pas-pasan," tutur Lulut Kistono.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Diskors karena Berkelahi
Setelah tiga tahun berkarier di kota Bengawan, dirinya hijrah ke Arema Malang seiring ajakan dari pelatih yang menjadi panutannya saat itu, Sinyo Aliandoe. Setelah di Arema, Lulut pindah ke Barito Putera, pulang kampung le Mitra Surabaya, dan sempat bermain untuk PSIS Semarang.
Ada satu peristiwa yang sangat dikenangnya ketika bermain untuk Mitra Surabaya. Lulut kedapatan berkelahi dengan striker Arema, Singgih Pitono, dalam sebuah pertandingan mengingat rivalitas kedua tim.
Alhasil Lulut Kistono dan Singgih Pitono terkena sanksi berat dari PSSI, sebagai hukuman tindakan tidak sportif. Lulut mengaku masih ingat betul insiden kala itu, meski sejatinya tak memiliki masalah pribadi dengan Singgih Pitono.
"Ya sebenarnya lebih ke gengsi pertandingan saja walau dia adalah rekan saat masih di Arema. Saya hafal cara mainnya Singgih yang takut berduel. Lantas situasi semakin panas, lalu saya pukul, saya disanksi 3 tahun, Singgih dua tahun. Hubungan kami masih bagus, itu murni hanya di sepak bola saja," kenang Lulut Kistono.
Advertisement