Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya pernah memiliki rivalitas dengan Martapura FC dalam persaingan di Liga 2 2017. Duel kedua tim selalu berlangsung panas dan menyisakan cerita setelah pertandingan berlangsung.
Gelandang Persebaya, Ady Setiawan, mengaku sangat merasakan atmosfer kuat pertandingan kedua tim tersebut. Menariknya, pemain kelahiran Bima itu berstatus sebagai bagian Martapura FC yang harus menundukkan Persebaya pada 2017.
Baca Juga
“Luar biasa waktu melawan Persebaya. Jangankan main di sini, main di Martapura saja lebih banyak Bonek (suporter Persebaya) daripada suporter sendiri,” kata pemain berusia 26 tahun tersebut.
Advertisement
“Sampai sebagai lawan saja saya melihatnya merinding sendiri bagaimana antusiasnya luar biasa. Itu menambah motivasi pemain. Makanya penasaran bagaimana bisa membela tim yang didukung sama Bonek, ya Persebaya ini,” imbuh Ady.
Kedua tim tercatat tiga kali berjumpa dalam Liga 2 2017. Pertemuan pertama yang terjadi dalam lanjutan Grup 5 pada 30 April 2017 di Stadion Demang Lehman, Banjar, melahirkan satu kisah yang sulit dilupakan oleh Bonek, suporter Persebaya Surabaya.
Saat itu, ada satu insiden yang pada akhirnya berujung pada sanksi yang diberikan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada seorang ofisial klub berjulukan Laskar Sultan Adam tersebut.
Sanksi dijatuhkan Komdis PSSI kepada ofisial bernama Fahmiansyah karena terbukti memengaruhi keputusan wasit dan asisten wasit di lapangan. Dia terkena hukuman larangan beraktivitas di sepak bola nasional selama dua bulan dan denda Rp 10 juta.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
VIDEO: 306 Laga BRI Liga 1 Tayang di Multi-Platform EMTEK Group
Advertisement
Insidennya?
Isidennya, sebagaimana berita yang banyak tersebar di media sosial dalam bentuk rekaman video, Fahmiansyah tampak memberikan kode kepada wasit dan asisten wasit untuk menambah injury time selama 5 menit melalui isyarat dengan menggunakan lima jari tangannya.
Pengadil di lapangan pun memberikan waktu sesuai dengan yang diminta, yakni 5 menit. Bukan hanya itu, ada beberapa momen penting di lapangan yang sangat mengecewakan penonton dan Persebaya Surabaya.
Selain peragaan permainan yang keras dan menjurus kasar, ada keputusan kontroversial berupa penalti yang seharusnya diberikan ke Persebaya ketika Rendi Irwan dilanggar, tapi dibiarkan.
Kebetulan, dalam laga yang tidak disiarkan langsung di televisi itu, Martapura juga mendapatkan satu kesempatan penalti pada menit ke-34 yang dieksekusi Rifan Nahumarury. Namun, kiper pelapis Persebaya Miswar Saputra mampu menyelamatkan gawangnya.
“Situasi pertandingan itu sangat bagus. Ciri khasnya Persebaya juga keluar,” ujar Ady mengomentari duel tersebut.
Persebaya akhirnya menelan kekalahan 1-2 di laga tersebut. Setelah pertandingan, masih ada satu insiden lain yang juga menjadi perbincangan. Itu melibatkan pelatih Persebaya saat itu, Iwan Setiawan, yang berseteru dengan Bonek.
Insiden ini juga merembet ke kecaman Bonek yang meminta manajemen Persebaya memecatnya. Mulanya Iwan hanya disanksi, tapi kemudian diberhentikan. Tim sempat ditangani oleh Ahmad Rosidin sebagai interim, namun manajemen lalu menunjuk Angel Alfredo Vera.
Kejadian Kedua
Berikutnya kedua tim kembali bertemu masih dalam lanjutan Grup 5 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, 27 Juli 2017. Lagi-lagi pertemuan kedua tim ini melahirkan insiden yang juga membekas di ingatan banyak orang dengan permainan kasar Martapura FC.
Angel Alfredo Vera sampai mengutuk permainan keras menjurus kasar yang diperagakan tim Martapura FC. Alfredo menyebut tim berjuluk Laskar Sultan Adam itu datang ke Surabaya untuk membuat kotor pertandingan.
Permainan keras Martapura FC sudah memakan korban sejak menit kelima. Pelipis winger Yogi Novrian sobek setelah disikut bek Martapura FC. Yogi bukan satu-satunya pemain Persebaya yang menjadi korban dari permainan kasar Martapura FC.
Pemain versatile, Abu Rizal Maulana, mengalami luka di hidung juga karena disikut penggawa Martapura FC. Sedangkan, striker Rishadi Fauzi menderita luka di pahanya setelah diinjak penjaga gawang Martapura FC Ali Budi Raharjo.
Beruntung, Persebaya saat itu mampu membalaskan dendam dengan kemenangan 2-0 dalam duel tersebut.
Kedua tim akhirnya berjumpa lagi di semifinal Liga 2 2017 yang digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, 25 November 2017. Laga ini menjadi penentu untuk tiket promosi. Tim pemenang akan menembus partai final sekaligus berlaga di Liga 1 2018.
Lagi-lagi, Persebaya sukses memetik kemenangan dengan skor 3-1.
“Selesai pertandingan kami banyak kenal pemain-pemain. Di dalam lapangan memang begitu, membela tim masing-masing, tapi luar biasa untuk melawan Persebaya,” ujar Ady berkesan memiliki pengalaman menghadapi Persebaya.
Kini Ady telah berhasil mewujudkan harapannya dengan menjadi bagian Persebaya setelah empat tahun dari semua insiden itu terjadi.
Di sisi lain, Martapura FC kini sudah tidak ada lagi dalam kompetisi kasta mana pun di Indonesia. Tim yang mulanya berbasis di Martapura, Kalimantan Selatan, itu telah diakuisisi sekaligus berganti nama menjadi Dewa United yang bermarkas di Lampung sejak Februari 2021.
Advertisement