Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia akan menggeliat lagi. Setelah mati suri nyaris satu setengah tahun lebih, kompetisi bertitel BRI Liga 1 2021 segera dimulai.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali telah menetapkan bahwa BRI Liga 1 dapat bergulir pada 27 Agustus 2021, telat sepekan dari rencana PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) pada 20 Agustus 2021.
Baca Juga
Exco PSSI Update Naturalisasi: Jairo Riedewald Masih Berat, Jordy Wehrmann Tidak Masuk Rencana, Mauro Zijlstra Lagi Dilihat
Erick Thohir Minta Shin Tae-yong Jangan Banyak Ngeluh dan Fokus ke Timnas Indonesia Buntut Kritik Format Piala AFF 2024
VIDEO: Emtek Group Kembali Jadi Pemegang Hak Siar Timnas Indonesia Semua Level Usia di Tahun 2025
Advertisement
BRI Liga 1 bisa diputar setelah gelombang kedua pandemi COVID-19 di Indonesia mulai menurun dan kemungkinan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 berakhir pada 16 Agustus 2021.
Namun, kekhawatiran terhadap penundaan atau penghentian kompetisi di tengah jalan tetap ada. Jika sewaktu-waktu kasus COVID-19 kembali meledak, bukan tidak mungkin perjalanan BRI Liga 1 bakal terganggu.
"Dalam kondisi saat ini, apapun bisa terjadi. Kami mau membuat sesuatu, itu pasti ada plan A sampai C. PT LIB sudah mengumumkan kompetisi akan sangat fleksibel," kata anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdulgani, membuka pembicaraan kepada Bola.com terkait kekhawatiran kompetisi kembali berhenti.
"Artinya, kalau sudah ditetapkan pada 27 Agustus 2021, tiba-tiba di daerah tempat pertandingan timbul klaster COVID-19, kalau pemerintah mengatakan kompetisi tolong diberhentikan, PT LIB bakal patuh," jelas Hasani.
PT LIB dalam proyeksinya akan menggelar BRI Liga 1 secara series dalam enam seri dengan tiga klaster sebagai tuan rumah. Seri pertama bakal dimulai pada klaster Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
PT LIB punya siasat bila terjadi kenaikan kasus COVID-19 di wilayah tuan rumah seri pertama. Misalnya, tiba-tiba angka positif virus corona kembali meningkat di Jakarta. Maka kompetisi tidak akan dimainkan di ibu kota.
"Kami akan mencoba tempat lain yang kira-kira, istilahnya zona aman dari COVID-19. Jadi dalam kondisi seperti sekarang ini, tidak ada sebuah kepastian. Kita hanya bisa berdoa," tutur Hasani.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kuncinya di Herd Immunity
Hasani mengungkapkan, kunci BRI Liga 1 dan sepak bola Indonesia bisa kembali normal ada di herd immunity. Persentase vaksinasi COVID-19 harus tinggi agar terbentuk kekebalan kelompok dalam masyarakat.
Hasani memberikan contoh bagaimana Amerika Serikat dapat menanggulangi dampak pandemi terhadap olahraga hanya dalam setahun setelah wabah virus corona mendunia pada Februari 2020.
Kompetisi bola basket paling kondang di dunia, NBA yang terpusat di Amerika Serikat terpaksa memberlakukan sistem bubble alias sentralisasi dengan protokol kesehatan yang ketat pada babak play-off musim 2019/2020 buntut dari pandemi.
Musim 2020/2021, kondisi di NBA mulai berangsur normal dengan penonton boleh kembali memenuhi venue pertandingan meski secara terbatas.
"Sekarang saya coba katakan lewat teman-teman media maupun di media sosial saya bagaimana meningkatkan herd immunity. Kalau ada herd immunity yang tinggi di masyarakat, contoh di luar negeri, pasti ada kepastian," papar Hasani.
"Contohnya begini, herd immunity di Amerika pada play-off NBA musim lalu. Itu ada penontonnya. Lalu saat ini, ada NBA Summer League. Musim lalu itu dibatalkan. Saat ini juga ada penonton."
"Artinya, kalau herd immunity sudah tinggi seperti di Amerika Serikat, kita bisa kembali ke masa normal. Kalau kembali ke normal, sepak bola bisa menjadi bagian dari itu. Tentu bisa dijalankan secara normal lagi," ungkap mantan Komisaris PT LIB ini.
Advertisement
Ayo Vaksin!
Pembentukan herd immunity berkaitan erat dengan tingkat vaksinasi. Semakin banyak orang yang divaksin, semakin besar pula peluang kehidupan masyarakat kembali normal, termasuk sepak bola.
Data dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Rabu (11/8/2021) pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi dosis pertama untuk skala nasional baru menyentuh angka 25,15 persen. Vaksinasi dosis kedua bahkan lebih parah, hanya mencapai 12.38 persen.
Sementara itu, terjadi ketimpangan persentase vaksinasi pada klaster tuan rumah seri pertama BRI Liga 1.
Jakarta mencatatkan persentase 104,44 persen vaksinasi untuk dosis pertama dan 45,48 persen pada dosis kedua, sementara Banten hanya 22,94 persen pada dosis pertama dan 10,83 persen untuk dosis kedua.
Jawa Barat lebih kecil lagi, dengan perhitungan 18,45 persen vaksinasi untuk dosis pertama dan 9,10 persen pada dosis kedua.
"Saat ini, banyak orang yang tak suka dengan komentar saya. Misalnya, kompetisi dengan format klaster seperti ini. Sebenarnya tidak membuat bahagia semua orang," ucap Hasani.
"Pasti klub di luar Pulau Jawa tidak happy. Artinya, bukan sesuatu yang diinginkan secara keseluruhan. Maka saya sebut dengan herd immunity."
"Herd immunity terjadi kalau vaksinasi tinggi. Kami tidak bicara skala nasional, tapi paling tidak ada kota-kota yang tim sepak bolanya seperti Banda Aceh, Jayapura, Banjarmasin, Semarang, Surabaya, dan kota-kota lainnya."
"Kota-kota seperti itu kalau bisa, herd immunity-nya sudah tinggi. Kalau itu tinggi, maka izin sepak bola otomatis bisa kami dapat. Itu kata kuncinya menurut saya," terang Presiden Komisaris dari Mahaka Sports dan Entertainment tersebut.