Sukses


Kurniawan Dwi Yulianto dan Deretan Pelatih yang Berkiprah di Indonesia kemudian Jadi Korban Kekejaman Liga Malaysia

Bola.com, Jakarta - Pelatih asal Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, diberhentikan sebagai pelatih klub Malaysia, Sabah FC. Arsitek berusia 45 tahun itu harus menanggung risiko akibat performa buruk timnya dalam beberapa partai belakangan.

Sabah FC tidak pernah lagi meraih kemenangan pada delapan pertandingan berturut-turut di Liga Super Malaysia. Sialnya, tim berjulukan The Rhinos itu juga baru saja menelan hattrick kekalahan.

Terbaru, Sabah FC digilas empat gol tanpa balas oleh UiTM pada pekan ke-20 Liga Super Malaysia di Stadion Mini UiTM, Shah Alam, pada 28 Agustus 2021.

"Sabah FC memutuskan untuk mengistirahatkan pelatih Kurniawan Dwi Yulianto efektif per 29 Agustus," tulis Sabah FC dalam akun Instagram, @officialsabahfc.

"Dalam periode ini, asisten pelatih, Burhan Ajui, akan mengambil alih tugasnya untuk sementara dan Jelius Ating ditunjuk sebagai asisten baru," lanjut pengumuman tersebut.

Bola.com merangkum sejumlah pelatih yang pernah atau masih berkiprah di Indonesia namun kurang menggigit begitu berkarier di Malaysia, termasuk Kurniawan Dwi Yulianto. Berikut ulasan singkatnya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Kurniawan Dwi Yulianto

Kurniawan Dwi Yulianto telah melatih Sabah FC sejak tahun lalu. Pada musim pertamanya, pelatih yang semasa bermain karib dipanggil Si Kurus ini menyelamatkan The Rhinos dari jurang degradasi.

Pada akhir musim lalu, kontrak Kurniawan sebenarnya tidak diperpanjang Sabah FC. The Rhinos juga sempat menunjuk Lucas Kalang Laeng sebagai penggantinya. Namun, pengunduran diri CEO tim yang baru, Dato Verdon Bahanda, mengubah keputusan itu.

"Kami kalah dari UiTM pada 28 Agustus 2021. Kami tidak pernah menang dalam delapan laga terakhir. Manajemen mengambil keputusan untuk mengistirahatkan. Bahasanya begitu," kata Kurniawan kepada Bola.com pada 29 Agustus 2021.

"Saya bilang tidak masalah jika keputusan manajemen seperti itu. Itu risiko suatu pekerjaan. Saya bertanggung jawab terhadap performa tim."

"Namun, manajemen baru menghubungi saya lewat telepon. Saya masih menunggu penyelesaian administrasinya seperti apa dan menanti panggilan dari mereka," imbuh Kurniawan.

Sabah FC adalah klub pertama Kurniawan Dwi Yulianto sebagai pelatih kepala. Sebelumnya, arsitek asal Magelang, Jawa Tengah itu menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia dan Timnas Indonesia U-22.

3 dari 4 halaman

Jacksen Tiago

Setelah memulai karier kepelatihannya di Indonesia pada 2002, Jacksen Tiago menyebrang ke Malaysia pada 2014 untuk melatih Penang FA hingga 2016.

Jacksen datang ketika Penang FA masih berkutat di Liga Premier atau kasta kedua Liga Malaysia. Arsitek asal Brasil itu mampu membawa klubnya promosi ke Liga Super atau divisi teratas pada musim pertamanya.

Namun, kebersamaaan Jacksen dengan penang FA harus berakhir pada April 2016. Mantan pelatih Timnas Indonesia itu diberhentikan dari jabatannya sebelum resmi dipecat pada Juni di tahun yang sama.

Keputusan itu diambil manajemen setelah munculnya desakan dari suporter The Panthers untuk mencopot Jacksen. Fans ingin pria berusia 53 tahun itu diistirahatkan setelah beragam hasil buruk yang diraih klub.

Pada pekan keenam Liga Super, Penang FA takluk 1-2 dari Sarawak FA. Kekalahan itu menambah deretan hasil negatif Penang FA sejak naik kasta dari Liga Premier pada awal musim tersebut.

4 dari 4 halaman

Rahmad Darmawan

Setelah melanglang buana ke berbagai klub, Rahmad Darmawan mendarat di Malaysia untuk melatih T-Team pada akhir 2015. Kala itu, kompetisi di Tanah Air vakum akibat dibekukan oleh FIFA.

Saat Rahmad datang, T-Team baru promosi ke Liga Super untuk musim 2016. Tim berjulukan The Turtles itu mampu mengakhiri Liga Premier 2015 di peringkat ketiga.

Pada musim pertamanya, pelatih yang karib dipanggil RD itu berhasil membawa T-Team berada ke papan tengah, tepatnya peringkat ketujuh dari 12 peserta. Namun, tahun keduanya di The Turtles berakhir tragis.

RD sebenarnya mampu menyelamatkan T-Team dari jurang degradasi. The Turtles mengakhiri musim di peringkat ke-9, satu strip di atas zona merah. Namun, mantan pelatih Persija itu memutuskan untuk mundur dari posisinya T-Team berubah menjadi feeder club dari Terengganu.

Karena tidak dapat satu kasta dengan Terengganu, T-Team dipaksa degradasi ke Liga Premier dan mengubah namanya menjadi Terangganu II.

"Namun, setelah berpikir panjang, saya mengambil pendekatan profesional untuk mengundurkan diri setelah dua tahun menangani T-Team," kata RD dinukil dari Berita Harian.

Video Populer

Foto Populer